Chapter 9 - Kamu itu apa?

698 113 69
                                    

⚠️Panjang
⚠️mungkin ada beberapa scene yg bikin gak nyaman/?

༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
ᴅᴇsᴛɪɴʏ ᴏғ ᴛʜᴇ ᴏᴄᴇᴀɴ
༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
🌊
🌊
🌊

"Mingi, kamu itu ... apa?" Yunho berenang semakin menjauh, apa yang Mingi lakukan jelas tak normal. Tubuh fisiknya terlihat seperti manusia, bahkan kakinya tak berubah menjadi ekor, tetapi Mingi dapat bernapas di dalam air seperti dirinya.

"Yunho—"

"Jangan mendekat!" Yunho syok, Mingi bahkan dapat berbicara di dalam air. Ia baru pertama kali melihat yang seperti ini, jujur saja sangat menakutkan.

"Aku akan jelaskan, itu pun jika kamu mau mendengar dengan tenang," ujar Mingi, terlihat biasa saja, seolah apa yang ia lakukan memang wajar-wajar saja. Ia berenang kembali menuju ke permukaan tanpa menunggu jawaban dari Yunho.

Mingi melepas kaos basahnya setelah memijak pasir, menjemurnya di atas pohon bakau agar cepat kering, kemudian duduk dengan beralaskan pasir pantai.

Selang beberapa menit, Yunho akhirnya muncul ke permukaan, mengeringkan ekornya dan kembali memakai celana. Ia terlihat ragu, tetapi akhirnya menghampiri Mingi dan duduk di sampingnya. "Apa kamu bagian dari kami?" tanya Yunho tak yakin.

"Bisa dibilang begitu."

"Apa yang terjadi padamu, Mingi? Tolong ceritaan semuanya, aku akan mendengarkan," pinta Yunho.

"Semuanya?"

"Semuanya. Sejak awal, sepanjang apa pun ceritamu, aku akan mendengarkan."

Mingi menengadah, ini memang akan menjadi cerita yang sangat panjang. "Semua bermula, sejak manusia mulai menginvasi ... "

#Flashback
.
.
Beratus-ratus tahun yang lalu.

Sekitar lima puluh tahun setelah manusia melakukan penyerangan pertama. Ratu Sirenian melahirkan seorang penerus takhta yang sehat, bayi itu diberi nama Mingi. Song Mingi.

Mingi tumbuh dengan keras, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menghindari manusia. Bahkan Sang Ibunda harus meregang nyawa saat usia Mingi baru dua puluh lima tahun, masih belia, dan masih butuh banyak bimbingan.

Bangsa Sirenian yang tersisa mati-matian melindungi sang Putra Mahkota, harapan satu-satunya bagi bangsa mereka yang tersisa.

Ratusan tahun mereka hidup dalam ketakutan, sampai terdengar sinyal dari Raja Merenian yang menyerukan harapan. Mereka tak lagi sendirian, masih ada yang lain di luar sana.

Harapan terpampang jelas jauh di sana. Namun, perjalanan menuju palung terdalam begitu berbahaya. Jumlah mereka yang sedikit semakin berkurang. Dari ratusan orang kini tinggal sepuluh orang, termasuk Putra Mahkota yang mulai tumbuh remaja.

Setengah perjalanan yang penuh rintangan berhasil dilewati, tetapi perjalanan semakin sulit, dengan berkurangnya jumlah, membuat bahaya semakin sulit untuk dilewati. Dan naas, mereka harus kembali berhadapan dengan manusia.

"Pergilah Yang Mulia, kami akan mengulur waktu untuk anda!"

Mingi bergetar ketakutan, pergi sendiri? Ia mana bisa. "Ta-tapi aku—"

"Keselamatan anda yang paling penting, pergilah, anda hanya perlu berenang lurus ke depan!"

"Pergilah yang mulia! Cepat selamatkan diri an-ARGHHH!"

"Ti-tidak ... " Dua orang sudah gugur, Mingi memejamkan matanya erat dan berenang cepat mengikuti arus, tetapi teriakan mereka membuat Mingi ragu-ragu, ia tak ingin pergi, ia tak ingin rakyatnya mengorbankan nyawa untuknya.

[✔] Destiny of the Ocean . MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang