Chapter 17 - Kejutan tak terduga

615 97 49
                                    

༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
ᴅᴇsᴛɪɴʏ ᴏғ ᴛʜᴇ ᴏᴄᴇᴀɴ
༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
🌊
🌊
🌊

Waktu berlalu, matahari pagi kembali menampakkan wujudnya. Besok adalah hari besar, bagaimanapun caranya, Jaehyo harus dihentikan. Untuk itu, sejak pagi-pagi buta Mingi sudah melatih kekuatannya.

Ratusan tahun kekuatannya terpendam, tak pernah digunakan, di waktu yang singkat ini Mingi ingin membiasakan tubuhnya menggunakan kekuatan yang besar.

Walau Mingi masih tak tahu bagaimana mengeluarkan kekuatan keduanya, tetapi api yang merupakan kekuatan bawaan lahirnya sudah semakin kuat. Mingi pun mulai bisa mengontrolnya.

Tentu, Mingi berharap ia tak perlu sampai menggunakan kekerasan, semoga saja Merman bernama Jaehyo ini cukup pintar, dan menyerah dengan sukarela karena kalah jumlah.

"Mingi."

Mingi menoleh, menatap Yunho yang berjalan ke arahnya. Mengusap pelan pipi Yunho setelah pemuda itu berdiri di depannya. "Kamu baik-baik saja? Apa tidurmu nyenyak?"

Yunho mengangguk, memejamkan mata, menikmati sapuan tangan hangat Mingi pada wajahnya. "Aku sudah lebih baik, setelah berbicara panjang dengan Kakak, juga setelah mengetahui jika jasad Ayah diawetkan agar aku dapat melihatnya untuk yang terakhir kali, membuat hatiku sedikit lebih ringan."

Kehilangan sosok yang paling penting memang membuat hatinya sedih, tetapi ia masih memiliki seorang Kakak yang hebat. Dan kini, ia juga memiliki Mingi di sisinya. Yunho pun yakin, Ayah tak akan suka jika melihatnya terlalu larut dalam kesedihan.

Ia sudah menangis dengan puas, meluapkan semua emosi. Kini waktunya bagi Yunho untuk bangkit. Demi rakyat yang sangat ia cintai, Jaehyo harus dihentikan. "Mau berlatih bersama?"

"Tentu saja. Es milikmu yang sekeras berlian akan sangat membantu latihanku."

Yunho tertawa pelan, pipinya bersemu samar, pujian yang berlebihan, tetapi ia menyukainya. "Ya, mari kita lihat apakah api mu dapat menembus pertahanan es milikku."

Sementara itu. Pasukan Jaehyo tengah sibuk memulai persiapan, dengan dikurungnya Putra Mahkota, semua pasukan dapat bergerak dengan leluasa. Melakukan apa pun demi menunjang kemenangan yang sudah jelas di depan mata.

Jaehyo sendiri tengah duduk di singgasana milik Raja. Semua orang yang menghalangi sudah tidak ada, ia dengan leluasa mendeklarasikan rencananya, dan banyak dari Merenian yang tersisa mendukung rencana sempurnanya. Besok, kemenangan sudah pasti didapatkan.

.
.
|
.
.

"Yang Mulia Keonhee."

Keonhee mengangguk, mempersilakan prajurit kepercayaan untuk memberikan laporan.

"Jaehyo sudah memulai persiapan, Merenian yang tersisa pun mengikuti Jaehyo sesuai dengan Yang Mulia perintahkan," lapor prajurit tersebut.

"Bagus. Jika begitu, beritahukan pada yang lain untuk memulai persiapan juga, persenjatai diri hanya untuk berjaga-jaga, dan istirahat yang cukup untuk menjaga stamina. Kita berkumpul dan pergi menyusul sesaat setelah Pasukan Jaehyo melewati perbatasan terdalam," jelas Keonhee dengan tegas.

"Baik Yang Mulia."

Selepas kepergian bawahannya, Keonhee mengepalkan tangannya erat. Ia pasti akan menghentikan rencana bodoh Jaehyo dan membawa kembali seluruh rakyat Merenian ke lautan dalam dengan aman. Tak akan ia biarkan ada satu pun yang terluka. "Jitae."

"Iya, Yang Mulia." Jitae muncul dari balik pintu, menghadap Keonhee dan memberi hormat.

"Hubungkan aku dengan Yunho, mereka yang di darat harus tahu kondisi di sini."

[✔] Destiny of the Ocean . MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang