Chapter 22 - Lost control

471 77 22
                                    

༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
ᴅᴇsᴛɪɴʏ ᴏғ ᴛʜᴇ ᴏᴄᴇᴀɴ
༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
🌊
🌊
🌊

Mingi, Yunho, bahkan Seonghwa tengah berjuang dengan keras untuk melawan. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan, Hongjoong merasa kesal, ingin membantu, tapi ia hanyalah manusia biasa.

Ia sangat terkejut ketika mengetahui jika Tuan Shin selama ini ternyata Kapten Ho. Ia benar-benar tak bisa mengenalinya. Bahkan Yookwon dan juga Jihoon, ia tak tahu mereka adalah tangan kanan Kapten karena Hongjoong belum pernah melihat mereka sebelumnya.

Ketika memasuki kapal, ia langsung dibawa ke dek bawah kapal, tempat Mingi ditawan. Sehingga ia hanya berinteraksi dengan beberapa awak kapal yang membawakan makanan.

Bodoh sekali, selama ini mereka masih ada di bawah bayang-bayang Kapten Ho. Ia pikir akhirnya bisa membawa Mingi hidup tenang tanpa harus mengingat masa lalu yang begitu menyakitkan, tetapi kenyataannya berbanding terbalik.

Saat ini, yang bisa Hongjoong lakukan hanyalah berdoa semoga Mingi dan para Merenian bisa menghancurkan semua armada yang Kapten Ho bawa. Air sudah berubah menjadi lautan api dengan banyaknya puing-puing kapal yang berserakan dan terbakar.

Tak mungkin penghuni pulau tak mendengar seluruh kegaduhan ini, jika perkiraan Hongjoong benar, Kapten Ho pasti telah memerintahkan beberapa anak buah untuk mencegah penduduk lokal mendekati area sisi pulau tak berpenghuni agar tak mengganggu.

Dapat Hongjoong lihat, Seonghwa mulai kelelahan, ingin menghampiri, tapi walau begitu ia tak bisa melakukan apa-apa, justru ia hanya akan menjadi beban, sehingga Hongjoong berusaha menahan diri, tetap mengawasi dari jauh, tak sekalipun keluar dari tempat persembunyian sesuai permintaan Mingi.

Namun, pergerakan Kapten Ho, membuat Hongjoong bereaksi. Kapten ... tengah menuju ke arah Seonghwa dengan pisau yang siap dihujamkan. "Tidak ... "

Tanpa pikir panjang, Hongjoong berlari menerjang, Seonghwa tak akan sempat menghindar, untuk itu, satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah—

Cleb-!

—berdiri untuk melindungi Seonghwa. "Arrghh!" Pisau besar itu menembus perutnya, tepat di titik vital. Darah segar keluar dari luka juga mulutnya, menciprat ke mana-mana.

"Ho-Hongjoong? Hongjoong!" teriak Seonghwa.

Teriakan panik Seonghwa menarik atensi Yunho dan Mingi, netra mereka seketika membulat kala melihat apa yang baru saja terjadi.

"Cih." Pisau kembali dicabut dengan kasar, membuat darah semakin banyak keluar dari mulut dan perut Hongjoong yang terluka. "Bodoh, kau hanya membuang nyawamu dengan sia-sia. Ke mana tatapan penuh balas dendam saat kita pertama kali bertemu? Seharusnya kau bunuh Merman itu, bukannya memberi simpati padanya dan berakhir mati sia-sia,"

Adalah kalimat Kapten Ho sebelum pergi begitu saja.

Mungkin benar, tetapi ia pun tak pernah menyesalinya. Dapat membantu Mingi, menemani sampai Mingi mendapatkan ekornya kembali. Hari-hari yang ia lalui bersama makhluk mitologi berumur ratusan tahun yang bersedia memanggil ia Kakak sangatlah menyenangkan, begitu membahagiakan. Keputusannya untuk menolong Mingi, tak akan pernah ia sesali, justru ia mensyukurinya.

Kedua kaki tak lagi mampu menopang, Hongjoong ambruk, ke dalam pelukan Seonghwa yang tak membiarkannya beradu dengan pasir pantai. "Ja-ngan menang-is," ujarnya dengan susah payah kala melihat netra Seonghwa berlinangan air mata.

"Hiks jangan bicara dulu, aku ... aku akan membuat obat untukmu," ujar Seonghwa, berusaha tak panik, tetapi darah Hongjoong yang begitu banyak membuatnya tak bisa fokus. "Hongjoong, aku mohon, tetap bersamaku."

[✔] Destiny of the Ocean . MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang