Kio duduk didepan teras melihat pemandangan kota malam yang begitu luas
Cukup banyak kejadian dari pagi hingga malam ini, dari Kio yang sudah terbangun dirumah Ken dan Ken yang meminta agar Kio tetap disisinya. Tidak ingin terlalu membebani pikirannya Kio memilih untuk terus mengikuti alur hidupnya kemana takdir membawannya.
"Hahhh.." Kio mendesah lemas karena sudah mulai merasa bosan melihat lampu kota dibawahnya tersebut
Kriett
Pintu teras kaca itu terbuka pelan menampakan seorang Ken membawa sesuatu ditangannya"Tadaaa....! Di malam seperti ini Cokelat panas cocok kan" ucap Ken sambil menyodorkan satu tangan yang berisi gelas minuman cokelat panas
"Huum" Kio mengangguk dan tersenyum
"Bagaimana sudah sedikit baikan?"
"Hum" Kio mengangguk
"Ah.. padahal malam hari tapi suhu disini panas sekali.. hahaha"
"Ahhhh.." Kio mengangguk kembali sambil tertawa tanpa suara
"Apa kau mau membukakan pakaianku Kio?" Tanya Ken tiba tiba
"Uhukk.. uhuk ughh.." Kio tersedak minumannya sendiri saat mendengarkan ucapan Ken barusan
"Ahh maaf aku barusan hanya bercanda.. pasti kau tadi terkejut.." ucap Ken pelan seolah nadanya kecewa
"Huumm haaa" Kio menggeleng cepat ia langsung menarik Ken kedalam dan menyuruh Ken duduk tidak lupa mereka menaruh gelas hangatnya tersebut diatas meja setelah itu Kio membukakan kancing Ken satu persatu
Saat sudah dikancing paling bawah Ken menahan tangan Kio untuk berhenti
"Kio...." ucap Ken pelan dan ia meraba pipi kanan Kio dengan lembut
Seolah Kio mengetahui bahwa Ken saat ini sepertinya dalam keadaan panas Kio berusaha untuk tetap melepaskan kancing tersebut dan ingin langsung segera pergi dari pandangan Ken. Ia tidak bodoh untuk tidak mengetahui situasi seperti ini, sudah 3 bulan ia menghadapi Velen yang horny atau meminta jatah dengan kemodusan luar biasanya hanya saja Velen secara kasar dan Ken secara halus
Tuk
Kancing baju Ken sudah terbuka semua memperlihatkan dada bidang Ken dan perut yang berbentuk sempurna, Kio menelan ludahnya setelah itu ia ingin beranjak pergi tapi langsung ditahan oleh Ken.Kio yang mulai merasakan Ken meraba badan dan perut Kio, ia berusaha melepaskan Ken dan mengeluarkan pena dan notenya dari kantong celanannya untuk menulis sesuatu disana
'Tuan Ken? Aku belum bercerai sepenuhnya dengan tuan Velen, aku mohon tunggu setelah tuan Velen benar benar menceraikanku' note itu ia sodorkan ke arah Ken
Ken membacanya sejenak setelah itu ia terkekeh dan mengangguk ke arah Kio dan Ken langsung mengelus lembut kepala Kio
"Kalau begitu aku ke toilet sebentar, maaf Kio sepertinya tadi aku terbawa suasana" ucapnya yang sepertinya kecewa dan langsung pergi kearah toilet
Saat pintu toilet tertutup sepenuhnya
"Hahhh...."Kio melepaskan nafas legahnya dengan terduduk dilantai karena ia merasa tiba tiba tenaga dikakinya hilang
'Kenapa tadi kami seperti itu... astaga' batin Kio merasa malu dan kesal yang bercampur aduk
Beberapa menit kemudian Ken keluar ia menggunakan handuk putih yang hanya menutupi bagian bawahnya saja
Ken mencari keberadaan Kio, tapi ia tak melihatnya dimanapun. Ken langsung gemetar matanya tidak berkedip sedikitpun tangannya gemetar hebat
"Kio.. Kio... Kio... Kio..." ucapnya pelan dan gemetar sambil berlari kesana dan kemari mencari keberadaan Kio
"Kio... tidak tidak tidak dimana Kio.. Kio.. Kio.." ucapnya lagi ia melihat pintu kamar yang tertutup, ingat Ken belum memeriksa kamar ia membuka kamar itu secara perlahan dan ia langsung tersenyum lebar saat melihat Kio telah tertidur diatas kasurnya.
"Astaga... dia membuatku takut saja" ucapnya kembali dengan nada pelannya
Ken memasuki kamar. Ia mengunci pintu kamar tersebut dan kuncinya ia simpan, ia takut saat Kio lebih dulu bangun, Kio akan kabur dari pandangannya jadi saat Kio terlebih dahulu bangun ia akan menanyakan kuncinya kepada Ken yang mau tak mau Kio harus membangunkan Ken untuk menanyakan kuncinya.
"Maaf Kio.. aku hanya takut kau meninggalkanku.." ucap Ken pelan setelah itu ia ikut tidur disamping Kio
.
.
.Bersambung
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Bisu (21+)
Любовные романы'si bisu' Begitulah orang memanggilku. Tepat usiaku beranjak 17 tahun orang tuaku tidak sanggup lagi untuk menampung pria bisu sepertiku dan akhirnya aku dijual ke pria kaya raya di New York. Aku kira aku akan bahagia. Ternyata tidak. [Menyukai oran...