Ken terkejut dengan apa yang ia dengar barusan
"Hah????"
Tut
"Hey Velen! Hey!"
Ken memijat pelipisnya sambil menajamkan tatapannya
"Astaga ada apalagi dengan bocah itu"
.
.Velen menidurkan Kio dan dirinya diatas kasur, perlahan ia memeluk Kio dengan lembut. Sekarang ia menatap wajah Kio secara sak sama mulai dari ujung rambut turun ke hidung hingga mulut
'Apa yang spesial darinya? Dia ini hanya pria homo lemah' batin Velen yang masih setia melihat wajah Kio.
Velen hanya diam saja dan akhirnya ia ikut terlelap disamping Kio dengan keadaan Kio dalam dekapannya.
Esoknya
Kio terbangun dengan bagian tubuh belakang dan kakinya yang terasa perih, tepat saat ia membukakan matanya ia melihat tempat asing yang tak pernah ia lihat. Kio berusaha mengedipkan matanya dan mencubit tangannya untuk memastikan ini bukan mimpi dan alhasil semuanya terasa asli.
'Aku dimana?'batin dan tanyanya sendiri sambil mendudukan posisi badannya dari posisi tidur
"Kau dirumahku" jawab seorang pria yang suaranya tak asing bagi Kio
"Huh?" Kio menoleh ke asal suara dan benar saja pria itu adalah Ken
"Kau duduk saja.. karena sepertinya kau baru saja melewati hari yang berat" ucap Ken tiba tiba
"Hemm?" Kio memiringkan kepalanya
"Semalam Velen meneleponku dan ia menitipkan dirimu kepadaku"
'Kenapa dia berbeda lagi bukankah semalam tuan Velen menginginkan perpanjangan kontrak dan ken---
"Heyy.. kau pasti sedang banyak memikirkan sesuatu sekarang.. sudah tidak apa Kio, kau aman disini" Ken menggenggam tangan Kio erat dan menarik nafas dalam dalam setelah itu dia membuangnya secara perlahan
"Kio..."
"Kuucapkan selamat lusa kau akan bercerai dengan Velen dan itu artinya kau bebas" ucap Ken dengan senyuman
"Oh.. huum" Kio mengangguk paham dan membalas senyuman itu
'Ahhh akhirnya aku akan bebas'
'Ya ini yang aku inginkan, aku harus berterimakasih kepada tuan Ken'
Tes
"Kio? Kenapa menangis"
'Hah? Nangis' Kio menyentuh pipinya dan benar saja ada air mata mengalir disana
"Uhum" Kio menyilangkan tangannya dan mengulurkan kedua tangan kemudian ia menariknya hingga menyentuh dadanya
"Jika kau ingin menangis, menangis saja untuk saat ini aku akan menjadi sandaranmu" ucap Ken menarik kepala Kio ke bahunya
".."
"..."
"Huuu.."
"Huwaa"
"Hiks.. hiks.. huwaaaa haaaaa.." Kio benar benar tak tau saat ini ia sedang sedih atau bahagia ia benar benar kebingungan
"Kio sudah saatnya kau bahagia bukan?" Ken mulai bermonolog sendiri meski Kio kemungkinan besar tak mendengarnya karena ia mengecilkan suaranya sendiri
"Hanya karena kau bisu semua orang menginjakmu.."
Srakk
Ken mendorong bahu Kio dan menatap kedua mata Kio yang sudah merah"Kau.. dan aku.. kita akan ke Singapura setelah kau resmi bercerai dan kau bisa menjalankan operasimu disana, aku memiliki kenalan dokter yang sangat hebat disana" ucap Ken dengan mantap
Kio menggeleng ia melepaskan kedua tangan Ken dari bahunya dan memilih duduk di sofa ruang tamu yang ia lihat
Kio duduk disana dan pikirinnya ntah kemana.
'Aku ini sedih dan bahagia, aku bahagia karena sudah berpisah dengannya tapi aku juga bersedih karena orang yang kusukai sampai akhirnya tak membalaskan rasanya kepadaku sedikitpun, ini sedikit menyakitkan' batinnya
"Hummm"Kio menutup tangisannya dengan bantal
Ken tau jika Kio sudah jatuh hati dengan Velen tapi bagaimanapun Ken tidak bisa membiarkan Kio dengan Velen dekat lebih lama lagi atau..
Atau..
Rasa suka dan cinta dari Velen akan timbul dan malah menjadi masalah permanen untuk semuanya.
Itu tidak akan pernah terjadi.
"Yang menjagamu mulai sekarang adalah aku Kio.. jadi tak akan sedikitpun Velen menyentuh bahkan melihat ujung rambutmu mulai sekarang" ucap Ken yang mulai menghisap 1 putung rokoknya
.
.
.
Bersambung~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Bisu (21+)
Romans'si bisu' Begitulah orang memanggilku. Tepat usiaku beranjak 17 tahun orang tuaku tidak sanggup lagi untuk menampung pria bisu sepertiku dan akhirnya aku dijual ke pria kaya raya di New York. Aku kira aku akan bahagia. Ternyata tidak. [Menyukai oran...