2 | Big Boss Yudis

150K 4.4K 244
                                    

Vote!

.

.

.

Masih terpejam Yudis berdecak sebal, basah dan lengket dia rasakan di bawah sana. Menarik napas dalam lalu membuka selimut. "Jangan lagiii ...," suaranya serak dan jengah, lagi-lagi ia basah di pagi hari.

Beringsut duduk dan mengambil kacamata di atas nakas kemudian ia pakai. Melihat jam tenyata ini sudah pukul sepuluh pagi.

Sekali lagi menarik napas dalam baru ia turun dari ranjang dan kembali menanggalkan kacamatanya untuk pergi mandi.

Dia harus pergi hari ini untuk mengecek tempat bisnis barunya yang baru saja ia sita dari sang pemilik. Iya, dia adalah Yudis Wira Bratajaya, bos eksekutif, seorang anak wali kota yang namanya terkenal di mana-mana, wajahnya tampan rupawan dengan mata terang, hidung tinggi, bibir tipis dan tentu saja otak sexy yang pandai sekali memainkan dan memenangkan sengketa dengan caranya.

Selesai mandi dan berganti pakaian dia turun ke dapur untuk sarapan, dan lagi-lagi yang ia dapati adalah punggung sempit mantan kekasihnya Wang Yuan, si pria cantik keturunan Cina-Indo dengan mata bulat rusa, bibir tipis memesona pun hidung kecil tinggi, yang akan selalu memakai kemeja putih kebesaran tanpa bawahan memamerkan kulit putih mulus seperti ini.

Yudis menarik napas, lalu dia mengambil susu dan sereal untuk ia tuang ke mangkuk.

"Sayang?" Yuan memeluk Yudis dari belakang, menempelkan dada ke punggug Yudis dan melekatkan pipi ke pundaknya.

"Tolong berhenti menempeliku, Yuan ... kita sudah selesai," Yudis tidak peduli.

"Aku mencintaimu," serak nan manja Yuan.

"Sadarlah," Yudis duduk dan mulai menyuap.

"Kita saling menikmati saat bercinta, kenapa begini?" rajuk Yuan lagi.

"Kita sudah selesai,"

"Yud ... aku mencintaimu,"

"Sadar!" Yudis mengebrak meja detik itu juga dengan kembali berdiri. "Sial!" Dia mengacak rambutnya frustasi dan meninggalkan mangkuk sarapannya begitu saja.

Meniup peluit anjing di gantungan kunci mobilnya seraya berjalan keluar dan kedua anjing doberman kesayangan langsung datang dari halaman samping rumah.

Yudis mengusak sayang kedua puncak kepala mereka dan dia ajak sekalian masuk ke mobil duduk di jok belakang.

Yudis sendiri naik dan duduk ke kursi kemudi, lalu mereka meninggalkan pelataran rumah.

Tak butuh waktu lama ia sampai di tempat tujuan. Dia mengunjungi sebuah restoran kecil di ujung kota, yang hak kepemilikannya baru saja pindah nama atas dirinya.

Menarik napas lagi untuk memperbaiki mood, dia tersenyum lalu semua baik-baik saja.

Turun dari mobil setengah parkir, Dia nampak begitu santai sekaligus keren dengan celana hitam, kaos hitam, pun kaca mata minus photocromic-nya yang ikut menghitam karena cahaya matahari. Dan detik selangkah ia turun, ia langsung dilindungi oleh orang-orangnya dari beberapa orang yang merasa dirugikan.

Kata umpatan, cacian, bahkan acungan jari tengah menyambutnya, tapi pria itu tetap tersenyum dan melambai tanpa dosa, seolah disambut dengan taburan bunga.

Dia berjalan mendahului, dan otomatis diikuti yang lain untuk masuk ke restoran bisnis barunya itu, yang akan ia serahkan pada salah satu bawahannya untuk dikelola.

BABY BOSS YUDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang