5 | Sweetest

52.1K 2.7K 164
                                    

Vote!

.

.

"Maaf, ini kecil dan berantakan," ucap Bima yang sekarang menutup pintu unitnya.

Yudis yang tadi masuk terlebih dahulu dengan membopong Buttermilk kembali menoleh ke arah Bima. Dia tersenyum. "Jangan sungkan, Bi. Dulu aku bahakan sering ikut masuk ke gorong-gorong bersama ayah,"

Bima jadi tak enak hati. "Em ... silahkan duduk, Bos!" Dia mempersilahkan. "Mau minum apa?"

Yudis meletakan Buttermilk ke sofa. "Tidak perlu, biar aku ambil sndiri saja," katanya.

"Ba-baiklah," Bima sepertinya lupa bahwa Bos Yudis adalah tipikal yang tak suka merepotkan orang lain dan begitu rendah hati. "Mari lewat sini," Dia menunjukan jalan.

Yudis berjalan mendahului dan Bima mengikuti.

Sepanjang dinding yang Yudis lalui dapat ia lihat beberapa figura tertempel. "Itu kamu dan Azam?" tanyanya dengan berhenti di depan salah satu figura. Dia berkacak pinggang dan mengamati dua sosok pria dalam satu frame, di mana Bima nampak begitu gagah dan Azam begitu manis tersenyum ke arah kamera melendot manja pada sang dominannya. "Manja sekali kelihatannya pacarmu itu?"

Bima terkekeh dengan menggaruk tengkuk sedikit malu dan canggung.

Yudis menoleh ke arah Bima dengan sedikit mendongak karena kesenjangan tinggi badan untuk menunggu jawaban.

"Iya," jawab Bima dengan menyorot figura tadi.

"Kamu sangat mencintainya?" tanya Yudis.

Bima hanya mengedikan bahu dan tersenyum.

"Oh! Oke!" Yudis melanjutkan langkah ke dapur kecil Bima ini seolah tak lagi ingin peduli. Dia mengambil sendiri gelas dan menuang air putih.

"Bos mau makan apa? Aku bisa buatkan," tawar Bima.

"Mie kuah saja kalau ada," Yudis meletakan kembali gelas tadi meski isinya belum tandas.

"Tentu ada," jawab Bima.

Yudis itu pandai menempatkan diri, jadi dia tidak akan minta macam-macam pada penghuni unit sederhana semacam ini. "Kalau begitu buatkan!" Dia kemudian duduk ke kursi meja makan untuk menunggu.

Bima melepas suit kemudian melonggarkan dasi dan melepas satu kancing teratasnya, ditambah menggulung lengan. Sungguh nampak sexy di mata Yudis. "Bajingan," umpatnya dalam hati kewalahan melihat pemandangan ini, mode gilanya kembali, dia tidak ingin melewatkan surga, jadi ia memilih bertampang dagu dan mengagumi tiap gerik Bima di depannya yang mulai memasak mie kuah instan di sana.

"Harusnya tadi kamu tidak perlu serapi itu hanya untuk menjemputku, Bi," celetuk Yudis.

"Tidak apa-apa, Bos. Ini sudah menjadi wajib untukku," jawab Bima tanpa menoleh karena sibuk memasukan mie instan ke panci.

"Oke! Itu terserah saja," ucap Yudis. Lalu matanya menyelisik mengamati tiap perabot dapur mini ini, dari set panci samapi lemari pendingin pun semuanya. "Kenapa hampir semua warna ungu?" tanyanya.

Bima memindah mie kuah itu ke mangkuk lalu membawanya ke hadapan bos Yudis. "Karena Azam menyukai warna ungu," jawab Bima.

Yudis mengangguk dengan menarik mangkuk mie-nya untuk semakin dekat. "Aku beri tahu rahasia, jangan terlalu percaya dan memberikan seluruh hati pada pria manis submisif," Yudis menjeda dengan mengaduk Mie di mangkuk. "Karena mereka tak puas hanya dengan satu dominan saja," Dia meniup lalu menyuap.

Bima duduk di hadapan Yudis dengan berkedip, seolah tak yakin dengan apa yang Bosnya ini katakan, karena Azam begitu sangat pengertian dan seolah cintanya hanya untuk Bima seorang.

BABY BOSS YUDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang