13 | Patah hati

25K 2.2K 233
                                    

Vote!

.

.

Yudis tertawa terbahak dengan bertepuk tangan.

Azam langsung pergi begitu saja, bahkan hanya dengan menggunakan bathrobe yang didobel dengan jaket panjang selututnya, meraih tas dan mengumpat setelah menampar Yudis.

"Aku tidak menggodanya, Bima ... dia yang menawarkan diri," kata Yudis.

Bima yang masih membuang muka dengan dada kembang kempis itu menoleh menatap Yudis. Dia menelan ludah, meski pira gila ini begitu menyebalkan, tapi yang diucapkannya adalah benar.

"Aku benar bukan? Jangan percayakan seluruh hatimu pada pria manis submisif. Jika ada yang nampak lebih kaya, mereka pasti akan tergoda,"

Bima mendengus.

"Jadi bagaimana, Bima Anggara Putra? Malam ini kita berkencan? Kamu pacarku sekarang," Yudis meraih suitnya untuk ia pakai lagi. "Ayo, sekarang kita jalan-jalan dan menikmati malam sebagai sepasang kekasih," Dia menarik lengan besar Bima untuk diajak keluar kamar.

Masuk ke dalam lift dan turun.

"Pakai mobilmu atau mobilku?" Yudis menoleh ke arah Bima yang sedari tadi tetap diam. "Ah! Pakai mobilku, biar aku yang menyetir, aku tahu kamu patah hati sekarang," Dan dia menyeret Bima lagi untuk dibawanya ke mobil.

Bahkan Yudis yang membukakan pintu untuk Bima dan dia juga yang memasangkan sabuk pengamannya. "Kita jalan-jalan ...!" ucap Yudis renyah dan senang.

Sepanjang jalan Bima tetap diam, bahkan dia memasukan kedua telapak tangan ke saku jaket yang ia kenakan dengan pandangan lurus ke depan.

"Sakit, yah?" tanya Yudis. "Tidak apa-apa, aku juga pernah merasakannya, dan aku yakin itu akan segera sembuh, percayalah padaku! Bahkan Yuan lebih lama di sisiku dari pada Azam bersamamu," ucap Yudis lagi.

"Bagaimana kalau kita wisata kuliner malam di street food? Makanan bisa meningkatkan mood," tanya Yudis lagi pada Bima yang tetap tidak dijawab. "Oke! Kita ke street food!" Putus Yudis. Dan dia membelokkan mobilnya.

Tak butuh waktu lama mereka sampai, aroma gurih dari berbagai jenis jajal jalan langsung menyeruak menyapa indra, asap mengepul dari wadah-wadah si pedagang, lalu lalang pejalan kaki, serta riuh suara penjual dan pembeli.

Yudis kembali merengkuh lengan besar Bima manja, menyeretnya mendekat ke stand yang jajannya ingin ia cicipi.

"A ... aku mau yang ini, ini, dan ini," Yudis menujuk satu persatu apa yang ia mau pada sang penjual, kemudian menoleh dengan mendongak ke arah Bima yang masih ia rengkuh lengannya. "Kamu mau apa, Bi?"

Bima menggeleng.

"Baiklah, tambah sosis keju itu untuk pria yang sedang patah hati ini, Pak,"

"Siap, Tuan," jawab si penjual yang sejak tadi tangannya dengan terampil membungkus semua pesanan Yudis ke dalam sterofrom.

Yudis menerima pesanannya kemudian membayar, setelah itu kembali menggandeng Bima untuk duduk ke kursi panjang yang banyak disediakan.

Yudis membuka bingkisannya lalu mulai mengambil satu tusuk sosis bakar yang aromanya saja sudah sangat begitu menggiurkan. "Buka mulutmu, Bima ...," printahnya lembut.

Bima menarik napas dalam.

"Buka, A!" Sorot lembut Yudis berubah tajam dan mengintimidasi.

Terpaksa Bima membuka mulutnya.

Dan detik itu juga senyum Yudis serta tatapan lembutnya kembali. "Enak, kan? Kamu harus makan makanan yang enak suapa bahagia, Bi ...," Yudis menggigit bekas gigitan Bima.

BABY BOSS YUDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang