Vote!
.
.
.
Yudis masuk ke dapur untuk mengambil minuman ringan di lemari pendingin untuk sekedar menghilangkan kering di kerongkongan.
Melirik sekilas ke arah Yuan yang duduk di kursi meja makan dengan menaikan seluruh kaki jenjangnya ke atas meja memamerkan paha putih mulus seperti biasa untuk menggoda Yudis dengan mengenakan kemeja kebersan putihnya.
Kenapa?" tanya Yuan lagi saat sekali lagi Yudis meliriknya.
Yudis membuang muka berpura tuli dan buta, dia tetap menenggak sodanya semakin acuh.
Yuan turun dari kursi meja makan, lalu mendekat ke arah Yudis kemudian memeluknya dari depan dan melekatkan pipi ke dada bidangnya. "Kenapa semalam tidak pulang? Aku kesepian," ucap Yuan sendu.
Yudia menarik napas dalam hingga dadanya menggembung, dia benar berusaha keras mengabaikan dan menganggap Yuan tak ada.
"Kenapa kamu tidak mau memaafkanku, Sayang? Yang bahkan aku sudah memaafkanmu," Yuan mendongak dengan lengan masih melingkar di tengkuk Yudis.
Sementara Yudis tetap tidak mau menatap mantan kekasihnya itu.
"Yudis ... lihat aku," Yuan menakup kedua pipi Yudis untuk menghadap wajahnya dan menatap matanya. "Aku mencintaimu," Lanjutnya sendu.
"Sadarlah," Dan Yudis meninggalkan Yuan begitu saja. Dia sudah terlalu jangan dengan mantan kekasihnya itu, yang lupa bahwa hubungan mereka sudah selesai.
Dia naik ke kamar, lebih baik mandi lalu pergi lagi.
____________________________________________________________
"Bima," sambut Azam ceria saat Bima membuka pintu serta Buttermilk yang juga ikut berlari ke arah Bima.
"Bisa tolong ambilkan air dingin, Baby?" perintah Bima lembut seraya melepas sepatu dengan duduk di sofa dan menggaruk puncak kepala Buttermilk.
"Oke!" ucap Azam yang tadi hendak memeluk kekasihnya itu, kemudian dia berbalik pergi ke dapur.
Seperginya Azam ke dapur, Bima menyandarkan punggung. Rasanya aneh, hari ini dia hanya menemani sang bos melakukan kunjungan, harusnya tidak terlalu lelah, bahkan tadi saja sempat bergantian menyetir.
"Kamu terlihat pucat, Sayang," Azam datang lagi dengan air putih dan duduk di sebelah Bima.
Belum sempat menerima air minum itu, Bima langsung memeluk Azam. Ada semacam perasaan bersalah, tapi juga bimbang. Dia yakin dia mencintai Azam, tapi tidak tahu kenapa semenjak ciuman yang Bos Yudis berikan tadi pagi, bibir tipis manis itu seolah selalu menghantui. Pun bahkan tadi tanpa sadar sesekali ia mencuri padang pada sang bos saat menyetir yang peragainya seolah begitu cantik dan mengoda di matanya. "Aku mencintaimu, Zam," ucap Bima dengan membenamkan wajah ke ceruk leher Azam meski harus membungkuk dalam karena kesenjangan tinggi badan.
Azam terkekeh. "Sedang kenapa, huh?" Dia mengurai jarak dengan memegang kedua lengan besar Bima.
"Aku mencintimu, kamu mencintaiku, 'kan?" tanya Bima.
Azam malah semakin tertawa, ia tahu jika begini pasti sang kekasih minta sesuatu. "Aku tidak mencintaimu," ejeknya. "Ayo sekarang minum air putihnya, mandi dan istirahat!" Dia mencolek main-main ujung hidung tinggi Bima.
"Zaamm ...," rajuk Bima.
"Bi ... kamu lelah, 'kan?" Azam menakup kedua pipi Bima. "Sekarang mandi dan akan aku siapkan makan malam," Dia menggoyangkan takupan tangan kecilnya di pipi Bima ke kanan dan ke kiri pelan, kemudian beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY BOSS YUDIS
Misteri / ThrillerBoss Yudis, seorang maniak gila dengan lidah bercabangnya, si cerdas nan licik yang mampu mengambil dan menguasai apa pun yang dia mau termasuk harga diri dari seseorang. Yang tampan tapi juga cantik Yang gagah tapi juga manis Yang bisa menjadi mala...