Hamil?

116 41 15
                                    

"Assalamualaikum." ucapku ketika sudah sampai di depan klinik dengan nafas yang tersenggal senggal akibat berlari tadi.

"Wa'alaikumussalaam." ucap ibu ibu yang mungkin tadi membawa ibuku di klinik.

"Syukurlah nak Rasti sudah datang." ucap bi Endang.

"Bagaimana keadaan ibu Rasti bi Endang?" tanyaku.

"Sedang di priksa oleh bidan nak, ini kamu minum dulu." ucap nya memberikan segelas air putih padaku dan aku menerima nya kebetulan aku sangat haus.

"Terimakasih bi." ucap ku dan di balas anggukan oleh bi Endang sambil tersenyum. Inilah yang membuatku suka tinggal di desa kebersamaanya yang saling gotong royong membantu satu sama lain.

"Bidan Erni bagaimana keadaan ibu nya Rasti? " tanyaku saat melihat bidan Erni keluar setelah memeriksa ibu.

Bidan Erni tersenyum ke arahku dan tentu saja itu membuatku bingung.

"Ibumu tidak apa apa Rasti, hanya saja ibumu terlalu kecapean dan mohon untuk tidak melakukan hal hal yang berat berat ya karena  ada nyawa lain yang tumbuh dalam rahim ibu mu." ucap bidan Erni dan aku hanya terdiam mencerna satu kata demi kata yang keluar dari mulut bidan Erni.

"Maksud bidan Erni ibu nya Rasti hamil? " tanyaku dan di di balas anggukan oleh bidan Erni.

"Boleh Rasti masuk bu bidan? " izinku untuk menemui ibu.

"Boleh silahkan. " ucap nya dan aku langsung masuk ke dalam menemui ibu.

Wajar sih jika ibu hamil lagi karna umur ibu juga masih belum tua tua banget tapi yang bikin aku heran kenapa tiba tiba ibu hamil setauku Ibu dan bapak ah sudahlah.

👻👻👻

"Kau tidak suka ya mau punya adik? " tanya Santi dan aku langsung menoleh ke arah Santi lalu aku menggeleng pelan.

"Lantas kenapa kau sedih begitu? "

"Aku tidak tau." ucapku karna aku memang tidak bisa mendeskripsikan dengan perasaan ku yang sekarang.

"Hhmm." gumam Santi.

"Eh nak Rasti,  udah lama nak? " tanya bi Susi ibu nya Santi.

"Ngga kok bi baru saja tadi." ucapku pada bi Susi dan bi Susi mengangguk. Saat ini aku memang sedang berada di rumah nya Santi setelah mengantar ibu pulang dari klinik.

"Yasudah kalo begitu bibi ke dapur dulu dan Santi kau sudah buat minum untuk Rasti belum?"

"Ouh iya Santi lupa bu." ucap Santi menepuk jidat nya sendiri.

"Eh ngga usah bi, San. Rasti nda haus kok." ucapku merasa ta enak.

"Halah kau ini Ras sama seperti siapa saja merasa tidak enak gitu. Aku ambilin yo bentar." ucap Santi dan berjalan ke arah dapur.

"Yo ws nak, bibi  ke dapur dulu."

"Iya bi."

Setelah kepergian bi Susi ke dapur ta lama kemudian Santi datang dengan mambawa minuman dan beberapa cemilan.

"San, " ucapku memanggil Santi

"Opo Ras? "

"Aku mau cerita sesuatu sama kamu, tapi kamu jangan takut yo." ucapku

"Cerita opo toh Ras? Kok kaya serius banget."

"Iyo iki emang serius Ras."

"Yo ws cerita tentang apa?"

"Tentang bapaku yang beberapa hari ini bersifat aneh." ucap ku dan Santi kini mulai serius menatapku, tapi belum sempat aku melanjutkan ceritanya  tiba tiba bi Susi datang suruh aku pulang karna sebentar lagi memasuki waktu maghrib.

"Nak Rasti ngobrol nya di lanjut besok saja nggeh, soal nya ini sebentar lagi waktu maghrib tiba. Bukan maksud bibi mengusir nak Rasti tapi nak Rasti tau sendiri desa kita sedang lagi tidak aman." ucap bi Susi merasa ta enak.

"Owh nggeh bi nda papa, Rasti tau ko." ucapku tersemyum ke arah bi Susi.

"Sebenarnya kalo nak Rasti mau nginep juga nda papa cuman kan ibu nya nak Rasti lagi hamil nda baik di tinggal sendirian di rumah."

"Nggeh bi nda papa, kalo begitu Rasti pamit pulang dulu ya bi,  San. " ucapku pamit.

"Nggeh nak hati hati jangan lupa baca dzikir dan ayat kursi."

"Nggeh bi, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalaam."

👻👻👻

Prang...

"Astagfirullah!"

Suara benda terjatuh aku yang sedang berdzikir setelah sholat maghrib pun kaget dan langsung berjalan mencari ibu takut ibu kenapa napa.

"Bu...ibu " ucapku memanggil ibu tapi tidak ada sautan sama sekali dari ibu.

Aku terus berjalan mencari ibu hingga ta lama kemudian aku mencium bau bau yang sangat wangi berasal dari dapur. Wangi ini bukanlah wangi menyan seperti tempo lalu akan tetapi bau wangi ini seperti bau wangi kembang kamboja.

Aku terus mengikuti bau wangi itu berasal hingga tanpa di sadari kaki ku hampir sampai di dapur tapi tiba tiba ada yang menepuk bahuku.

Puk ..

Aku langsung terdiam dengan badan yang sedikit gemetar sungguh aku ta berani untuk menengok kebelakang apalagi bau wangi ini semakin menyengat. Dalam hatiku terus membaca surah surah pendek dan ayat kursi.

"Rasti! "

"Astagfirullah!" reflek aku langsung menengok kebelakang.

"Hufhh... Ibu."  ucapku merasa lega.

"Sedang apa nak di dapur? "

"Ah.. Eum tadi Rasti haus bu." ucapku sedikit berbohong.

"Owh kirain kenapa."

"Eum..bu "

"Iya? "

"Tadi ibu yang menepuk bahu Rasti?" tanya ku.

"Loh nda kok, wong ibu saja baru dari kamar. Memang nya kenapa? " ucap ibu.

Kalo bukan ibu yang menepuk bahuku tadi lantas siapa?  Ucapku dalam hati.

"Ras? "

"Eh iya bu nda papa."

"Yasudah sebentar lagi adzan isya. Siap siap gih" ucap ibu dan aku mengangguk.

"Owh iya bu,  dari tadi Rasti nda liat bapak. Bapak kemana? " tanyaku.

"Bapakmu lagi ada urusan sama warga kemungkinan nda pulang. "

"Owh." ucapku menganguk. "Yasudah bu Rasti ke kamar dulu."

"Iya."

Tbc..

Bambu KuningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang