Ada yang Aneh

117 45 16
                                    

"Ibu kenapa bu? " tanya ku pada ibu saat melihat wajah ibu begitu pucat.

"Kepala ibu pusing Ras." ucap ibu dan aku langsung menempelkan tangan aku di dahi ibu untuk mengecek suhu badan ibu dan ternyata memang bener badan ibu terasa hangat.

"Ibu kalo sakit istirahat saja, nanti biar Rasti dan bapak yang ke ladang. " ucapku ta tega melihat ibu yang lemes ta bertenaga.

"Iya nanti ibu istirahat. Kamu kalo mau ke ladang jangan lupa bawa bekal." ucap ibu dan aku mengangguk.

Setelah mengantar ibu ke dalam kamar aku mencoba mencari bapak untuk berangkat ke ladang bersama.

"Pak. " ucapku saat melihat bapak sedang  mengasah cangkul.

Bapak menoleh ke arahku tapi tidak menjawab panggilanku atau bahkan sekedar untuk bertanya pun tidak lalu bapak melanjutkan mengasah cangkul nya.

"Nanti yang ke ladang biar Rasti sama bapak saja ya, soal nya ibu lagi sakit pak." ucapku pada bapak dan bapak menoleh sebentar lalu mengangguk dan kembali ke aktivitas nya.

Karna aku tidak tau mau apa lagi akhir nya aku memutuskan untuk pergi ke dapur untuk menyiapkan bekal yang akan ku bawa ke ladang nanti.

👻👻👻

Ntah kenapa saat aku sedang bersama dengan bapak aku merasa ada sesuatu yang aneh biasa nya bapak selalu mengajaku bercanda ketika sedang berladang tapi kali ini bapak hanya diam saja bahkan saat aku bertanya pun bapak selalu menjawab mengangguk dan menggeleng sebagai jawabanya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Pak, ini singkong nya Rasti masukin ke dalam karung ya." ucapku saat melihat singkong yang sudah di ambil menggunakan cangkul oleh bapak.

Bapak mangangguk tanpa menoleh ke arahku yang sedang menanam biji kacang.

Flashback on

Tok tok...

Suara ketukan pintu di malam hari tepat nya di rumaku. Pada saat itu aku dan ibu sedang tidur bersama karena aku tidak berani tidur sendiri setelah kejadian tadi menjelang maghrib.

Tok tok...

Aku terbangung karna suara ketukan pintu itu makin keras.

"Bu.. Ibu.. " ucapku mencoba membangunkan ibu.

"Kenapa Ras? " tanya ibu dengan tangan mengucek ngucek mata nya.

"Itu bu ada yang mengetuk pintu. " ucapku pelan dan ibu langsung kaget.

"Tengah malam gini? " tanya ibu heran dan aku mengangguk.

"Salah dengar kali kamu Ras, ngga mungkin ah tengah malam gini ada yang bertamu." ucap ibu ta percaya dan pada saat aku ingin menjawab ucapan ibu suara ketukan pintu kembali terdengar.

Tok tok...

"Tuh kan bu, Rasti ngga salah dengar." ucapku yang mulai takut. "Terus ini gimana bu? Rasti takut." ucapku rasa nya ingin menangis.

"Kita liat siapa yang mengetuk pintu tengah malam gini." ucap ibu dan itu membuat aku semakin di landa rasa ketakutan aku langsung mengambil tasbih yang aku taro di dekat tempat tidurku tadi, sedangkan ibu membawa bambu yang berwarna kuning.

Setelah sampai di depan pintu seperti biasa aku dan ibu mengintip terlebih dahulu dari jendela tapi kali ini bukan aku yang mengintip melainkan ibu karna tubuhku sudah ta karuan rasa nya.

"Gimana bu? " tanyaku pada ibu.

"Bapakmu Ras." ucap ibu dan sedetik kemudian aku menghela nafas lega ternyata itu bapak tapi yang aku herankan kenapa bapak baru pulang jam segini bahkan hampir jam 00:00 WIB.

"Yasudah bu langsung buka saja pintu nya." ucapku pada ibu dan ibu langsung membukakan pintu untuk bapak.

Flashback of

"Pak, ini isi karung  nya sudah penuh dengan singkong nanti Rasti bagi sedikit sama warga ya pak." ucapku dan bapak kembali mengangguk.

Sudah menjadi kebiasaan keluargaku setelah panen ntah itu panen sayur atau  ubi ubian akan di bagikan sedikit buat warga yang kurang mampu sebagai tanda rasa syukur karna masih di berikan rezeki yang berlimpah.

"Mari pak kita pulang sebentar lagi adzan dzuhur." ucapku dan seperti biasa bapak hanya mengangguk. Sebenarnya aku sudah jengah yang sedari tadi terus bicara pada bapak tapi bapak ta mengeluarkan satu katapun dari mulut nya.

Aku dan bapak tengah siap siap buat pulang ke rumah, tapi aku bilang biar bapak duluan yang pulang soal nya aku akan membagikan sedikit singkong dan sayuran ini ke warga.

👻👻👻

"Bi darmi! " ucapku sedikit berteriak pada bi darmi karna jarak yang lumayan jauh dengan berlawan arah.

Aku langsung berlari ke arah bi Darmi."Bi Darmi, ini ada sedikit singkong dan sayur buat bi Darmi kebetulan tadi Rasti dan bapak baru saja panen di ladang." ucapku pada bi Darmi.

"Oalah cah ayu, matursuwun nggeh." ucap bi Darmi kesenangan.

"Iya bi, sama sama. Kalo begitu Rasti ke jalan lagi ya bi."

"Nggeh cah ayu." ucap bi Darmi dan aku tersenyum lalu melanjutkan perjalanan ku.

Saat aku sedang berjalan kembali tiba tiba ada yang memanggil namaku dari belakang dan otomatis aku langsung menengok ke belakang.

"Rasti! "

"Eh bi Retno." ucapku pada bi Retno tetangga belakang rumah ibu.

"Bawa apa Ras? " tanya bi Retno.

"Singkong dan sayur bi, hasil panen tadi di ladang sama bapak." ucapku dan bi Retno mengangguk.

"Eh Ras, tadi bibi bertemu sama bapakmu di jalan, tapi saat bibi menyapa bapakmu, bapakmu diam saja. Kenapa dengan bapakmu apakan sedang sakit? " tanya bi Retno dan akupun bingung harus menjawab apa.

"Eum anu bi.. Eum.. " ucapku bingung.

"Anu apa Ras? " tanya bi Retno penasaran dan pada saat aku inging menjawab pertanyaan dari bi Retno tiba tiba santi berlari ke arahku dengan bertetiak memanggil manggil nama ku.

"Rasti! Rasti! " ucap santi saat sudah berada di depanku dengan nafas yang tersenggal senggal.

"Ada apa San? " tanyaku pada Santi tapi Santi masih terdiam mungkin masih mengatur nafas nya agar kembali normal.

"Ibu kau pingsan tadi dan sekarang sedang di bawa ke klinik." ucap Santi dan aku langsung shok mendengar ibu pingsan di rumah pantas saja tdi perasaanku tidak enak.

"Ibu pingsan? " tanya ku dengan kawatir dan langsung berlari menuju ke klinik dengan karung yang berisi singkong dan sayur aku letakn di jalan bodoamat lah jika nanti ada yang mengambil karna saat ini ibu ku lebih penting dari segalanya.

Tbc..

Bambu KuningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang