Kemis wage

30 9 0
                                    

Jujur aku sangat syok setelah musibah yang menimpa keluarga kami terutama ibu yang tak kalah syok nya dengan aku.

Aku bener-bener tidak menyangka dengan kejadian yang barusan ibu ku alami ini sangat aneh bahkan tidak masuk akal dalam pikiranku. Yah, perut ibu yang awal nya sudah membesar tapi ntah kenapa tiba tiba malam itu dengan jelas aku melihat bahwa perut ibu kembali kempes seperti sedia kala.

Ibu menangis histeris saat mengetahui bahwa perut nya telah kempes kembali bahkan ibu sempat pingsan karna daya tahan ibu yang melemah.

Saat ini bapak sedang menemani ibu di kamar, sedari tadi bapak tidak pernah jauh dari sisi ibu dan itu membuat aku sedikit terenyuh dengan bapak yang sangat perhatian sama ibu.

Berita tentang perut ibu yang kembali kempes pun sudah menyebar ke seluruh warga bahkan satu persatu warga juga mulai datang ke rumah sekedar memberi ucapan duka tapi ada juga yang ikut mengaji untuk ketenangan si bayi yang telah tiada.

"Nak Rasti, bibi ikut berduka ya atas musibah yang telah menimpa bi Rani," ucap bi Susi selaku orang yang pertama mengetahui kejadian ini.

"Iya bi Susi, matursuwun nggeh," ucap ku mengangguk.

"Kalo begitu bibi bantu bantu di belakang dulu ya, " ucap bi Susi. Yah, memang rencananya malam ini akan langsung di adakan tahlilan meski balum tau keberadaan si bayi yang sebenarnya apakah bener bener sudah pergi untuk selama nya atau bahkan akan kembali lagi kita pun ngga tau yang terpenting niat kita sudah baik untuk mendoakan.

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari arah pintu dan aku pun menoleh ke arah nya yang ternyata itu adalah bi Rasmi, bi Endang, bi Rindang dan bi Darsih.

"Wa'alaimumussalaam." ucapku lalu menyalimi satu persatu tangan mereka dan yang terakhir bi Rindang.  Melihat perut bi Rindang membuat aku sedikit meneteskan air mata kembali.

"Sabar nak Rasti," ucap bi Rindang sambil memeluku yang mungkin menyadariku ketika mataku terus menatap ke arah perut nya. 

"In syaa Allah Rasti bisa sabar bi, tapi Rasti ngga tau dengan ibu, " ucapku dengan lirih.

"Sekarang ibu nak Rasti di mana nak?" tanya bi Rasmi.

"Ibu ada di kamar sama bapak bi, dari tadi ibu nangis terus sampe ibu pingsan berkali kali, "

"Yaa Allah, " ucap mereka semua dengan prihatin.

"Owh Rasti hampir lupa. Silahkan duduk bibi semua nya, Rasti keblakang dulu mau ambil minuman,"

"Eh nda usah nak Rasti," ucap bi Darsih.

"Iya nak Rasti jangan repot repot, kami di sini mau mengaji buat adek nya nak Rasti, " ucap bi Endang.

Aku tersenyum ke arah mereka."Sebelum nya Rasti mau ngucapin terimakasih banyak karna bibi semua nya udah mau datang di rumah Rasti apalagi sampe mau mengaji buat adek nya Rasti, tapi Rasti nda papa ko lagipula Rasti ngga merasa di repotkan," ucap ku.

"Kalo gitu Rasti kebelakang sebentar ya bi, " ucapku lalu berjalan menuju ke belakang.

Skip malam

Setelah tadi acara tahlilan selesai kini di rumah tinggal aku, ibu dan bapak karna satu persatu warga mulai pergi bergantian ke rumah bi Rindang untuk acara tahlilan pak Slamet. Mungkin malam ini bapak tidak ikut tahlilan ke rumah bi Rindang dulu karna harus menemani ibu yang masih dalam keadaan seperti tadi pagi.

"Pak, ini coba ibu di suruh makan dulu karna sedari tadi pagi ibu belum makan apapun, " ucapku pada bapak dan bapak pun hanya mengangguk seperti biasa.

"Yasudah kalo gitu Rasti mau ke kamar dulu ya pak, " ucapku dan bapak kembali mengangguk lalu aku berjalan keluar dari kamar ibu.

👻👻👻

Bambu KuningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang