12

4.2K 640 92
                                    

  Benaran deh, salah paham itu rasanya nggak enak banget. Seperti pagi ini contohnya, ketika Aydin tiba di rumah si mantan untuk mengantar anak-anak ke sekolah dan melihat Fara tampil cantik dengan dress yang tidak pernah dilihatnya. Wanita itu juga menggunakan pewarna bibir, juga merias wajahnya ini sangat cantik.

Seandainya hari ini hari minggu lagi mungkin dia akan berlama-lama di rumah itu, lalu andai itu hangus begitu saja ketika Aydin secara tidak sengaja mendengar suara ibu Fara.

"Kenapa mereka harus datang sepagi ini, harusnya kamu bilangin ke Gyan sore atau malam saja kan bisa."

Ternyata bukan karena pelukan semalam yang membuat Fara tampil cantik hari ini, sangka Aydin meleset jauh ke benua Afrika. Mantan istrinya berdandan untuk Gyan, bukan untuknya karena baper soal semalam.

"Aku baru baca pesannya tadi subuh." Fara juga tidak setuju karena diberitahukan mendadak. "Tapi karena ada kepentingan mereka akan kembali ke Jerman, makanya datang pagi ini.

"Belum apa-apa sudah ngrepotin."

"Buk!"

Susah memang kalau ibunya masih sayang sama mantan menantu padahal anaknya sudah nyaman dengan si pacar baru.

"Mereka datang mau silaturahmi atau melamarmu?"

Aydin tidak ingin mendengar lebih lanjut, mood paginya sudah anjlok lebih baik mengajak anak-anak berangkat sekarang.

"Tapi belum sarapan Pa."

"Kita makan bubur ayam saja ya?"

Ardi dan Dilla mengangguk, lantas ke dapur untuk berpamitan pada ibu dan neneknya.

"Kok mau berangkat ini sarapan dulu, Mama udah---"

"Mau makan bubur ayam sama Papa."

Fara menggerutu dalam hati, sehari saja apakah laki-laki itu nggak bisa kalau tidak membuatnya kesal?

"Aku sudah menyiapkan sarapan lebih baik Mas makan dulu sama anak-anak." Fara tidak ingin berbagi setelah berdebat cukup sengit semalam.

"Kebetulan lagi pengen makan bubur ayam, anak-anak juga mau. Itu simpan saja buat tamu kamu."

Apa? Fara ingin melempar piring ke wajah mantan suaminya. 

"Mas." Fara memanggilnya baik-baik.

"Sudahlah, apa salahnya sesekali sarapan bubur ayam. Masa harus makan masakanmu terus."

Itu bukan suara mantan suaminya yang bisa dibalas tajam tapi gerutuan ibu kandung yakni ibu Mukarramah.

"Lagian sama bapaknya juga bukan sama orang lain."

Mood Fara hari ini juga tidak baik setelah kejadian tadi malam tapi berbicara dengan kekasihnya usai salat subuh tadi sedikit meredakan kekesalannya pada si mantan. Tapi lihat sekarang, laki-laki yang sama seperti tadi malam cara membuatnya kesal lagi.

"Berangkat saja sekarang nanti anak-anak terlambat."

Aydin mencium tangan ibu si mantan lalu berlalu di hadapan mereka dengan perasaan dongkol.

"Gyan sudah mau serius, Ibu jangan terlalu baik lagi sama mas Aydin."

"Apa maksud kamu, aneh!" ibu menjawab dengan kesal. "Anak sekarang ibunya belum renta sudah diajarin yang nggak-nggak."

Fara menatap ibunya, piring yang tadinya dipegang tidak jadi dilempar ke si mantan tapi kembali diletakkan ke lemari.

"Maksudku jangan terlalu dekat Bu, sama Gyan aja ibu masih menjaga jarak padahal dia yang akan menjadi suamiku."

"Ibu tidak mengatakan tidak menyukai Gyan."

"Tapi sikap Ibu jelas sekali."

"Jadi maunya kamu, Ibu harus sepertimu? Melakukan semua seperti keinginanmu?" ibu sudah cukup menyesal saat diam saja menuruti keinginan Fara ketika ingin bercerai dengan Aydin.

"Aydin ayah dari cucu Ibu, wajar kalau ibu baik. Lagian selama menjadi menantu dia tidak pernah memarahimu, melakukan tugasnya sebagai suami dengan baik dia juga peduli pada anak-anak." 

Fara bukan tidak suka ketika ibu mengungkit kebaikan-kebaikan mantan suaminya, yang sedang dibahas adalah keadaan dan situasi sekarang di mana seorang laki-laki akan datang bersama keluarganya untuk bersilaturahmi.

"Cuma karena dia punya banyak teman wanita kamu cemburu, saat itu Ibu juga kesel tapi jalan keluarnya yang nggak cerai juga."

"Tapi kami sudah bercerai, itu kenyataannya Buk."

Ibu tetap pada pendapatnya. "Yang penting Ibu tidak membenci Gyan, dan jangan minta macam-macam, Ibu tetap akan baik pada ayah anak-anakmu."

"Gyan juga pria baik, Ibu saja yang belum mengenalnya."

"Kenyataannya Aydin ayah kandung, mungkin kamu kecewa tapi anak-anak hanya akan melihatnya sebagai ayah walaupun tidak menolak Gyan."

Fara menarik bangku dengan kasar dan mendapat teguran dari ibu. "Kesalnya nggak usah sama Ibu kualat nanti."

"Aku nggak kesel sama Ibu, tapi sikap ibu."

Bu Mukarramah tidak merasa ada yang salah dengan sikapnya, kenyataannya dia tidak membenci pacar anaknya tidak pernah menghasut hanya memberi nasehat pikirkan segala sesuatu sebelum bertindak. Terkait Aydin, selama anak dan menantunya itu berpisah pria tersebut membuktikan bahwa walaupun sudah bercerai ia tetap bertanggung jawab pada anak-anak dan tidak sungkan datang ke rumah. Hubungan bu Mukarramah dengan mantan bisan pun sampai detik ini masih baik.

"Sudah delapan tahun, Aydin juga sudah berubah."

Sekarang Fara menangkap maksud aneh dari kalimat ibunya. "Jangan mengharapkan apa-apa, kami tidak akan rujuk."

"Kalau tidak mempan dengan doa ibu, nanti Ibu carikan dukun."

"Ibuk!!"

Ibu Mukarramah keluar dari dapur dengan muka kesal tapi begitu jauh dari Fara dia tertawa. Bertengkar tengah malam lalu pelukan, ibu tidak tahu istilah pasangan muda-mudi sekarang. 

Tidak cukup dengan mantan suami yang membuatnya kesal Fara juga uring-uringan dengan sikap ibu kandungnya, jelas sekali Ibu masih berpihak pada Aydin setiap menyinggung Gyan tidak pernah nyambung atau memberikan pendapatnya cukup dengan jawaban singkat lalu meleset lagi ke mantan menantunya.

Fara tidak buru-buru menikah lagi ia juga tidak masalah dengan status jandanya tapi dia menghargai usaha dan niat baik Gyan karena itu Fara meminta ibu memahaminya.

******

"Kalau kalian sudah punya ayah baru nanti masih mau bertemu dengan Papa?"

"Tidak ada ayah baru," jawab Ardi.

Aydin berdeham. "Kasian Mama, apa-apa semua dikerjain sendiri kalau ada ayah baru bisa bantuin."

"Mama nggak kerja, Mama juga bilang nggak pernah capek ngurusin kami." Ardi masih dengan jawaban yang dipahami logikanya. "Kalau Mama capek aku akan ke pondok."

Aydin meneguk ludahnya. Kehadiran Gyan hari ini dengan membawa serta keluarganya pasti untuk membicarakan hal serius tentang hubungannya dengan Fara, lalu jika begini tanggapan Ardi apakah niat serius Fara dan Gyan akan berhasil?

"Aku hanya perlu satu mama dan satu Papa." 

Aydin mengela napas dalam dan mengembuskan dengan lelah. Ia tidak egois dengan membiarkan masalah ini akan diurus oleh Fara karena sebagai orang tua dia juga harus bertanggung jawab membuat anak-anaknya mengerti.

Dia harus berbicara lagi dengan Fara tapi Aydin tidak yakin bisa mengabaikan perasaan cemburunya karena yang akan dibahas adalah hubungan si mantan dengan kekasih baru

Entahlah.... lihat besok.

Mantan istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang