8

4.6K 760 105
                                    

  Sekarang Aydin punya alasan setiap kali berkunjung ke rumah mantan istrinya. Ia tidak perlu izin lagi, hanya perlu mengucapkan salam di depan pintu sebelum masuk ke rumah kenangan masa lalu.

Anak-anak, itu alasan kedatangannya. Ternyata ada sisi enaknya juga memiliki anak di pernikahan dulu. Tujuan datang bertemu dan membantu anak-anak membuat tugas, bonusnya pria itu bisa melihat mantan istrinya meskipun tidak mengobrol dalam waktu yang lama.

"Tugasnya nggak banyak, aturan tadi telepon dulu."

"Bukan tugasnya saja, aku juga kangen." Aydin berdeham melihat tatapan mantan istri. "Anak-anak maksudku."

"Mas udah sibuk di kantor datang kalau anak-anak telepon saja."

"Aku ingin peka, setidaknya untuk mereka." yang masih punya hati untuknya, sedangkan peka untuk si mantan sepertinya tidak berlaku lagi.

Dilla keluar tanpa membawa tugas karena hanya Ardi yang punya PR.

"Papa nggak bawa martabak?"

"Nggak, Papa cuma bawa buah."

"Aku maunya martabak."

Aydin tersenyum pada putrinya. "Nanti kita beli, Papa bantuin mas-nya bikin PR dulu ya."

Dilla mengangguk.

"Aku panggil Ardi dulu."

"Iya," jawab Aydin, ia melayangkan tatapannya pada mantan istri. Saking intens perhatiannya, pria itu bisa melihat bahwa sekarang si mantan tampak berisi.

Aydin menggeleng mengusir pikiran liarnya. Sudah berapa lama dia menduda, Ramadan telah lewat berkali-kali tapi dia belum juga buka puasa.

Ketika sang putra keluar Aydin menyapanya, seperti biasa dia hanya disuguhkan raut datar.

"Mau aku bikinkan kopi?"

"Susu saja." benar, dia memang sudah berisi.

Fara tidak begitu teliti dengan arah tatapan mantan suaminya.

"Kalau kopi nggak ada yang nemenin aku begadang." jawabannya lengkap, sayang si mantan tidak merespons melainkan langsung ke dapur membuat tiga gelas susu.

Aydin mengela napas, sekuat apapun tarikan napas malamnya akan tetap sama.

Kebiasaan baru ayah dua anak itu adalah mematikan ponselnya ketika dia sedang bersama anak-anak, itu bukan tuntutan Fara tapi caranya sendiri untuk memberi perhatian pada anak-anak.

"Kok cuma tiga gelas, Mama nggak mau?" tanya Dilla yang duduk tepat di belakang Aydin dan memijat bahu papanya.

"Nggak."

Seperti biasa, Fara akan masuk ke kamar atau ke ruangan lain selama Aydin bersama anak-anak.

Tapi malam ini Aydin ingin Fara tetap di sini. "Mau ke mana?"

"Kamar."

"Di sini saja."

"Tidak apa-apa."

"Di sini ada anak-anak, aku juga tidak melakukan apa-apa. Kita bantuin tugas Ardi bareng."

Fara melirik putranya, Ardi pernah mengeluh tentang kebersamaan mereka yang tidak pernah dirasakan anak itu, apakah ini saatnya? 

"Mama pasti capek." Ardi yang membuat alasan karena tahu mamanya akan menolak.

"Oh."

"Mama nggak capek, kamu saja yang tidak tahu Mama baru bisa memejamkan mata kalau kalian sudah tidur." karena sikap kritis putranya Fara berkata seperti itu.

Mantan istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang