10

5.2K 740 89
                                    

  Sejak Fara keluar dari rumah sakit Aydin sering berpapasan dengan Gyan, hampir setiap pagi atau sore. Dia hanya menyapa tanpa berbasa-basi dan pada Dilla ia kenapa sekarang laki-laki itu sering datang.

"Jenguk mama," jawab anak gadisnya. "Sering bawa buah, jamu juga." Dilla melengkapi.

"Suka lama-lama nggak kalau datang?"

"Sejaman ada, om Gyan baik. Asal datang terus tanyain Mama udah makan belum, obatnya gimana, setelah minum jamu semalaman enakan nggak."

Lengkap sekali jawaban yang diberikan putrinya, perut yang belum terisi pagi itu semakin perih dan mulai berpesta keroncong.

"Perut Papa bunyi, belum makan ya?"

"Belum." Aydin terkekeh. 

"Coba lihat ke belakang Pa, mama juga ada di sana minta aja nasinya."

"Tidak usah." 

Sejak melihat kebersamaan mantan istri dengan pacar barunya juga anak-anak membuat hatinya berdarah, sejak itu pula dia tidak pernah menyapa Fara. Terhitung satu Minggu, setiap malam ketika datang Aydin hanya mengajari anak-anaknya.

"Dilla yang minta ya?" anak itu tidak menunggu jawaban dan langsung berlari ke dapur, teriakannya sampai terdengar ke telinga Aydin. "Papa lapar Ma, masih ada nasi kan!"

Aydin tidak menyusul putrinya, ia datang pagi ini untuk melihat anak-anak karena mantan istri tidak mengizinkan membawa mereka lagi walaupun hari Minggu jadi terpaksa dia bermain di rumah kenangan masa lalu bersama Ardi dan Dilla.

"Disuruh ke dapur P sama Mama."

"Papa nggak minta makan Dilla.

"Tapi Papa lapar, ke dapur aja udah disiapin mama."

Aydin tidak mau. "Papa pergi sebentar, bangunkan kakakmu ya. Hari ini kita mau mancing di belakang."

"Terus Papa mau ke mana?"

"Beli nasi."

"Kok beli? Dikasih tuh sama Mama, nggak usah beli!"

Suara Dilla terdengar sampai ke dapur hingga Fara mengetahui obrolan dua orang yang berada di ruang tengah.

"Sekalian Papa mau beli untuk makan siang nanti, nggak lama kok cuma sebentar. Gih, bangunin mas Ardi dulu."

Dilla berlari ke kamar kakaknya dan Aydin bersiap pergi membeli sarapan sekaligus nasi untuk makan siangnya.

"Mau ke mana?" Fara menghadang langkah pria itu.

"Keluar."

"Nasi udah dipiring tinggal makan."

Aydin tidak menjawab dan meneruskan langkahnya.

"Mas mau kita bertengkar lagi?"

Aydin menggeleng. "Aku mau beli nasi, tidak ada yang mengajakmu bertengkar."

"Masuk Mas," pinta Fara dengan tegas. "Jangan bikin aku marah."

"Kita sudah menjadi mantan, aku datang ke sini juga karena anak-anak."

"Bahkan dengan pengemis pun aku tidak punya status, tapi tetap kuberi makan."

Aydin menoleh, melihat beberapa saat wajah Fara lalu berjalan keluar.

Ia tidak bisa mengatakan pada mantan istrinya bahwa dia cemburu melihat kebersamaan mereka beberapa malam yang lalu, dia juga tidak berhak mengatur boleh atau tidak Gyan ke rumah itu. Selama ini Fara menghargai hubungannya dengan Vina, biarlah dia egois untuk dirinya sendiri Fara tidak perlu tahu.

Mantan istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang