Fara tidak perlu penilaian orang lain dalam mendidik anak-anaknya selama bisa menjadikan Ardi dan Dilla anak yang baik namun ia kita bermusyawarah dengan mantan suaminya terkait kedua anak mereka.
"Sudah lama aku tidak melihat Gyan," kata Aydin saat berkunjung siang hari Minggu itu.
"Aku lagi mau fokus dulu sama Ardi, tugas-tugasnya banyak."
Aydin salut, Fara bisa memilah waktu untuk anak dan pacarnya.
"Dia tidak keberatan?"
"Kenapa harus keberatan, dari awal jadian aku sudah bilang bahwa aku punya anak. Waktuku tidak akan banyak untuknya."
Besar sekali hati Gyan.
"Kenapa bertanya seperti itu, Vina keberatan dengan waktu Mas untuk anak-anak?"
"Ouh, tidak."
"Eum."
"Dilla tidak pernah bertanya Vina lagi?"
"Nggak." lalu Fara mengatakan alasannya. "Aku bilang Vina temannya Mas, belum jadi ibu."
"Berarti kalau jadi ibu nanti diizinkan ketemu lagi?"
"Belum tentu," ketus Fara. Mau jadi apa anaknya jika terus bertemu dengan wanita itu.
"Memangnya Mas mau menikah dalam waktu dekat ini?"
"Enggak."
"Ouh."
Dari dulu Aydin suka melihat wajah istrinya lama-lama, cantik dan tidak membosankan.
"Kamu sendiri?"
Iya, bagaimana dengan dia sendiri? "Aku tidak tahu, sepertinya mas Gyan mau buru-buru."
Kok nggak rela ya? "Artinya dia sudah melamarmu?"
Fara mengangguk. "Berkali-kali," jawab Fara tanpa bisa menyembunyikan senyumnya, tapi tidak dengan raut tersipu.
Gyan sudah melamar mantan istrinya berkali-kali, tapi dia jangankan melamar mengenalkan Vina secara resmi pada keluarga besar saja belum pernah.
"Jadi apa yang menghalangimu?"
"Anak-anak."
"Itu sebagai alasan atau ada hal yang lain yang kamu sembunyikan?"
"Contohnya?" tanya Fara.
Aydin mengendikkan bahu. Ia tidak tahu isi pikiran Fara, tapi menilai Gyan seorang pria kaku hampir tidak pernah bergaul dengan spesies wanita adalah tipe Fara, kira-kira apa yang membuat wanita itu belum menerima lamarannya?
Fara tidak perlu mengatakan seperti apa hubungannya dengan Gyan, tapi dia sudah membuat pengakuan baik pada laki-laki itu maupun mantan suaminya bahwa dia mencintai Gyan.
"Gyan tidak keberatan dengan statusmu juga anak-anak kita."
"Tidak keberatan lalu langsung menikah?"
"Aku lihat anak-anak juga dekat dengannya."
Fara tersenyum sinis. "Dari dulu sampai sekarang kamu tidak pernah tahu seperti apa anak-anak, Mas. Dulu karena Mas terlalu sibuk dengan teman-teman, sekarang pasti karena Vina."
Fara tidak ingin membahas tapi Aydin menyinggung lebih dulu, walaupun tidak secara langsung.
"Maaf."
Dari dulu hanya kata itu yang didengar Fara setiap kali Aydin melakukan kesalahan, Aydin tidak pernah memarahinya pria itu selalu menuruti keinginan Fara hanya satu kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja adalah bertemu dengan teman-temannya yang banyak dari kalangan wanita padahal tidak ada hubungan apa-apa antara mereka karena murni berteman. Jika memang ada mungkin dia tidak berpacaran dengan Vina sekarang tapi dengan salah satu teman wanitanya.
"Aku pernah gagal di pernikahan kita yang sebelumnya, untuk pernikahan kedua ini aku ingin lebih berhati-hati."
Oke, Aydin menghargai sikap Fara.
Berbeda dengan Aydin yang penasaran pada hubungannya dengan Gyan, Fara sama sekali tidak tertarik membahas hubungan mantan suaminya dengan Vina. Mereka sudah bercerai, jika ada yang perlu dibahas itu adalah tentang anak-anak.
"Ardi tidak nyaman dengan pasangan baru kita, mungkin bagi Mas tidak menjadi masalah." buktinya Aydin tetap mengizinkan Vina ikut di studi tour hingga mereka memiliki masalah Ardi. "Tapi tidak denganku, walaupun tidak hidup selamanya dengan anak-anakku setidaknya aku sudah berusaha menjadi ibu yang bijaksana." kalaupun selamanya tidak menikah tidak apa-apa, toh dia tidak menentang takdir.
Aydin merasa sejak mereka berpisah dia lebih perhatian pada anak-anak walaupun dulu tidak pernah mengabaikan mereka namun sekarang perhatiannya lebih ekstra lagi. Ia tidak merasa lelah apalagi keberatan harus menjemput anak-anak setiap hari, begitu juga dengan waktu akhir pekannya.
"Mungkin kamu tidak percaya mendengar ini." Aydin tersenyum. "Sampai sekarang aku belum mengenalkan Vina pada mama, aku belum pernah mengajaknya ke rumah."
"Tapi Mas sering mengajaknya ke apartemen."
Aydin terbatuk, arah bicaranya bukan ke sana tapi Fara bisa membuatnya tak berkutik.
Tapi Aydin tidak tahu apakah mantan istrinya pernah berduaan dengan Gyan, bertemu mereka selalu di keramaian saat dipuncak juga berbeda kamar.
"Dia tidak pernah membawamu ke apartemen?"
"Nggak, aku punya anak perempuan statusku juga janda." Fara menyuruh mantan suaminya berpikir arti dari jawabannya.
Tidak semua orang dewasa bisa berpacaran bebas, tergantung pribadi masing-masing. Syukurnya Fara salah satu wanita yang bisa menghargai dirinya sendiri. Dia cukup tahu diri dengan statusnya sekarang.
Ada perbedaan yang dilihat Aydin antara mantan istri dan pacarnya. Fara yang berstatus janda bisa menjaga dirinya padahal juga memiliki hubungan dengan laki-laki dewasa sedangkan Vina yang masih perawan tidak pernah keberatan saat dia mengajak wanita itu ke apartemennya. Walaupun belum melakukan hubungan intim, bisa dikatakan Aydin sudah mencicipi tubuh Vina bersama itu atas dasar cinta dan sama-sama mau.
Di sini Aydin tidak menyalahkan Vina yang mudah diajak ke sana kemari, tapi nilai dirinya dengan sang mantan.
"Syukurnya mas Gyan sangat memahamiku."
Iya, dulu masalahnya adalah Aydin yang tidak pernah memahami Fara. Walaupun sudah menuruti keinginan wanita itu tetap saja ia masih keliru pada hal yang selalu disepelekan selama menjadi suami Fara.
"Bukan bermaksud ikut campur dengan hubungan Mas dan Vina, Ardi sudah memasuki usia remaja semoga Mas bisa mengendalikan sikap Vina jika berhadapan dengannya."
Vina sering memanggil sayang pada Aydin di depan anak-anak, sekarang mungkin Ardi belum memperhatikannya tapi suatu saat Fara yang harus menjawab dengan segala nalar atas sikap pacar mantan suaminya.
"Iya."
Di dapur ibu menunggu Fara mengajak papa Ardi makan bersama sepertinya tidak akan terealisasikan jika bukan dia yang memanggil.
Aydin masih penasaran pada satu hal, jika dia bertanya apakah Fara akan memberikan jawaban yang jujur? Fara sudah mengetahui bahwa dia sering mengajak Vina ke apartemen, Sementara dia tidak tahu apa-apa tentang mantan istrinya.
"Bagaimana dengan ciuman, kalian juga tidak pernah melakukannya?"
"Apa?"
Ibu yang baru tiba di ambang pintu kembali ke posisi semula.
💕
Jangan lupa tinggalkan komen sayang 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan istri
RomanceCerita sepasang mantan, yang masih bertemu selama 7 hari dalam satu minggu hanya saja tidak lagi 24 jam.