11

4.7K 739 60
                                    

   Pulang jam sepuluh malam bukan keinginan Fara atau berniat balas dendam pada si mantan ia tidak tega meninggalkan anak-anak dari siang, sangkanya tidak akan lama begini Fara juga  tidak enak pamit di saat keluarga Gyan berkumpul.

"Terbiasa pulang jam segini?"

Fara baru meletakkan sepatunya, ia belum masuk dan masih di teras.

"Ada acara."

"Dan membiarkan anak-anak sampai larut malam?"

Fara menatap suaminya. "Kan ada kamu Mas, aku juga sudah mengirimkan pesan."

Iya, Aydin menerima dan membaca pesan dari mantan istrinya yang mengatakan dia akan pulang terlambat.

"Anak-anak tahu kamu pergi dengan pacarmu itu dan pulang jam segini, kira-kira apa yang direkam oleh mereka?"

Fara tidak menjawab, ia akan memastikan apakah anak-anak belum tidur jam segini?

"Mereka baru saja tidur, tepatnya setengah jam yang lalu setelah bertanya-tanya kapan kamu pulang."

Aydin cemburu tapi bicaranya selalu terkontrol, ia marah tapi masih bisa berbicara dengan nada datar.

"Maaf."

Fara tidak pernah merepotkan mantan suaminya, bisa dikatakan ini pertama kali.

"Menurutmu sudah baik laki-laki seperti itu?"

"Aku capek Mas," kata Fara dengan mimik yang tidak dibuat-buat. Di sana ia lelah tersenyum, sepanjang hari mengobrol dengan saudara Gyan.

"Kamu pulang ngdate, lalu bilang capek?"

"Mas!"

"Kecilkan suaramu." Aydin tidak ingin membangunkan anak-anak, dia mau berbicara baik-baik dengan mantan istrinya.

"Kamu pergi siang dan pulang jam sepuluh malam, Gyan tahu kamu punya anak, jika kamu yang masih ingin berlama-lama harusnya dia lebih mengerti kan?"

"Aku sudah minta maaf." Fara akan masuk ke kamarnya.

"Saat pacaran denganmu dulu paling telat membawamu pulang Maghrib, dengan status janda sekarang kamu bisa pulang tengah malam."

"Apa maksudmu Mas?" Fara tersinggung dengan kata-kata Aydin. "Aku tidak berduaan dengan Gyan, aku bersama keluarganya."

"Aku tidak mempermasalahkan dengan siapa kamu di sana, tapi waktu. Kamu tidak ingin disamakan dengan wanita lain, begitu katamu dulu kan?"

Ini juga bukan keinginan Fara, sangka yang tidak akan lama tapi Gyan dan keluarganya masih ingin menghabiskan waktu bersama Fara.

"Ini tidak akan terulang." 

Fara mengaku bersalah karena itu meminta maaf dan ia mengalah tapi Aydin tidak melepaskannya begitu saja.

"Statusmu masih pacarnya tapi sudah dikekang seperti ini, bagaimana kalau sudah menjadi istrinya nanti, yakin bisa mengurus anak-anak dengan baik?"

"Tidak ada yang bisa mengaturku soal anak-anak."

"Buktinya hari ini bisa." Aydin lalu menghitung waktu yang dihabiskan mantan istrinya dengan  Gyan. "Sepuluh jam untuk hari ini, mungkin besok 24 jam."

"Aku sudah mengatakan tidak ada yang bisa mengaturku soal anak-anak."

"Anak-anak terlantar." Aydin tidak memanfaatkan situasi walaupun cemburu dia juga keberatan dengan sikap Fara dan Gyan.

"Hari ini ada kamu Mas, aku juga ngabarin kan."

"Sudahlah" Aydin akan menyelesaikan perdebatan malam ini. "Untuk sementara anak-anak biar tinggal denganku."

"Tidak boleh."

"Kamu urus saja pacarmu dulu, selama ini dia pasti merasa kamu nomor duakan."

"Terimakasih sudah menjaga anak-anak hari ini dan maaf sudah merepotkan." Fara berbalik dan bersiap masuk ke kamarnya.

"Karena dulu aku tidak tegas dan tidak bisa mengaturmu, itu yang membuatmu meminta bercerai?"

Tuhan....Fara mengerang di tempatnya.

"Aku tidak melakukan kesalahan fatal hanya bertemu teman-temanku."

"Pulang deh Mas," usir Fara baik-baik. Ia benar-benar lelah dan tidak ingin bertengkar dengan mantan suaminya.

"Aku juga tidak keberatan anak-anak berada di bawah asuhanmu, selama kamu senang aku menurutinya. Aku juga setuju untuk menceraikanmu setelah satu minggu kamu menangis dan tidak makan."

Kenapa laki-laki itu mengungkit masa lalu?

"Apa maumu Mas?" Fara sudah meminta maaf, ia juga mengalah pada perdebatan ini karena tahu telah melakukan kesalahan lalu kenapa Aydin masih berputar di topik itu saja dan sekarang mengungkit masa lalu.

"Ketegasanmu seperti dulu." Aydin masih di posisinya sementara Fara sudah kembali dan berjalan ke arahnya.

"Hubunganmu dengan Gyan bisa berdampak buruk pada anak-anak."

"Mas tidak merasa sudah masuk terlalu dalam pada urusan pribadiku?"

"Kamu merasa seperti itu?" 

"Entah benar atau tidak, aku merasa Mas tidak menyukai mas Gyan padahal itu sama sekali bukan urusan Mas."

"Seandainya tidak ada anak di antara kita, aku tidak akan seperti ini."

"Baru kali ini aku pulang terlambat dan Mas sudah menuntutku seolah aku melakukan kesalahan yang besar?" Fara tidak tahan lagi. "Selama ini aku membesarkan anak-anak dengan tanganku sendiri, aku tidak pernah mengeluh dan tidak pernah meminta bantuan dan Mas datang ke sini atas kesadaran Mas sendiri."

"Karena dulu kamu tidak ingin aku terlibat." Aydin bukan membela diri tapi mengungkap kenyataan yang tidak akan dilupakannya di awal perpisahan mereka.

"Terserah, coba Mas pikirkan. Pernah aku minta bantuan?" Fara menyangka Aydin lelah setelah menjaga anak-anak seharian. "Pernah aku menghubungi Mas sehari saja untuk kepentingan anak-anak?"

"Karena kamu terlalu percaya diri jadi meminta tolong itu bukan gayamu."

Fara tersenyum sinis mendengar kalimat mantan suaminya.

"Aku tidak mengeluh karena aku yakin akan berusaha dengan keras untuk anak-anak, aku tidak akan menyia-nyiakan mereka. Mas juga tahu bagaimana sikapku pada anak-anak selama ini."

Lalu Fara menambahkan. "Aku tidak pernah keberatan ketika Mas menghabiskan waktu dengan Vina sementara Ardi terus menanyakan Mas!"

"Aku tidak mengabaikan anak-anak, Fara." Aydin melihat Fara sudah emosi sementara dia berusaha menahannya dari tadi.

"Tidak mengabaikan?" Oke, Fara tidak akan mengungkit kesalahan lalu tapi kejadian akhir-akhir ini saja. "Saat aku di rumah sakit, ke mana Mas? Cukup dengan menyuruh sekretarismu menemui anak-anak dan mengatakan kamu akan terlambat lalu yang sebenarnya kamu tidak datang!"

Fara menangis. "Anak-anak menunggumu Mas!"

Fara tidak menuduh mantan suaminya sedang bersama Vina saat itu karena dia tidak memiliki bukti tapi kenyataannya adalah Aydin tidak bisa berkutik kalau Vina sudah turun tangan.

"Untung ada mas Gyan yang jemput anak-anak!"

Karena Aydin baru datang sore keesokan harinya ketika ia melihat kebersamaan anak-anak dengan pria itu.

"Aku tidak bucin Mas, aku tahu diri bahwa aku seorang Ibu!"

Fara terisak ia tidak sadar Ardi terbangun dan sempat melihat mereka bertengkar sebelum kembali menutup pintu kamarnya.

"Jadi jangan menuntut seolah aku selalu melakukan kesalahan."

Aydin tetap masih emosi tapi dia menarik mantan istrinya dalam pelukan. Dalam hati menggerutu. Cinta sialan!

Mantan istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang