Setiap anak-anak pulang sekolah yang ditanyakan Fara adalah PR lalu menyuruh mereka makan dan istirahat karena malam nanti akan mengerjakan tugas tersebut. Kalau tidak ada pekerjaan rumah biasanya Fara mengerjakan lembar tugas berikutnya yang akan dipelajari esok di sekolah.
Dan kejadian siang ini tepatnya pukul dua belas ibu dua anak tersebut mendapatkan pesan whatsapp dari wali kelas putrinya yang memberitahukan bahwa akhir-akhir ini Dilla tidak aktif di kelasnya, anak itu juga kurang tanggap. Kabar terakhir adalah wali kelas menemukan sebuah ponsel di tas anaknya.
Pertanyaannya, dari mana putrinya mendapatkan benda itu?
Fara menghubungi Aydin agar menjemput putrinya ke ke sekolah saat pulang nanti, kalau dia yang jemput bisa jadi Dilla malu dengan teman-temannya karena Fara akan terus mengomeli anak itu. Ia tidak mengatakan tentang ponsel yang dimiliki putrinya pada Aydin, tunggu sampai mereka tiba di rumah baru akan diselesaikan.
Rencananya memasak buyar. Ia berinisiatif untuk membeli lauk makan siang di luar. Mood Fara kacau balau, bisa-bisanya dia kecolongan dengan anaknya sendiri. Ponsel siapa pula yang dipinjam Dilla?
Wanita itu sengaja tidak membawakan ponselnya karena tidak ingin menerima telepon dari siapapun, ia sedang kesal pada putrinya jadi tidak ingin diganggu.
"Lihat saja nanti kalau anak itu bohong!" tak hentinya Fara bergumam dengan kesal. "Kalau ketahuan benda itu milik temannya akan kudatangi emaknya!"
Ketika wanita itu sedang mengantri dengan empat orang ibu-ibu di warung makan Padang seorang pemuda melangkah dengan terburu dan menyelip ke depannya.
"Tahu ngantri nggak Mas, belajar gih sama anak bebek!"
Keempat ibu tersebut tertawa mendengar kalimat ketus Fara. Mereka tidak menyalahkan Fara, walaupun merasa lucu tetap yang ditertawakan adalah pemuda yang perlahan keluar dari barisan dan mengantri paling belakang.
Hari memang sudah siang dan lambung sudah meminta jatah untuk diisi, tapi nggak gitu caranya dong.
Mungkin orang-orang tidak akan menyangka bahwa dia jandanya Aydin, bukan janda sembarangan walaupun tidak memakai barang bermerek tabungannya banyak dan tanahnya di mana-mana. Dan dia hanya sayur nangka, sambel hijau dan dua potong lele dibayar cash senilai tiga puluh ribu.
Bagi Fara tidak ada perbedaan makan di warung atau restoran mewah, mungkin cara menyajikannya saja yang berbeda makanannya tetap sama hal yang paling tidak diterima akal sehat adalah harga yang melambung mana BBM sedang naik pula.
"Bukannya sudah beli ikan?"
"Kasih ke tetangga saja. Ini aku udah beli lauk."
"Loh, kenapa? Kalau nggak mau masak ya biar Ibuk."
"Nggak usah. Ini makan aja, sama juga. Enak."
Yakin nih ibu pasti ada sesuatu yang membuat Fara sekesal itu, biasanya memang seperti ini kalau setiap ada masalah.
Capek berdebat terus dengan putri semata wayang ibu menurut, ia mengambil piring yang telah diisikan nasi oleh Fara dan mulai makan tanpa bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Ada apa?" tanya ibu dan terdengar suara salam.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam." sepertinya ibu mendengar suara Aydin.
"Oh pulang jemput Dilla?"
Fara masih di meja makan, dia perlu tenaga untuk mengintrogasi Dilla jadi tidak akan disia-siakan Lele dan sambal ijo.
"Makan dulu yuk."
Dari ruang makan Fara mendengar ibunya mengajak Aydin makan tapi laki-laki itu menolak dan ingin pamit, buru-buru wanita itu keluar dari ruang makan.
"Coba tanya anakmu, dia pakai HP siapa?"
Aydin melihat mantan istrinya.
"Makanya aku nyuruh Mas yang jemput." Fara menatap tajam pada putrinya yang mulai ketakutan.
"Siapa yang pakai HP?" tanya Aydin.
Fara tidak tahu di mana dia meletakkan ponselnya jadi dia memberitahu Aydin wali kelasnya menemukan HP di tas Dilla.
"Dilla."
Dilla bungkam ketika dipanggil papanya.
"Ditanyain gurunya tidak bisa jawab, pas jam olahraga bilangnya sakit disuruh ke depan juga nggak mau padahal asik main HP di belakang!"
Fara tidak bisa menahan emosinya.
"Benar Dilla?" tanya Aydin lagi.
Dilla tidak menjawab.
"Kamu nggak mau ngasih tau HP siapa yang kamu pinjam?
"Aku nggak minjam."
Apa? Fara tidak ingin berprasangka buruk dulu. "Jadi kamu dikasih temanmu?"
Dilla menggeleng. "Itu HP ku sendiri."
Fara sudah sangat emosi mendengar jawaban putrinya. "Hp-mu sendiri? Kapan belinya, uang dari mana coba!"
"Fara!" Aydin menegur mantan istrinya.
"Ada yang mengajakmu nyolong?" akhirnya prasangka itu benar?
"Nggak Mamah! Itu HP ku, tante Vina yang beliin dan itu udah jadi milikku katanya."
Fara tidak percaya mendengar jawaban putrinya begitu juga Aydin.
Dilla mulai menangis. "Sekarang HP-ku diambil bu Ningsih, aku nggak punya HP lagi."
"Siapa yang membelikanmu HP Dilla?" Fara ingin mendengar sekali lagi.
"Tante Vina Mamah!" Dilla mulai meracau karena kesal benda miliknya disita wali kelas.
Kini tatapan tajam ibu dua anak itu mengarah pada mantan suaminya.
"Siapa yang mengizinkannya?" kini Aydin yang menjadi sasaran. "Dia memang akan menjadi istrimu tapi bukan berarti bisa bertindak sesuka hatinya!"
"Aku juga tidak tahu Fara. Akan kubicarakan dengannya." Aydin juga terkejut mendengarnya.
Vina tidak pernah memberitahunya akan memberikan benda itu pada Dilla, ia juga kecolongan.
"Sekarang lihat bagaimana anakmu?" Fara mengerang. "Aku tidak tahu sudah berapa lama benda itu ada padanya!"
Ibu juga berada di sana dan tidak bisa bicara apa-apa, ia tahu bagaimana Fara mendidik anak-anak jadi di sini bukan Fara yang bersalah.
"Setiap hari aku memeriksa tugasnya dan dia mengerjakan semuanya dengan benar, ternyata bukan dari membaca dan menghitung tapi dari benda itu dia mengetahui jawabannya." Fara tidak percaya.
Baru tingkatan ini putrinya sudah pandai berbohong dan ini pertama kali Dilla membohonginya.
"Kamu Dilla!" Fara tidak main-main sama menatap dengan tajam dan menunjuk wajah putrinya. "Tidak boleh keluar rumah, tidak boleh pergi sama papa dan tidak boleh bertemu dengan wanita itu lagi. Paham?!"
Dilla ketakutan dan memeluk neneknya.
"Dan kamu Mas!" Fara tidak ingin mengorbankan masa depan anaknya dengan alasan sayang tidak bisa bersama. "Kalau ingin bertemu anak-anak cukup datang ke sini, aku tidak mengizinkanmu membawa mereka lagi."
Aydin terdiam. Ia bisa merasakan mantan istri pasti sangat kecewa dengan kejadian ini.
"Bilang juga pada pacarmu, aku marah dengan perbuatannya. Jadi jangan pernah datang lagi ke sini kalau Mas tidak menginginkan kejadian yang tidak mengenakkan!"
Ancaman Fara tidak main-main. Aydin tidak pernah memandang sepele mantan istrinya, karena dia sudah mengalaminya sendiri hingga benar-benar berpisah dengan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan istri
RomanceCerita sepasang mantan, yang masih bertemu selama 7 hari dalam satu minggu hanya saja tidak lagi 24 jam.