4

3.9K 688 31
                                    


Vote dulu sayang 😘

...

  Pagi ini Fara tidak membangunkan Ardi bukan lantaran marah pada anak sulungnya tapi membiarkan anak itu bangun dengan kesadarannya sendiri. Cukup kemarin mereka berdebat panjang.

Ibu baru pulang besok setelah tiga hari berada di rumah tantenya yang meninggal Dilla juga dibawa karena minta ikut.

Dari dapur Fara menjawab salam seseorang, ia tidak perlu melihat karena tahu siapa yang datang. Sekarang sedang mengocok telur untuk membuat telur dadar, wanita itu juga sudah menumis kangkung dan membuat ayam kecap.

"Ardi sudah berangkat?"

"Belum, kayaknya nggak sekolah lagi," jawab wanita itu tanpa menoleh.

Aydin meninggalkan mantan istrinya dan menuju ke Ardi baru akan mengangkat tangan untuk mengetuk, Ardi sudah muncul. Anaknya sudah rapi dengan seragam sekolah.

"Mau berangkat bareng Papa?"

"Eum."

Ardi tidak pernah bicara panjang lebar dengan papanya kelihatan seperti penurut tapi hanya Fara yang tahu bagaimana kedua anaknya.

Tidak membangunkan Ardi dan tidak menyuruhnya sarapan, putra sulungnya sudah besar perkara sekolah dan makan itu kewajiban juga kebutuhan jadi pasti sudah paham tidak perlu disuruh-suruh lagi. 

Dan benar, mengambil piring dan sendok tanpa lupa segelas air putih Ardi duduk di meja bersiap sarapan. Ia tidak menawari papanya makan karena kepeduliannya tidak sampai ke situ.

"Itu masih ada piring, Mas bisa sarapan dengannya."

Tapi Aydin sungkan, ia tidak ingin merepotkan kedatangannya benar-benar untuk menjemput putranya sekolah.

Fara tidak menyuruh lagi. Mengambil dua kotak bekal wanita itu mengisinya tidak lama salah satu dari kota itu diletakkan di meja.

"Masukin ke tas, nanti ketinggalan lagi."

Mata Fara masih sembab begitu juga dengan Aydin, semalaman keduanya tidak keluar tidak juga makan malam keadaan yang sangat mendukung karena tidak ada ibunya di rumah.

Selesai sarapan Ardi masuk lagi ke kamar karena melupakan sesuatu.

"Itu satunya lagi untuk siapa?" maksud Aydin kotak bekal, ia memperhatikan ketika mantan istrinya mengisi dua kotak tersebut.

"Mas Gyan."

Ouh. Aydin mengangguk sekali dan keluar dari ruang makan. Melihat Ardi keluar dari kamar, pria itu menyuruh putranya salaman dengan Fara sebelum berangkat.

Setelah ayah dan anak itu berangkat barulah Fara mengambil piring dan sarapan sendirian. Masakannya selalu enak tapi pagi ini tidak ada yang satupun rasa pas di lidahnya namun Fara tetap menelan tak tersisa butiran nasi di piring.

Moodnya masih buruk Fara enggan berbicara termasuk dengan Gyan yang mampir setiap pagi tepatnya setelah anak-anak berangkat sekolah. Mereka hanya mengobrol singkat di teras rumah lalu Fara akan memberinya kotak bekal untuk makan siang barulah Gyan pamit.

Sama seperti mantan suaminya, Fara juga mendapatkan pasangan baru yang masih single namun lebih tua tiga tahun darinya. Meski demikian terdapat banyak perbedaan, salah satunya ia tidak pernah mempertemukan dengan anak-anak dengan pacarnya itu, kadang jadi salah tingkah sendiri saat mereka bertemu secara tanpa sengaja.

"Akhir pekan ini luangkan waktu, orang tuaku datang dari Jerman."

"Insyaallah."

Tidak ada kecup kening atau cium tangan hanya senyum simpul sebelum Gyan pergi.

Mantan istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang