13

4.1K 662 56
                                    

Besok yang ditunggu ternyata tidak sesuai prediksi Aydin. Malam itu saat sudah bersiap untuk ke rumah si mantan ia malah mendapat kabar bahwa papa Vina meninggal dunia jadi ia harus mendahulukan pergi ke rumah duka namun sudah mengirimkan pesan untuk Fara bahwa dia tidak bisa membantu anak-anak mengerjakan tugas malam ini.

"Akhirnya kamu datang." karena tidak sanggup melihat jenazah papa dia istirahat di kamar yang tadinya ditemani oleh salah satu sepupu ia ditemani oleh Aydin.

"Sayangnya kamu bukan datang untuk menjabat tangan papa tapi mengantarnya ke peristirahatan terakhir."

Aydin meminta maaf.

"Papa sering menanyakan Mas juga hubungan kita."

Vina tidak menangis terseru seru hanya air mata pertanda bahwa wanita itu sedang berduka atas kehilangan sosok ayah.

"Tapi tidak ada jawaban dari Mas."

Andai ini bukan hari duka Aydin akan mengatakan bahwa untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius ia butuh berpikir ekstra karena sebelumnya dia juga pernah menikah tapi gagal dan yang lebih penting sampai detik ini ia masih ragu tentang rasanya pada si mantan.

"Mama juga sering bertanya kapan Mas main ke rumah, tapi Mas acuh."

"Maaf sayang." Aydin memeluk kekasihnya. Yang dibutuhkan Vina sekarang adalah dukungan, Aydin paham kondisinya sekarang.

"Sebentar lagi papa akan dikebumikan dan beliau tidak pernah bisa melihat pernikahanku lagi."

Aydin mengusap lembut punggung Vina, ia merasa bersalah karena kurang tegas dalam hubungan mereka tapi dari awal menjalin kasihnya wanita itu Aydin sudah mengatakan bahwa dia tidak terburu-buru menikah.

Saat pintu diketuk Aydin bergegas melepaskan pelukan dan kembali duduk di sofa, ia tidak ingin membuat saudara Vina berasumsi yang tidak tidak pada mereka di hari duka ini.

"Kita ke makam sekarang, jenazah sudah dibawa ke Mesjid." sepupu Vina yang masuk.

Vina menggeleng....bagaimana bisa dia melihat jenazah papanya dimasukkan ke liang lahat dan di timbun tanah merah?

"Aku di sini saja."

"Aku temani yuk...." Aydin bangun dan mengulurkan tangan tapi Vina tetap menggeleng.

"Aku tidak sanggup."

"Baiklah." pintu kembali di tutup.

Barulah tangis Vina pecah wanita itu meraung karena mulai hari ini dia tidak akan pernah lagi melihat papanya, dia juga merasa karena tidak bisa mewujudkan keinginan almarhum yang ingin menimang cucu.

Aydin kembali memeluk Vina tapi ditepis oleh wanita itu. "Aku sedang ingin sendiri, pergilah Mas."

Mana bisa Aydin meninggalkan kekasihnya dalam keadaan seperti itu.

"Aku bilang pergi!"

"Sayang."

"Pergi!"

Oke, Aydin akan pergi bukan pulang tapi mengikuti proses pemakaman almarhum papa kekasihnya.

Walaupun keluarga Vina tidak ada yang mengetahui hubungan mereka tapi orang tuanya tahu.

******

"Papa nggak jemput lagi Ma?"

"Besok mungkin, sekarang sama Mama dulu yuk."

Dilla mengangguk tapi Ardi masih melihat ke gerbang menunggu mobil papanya, itu dilakukan selama tiga hari ini.

"Ardi, cepat pakai kaus kakinya." Fara sudah selesai tapi Ardi masih duduk.

"Iya."

Fara diberitahu mantan suaminya mengenai alasannya tidak bisa datang juga mengantar atau menjemput anak-anak karena Vina sedang berduka atas kehilangan ayahnya dan Fara sama sekali tidak mempermasalahkan. Tapi dia tidak bisa memberitahu alasan itu pada anak-anak, terutama Ardi anak itu pasti tidak suka.

Mantan istriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang