Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni berasal dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis, dan jika ada kesamaan nama atau tokoh yang dipakai, itu adalah sebuah kebetulan. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan berasal dari Pinterest. Be wise and don't put a hate i to the character.
Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!...
Pagi-pagi sekali tak lama setelah Shea berangkat menuju istana, Lalisa beranjak menuju ruangan tempat dimana saudarinya biasa berkumpul. Di dalam sana Lalisa hanya bisa menemukan keberadaan Irene, Jenny dan Jealene yang sedang sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing, juga Wendy yang terlihat sedang mengerjakan beberapa berkas dengan cap sekolah di sampulnya.
"Selamat pagi kakak-kakak ku." sapa Lalisa sambil mencium satu-persatu pipi saudarinya.
"Selamat pagi Lice. Duduklah, aku ingin meminta pendapat mu." Lalisa menurut dan mendudukkan dirinya di samping Wendy.
"Aku mendapat tugas dari ayah untuk ikut menyeleksi beberapa pengajar yang akan dikirim ke Barat. Aku sudah mendapatkan beberapa nama, boleh kau bantu aku untuk melihat beberapa orang yang sudah ku pilih?" Wendy menyerahkan beberapa kertas berisi resume setiap calon pengajar.
Lalisa melihat satu-persatu resume yang diserahkan oleh Wendy. Wajahnya terlihat serius dengan bibir yang tanpa sadar dikulum, ciri khas yang Lalisa miliki setiap gadis itu sedang serius berpikir.
"Aku rasa pilihan mu sudah tepat Wendy. Namun dari yang kudengar, Ayah meminta tujuh pengajar dan kau baru memilih enam. Jika boleh aku berikan saran, rekrut lah Campbell. Dia sangat berbakat dibidangnya dan sudah pasti pantas untuk dikirim ke Barat." Lalisa menyerahkan kembali resume kepada Wendy. Ia menatap wajah saudarinya yang terlihat berpikir.
"Campbell? Maria Campbell?" Wendy mengerutkan dahinya bingung.
"Lulusan wanita pertama dari sekolah? Seorang Baron?" Irene yang sejak awal ikut menyimak diskusi dari kedua adiknya pun ikut melemparkan pertanyaan. Lalisa mengangguk mengiyakan pertanyaan sang kakak dengan wajah yang terlihat sangat yakin.
"Tapi apa tidak masalah? Sekolah yang nantinya dibuka akan dipenuhi oleh banyak keluarga bangsawan atas Lice."
"Benar. Tapi jangan lupa jika kerajaan juga membuat bangunan khusus, agar rakyat biasa juga bisa ikut belajar Jen." balas Lalisa tenang. "Lagipula Maria Campbell lulus dengan nilai terbaik di bidang kimia tahun ini. Keluarga bangsawan kelas atas pun tak akan rugi jika menyerahkan anak-anak mereka untuk belajar kepadanya." terangnya sambil tersenyum lembut.
"Pertimbangkan lah kakak. Tidak peduli bagaimana statusnya dalam strata sebuah kasta, jika ia hebat berati dia hebat."
"Baiklah, aku akan memasukkan namanya kedalam daftar. Terima kasih karena sudah membantu ku Lice."
Wendy pun menyetujui nama Mari Campbell untuk ikut diajukan kepada sang ayah. Kultur Eropa yang masih membedakan tingkat kasta bangsawan dan juga gender memang terkadang membuat orang-orang yang berbakat kalah jika ia tidak memiliki tingkat status sosial yang tinggi. Apalagi jika ia adalah seorang wanita. Mereka akan selalu mendapatkan tatapan penuh keraguan jika nama mereka diajukan untuk mengemban posisi penting di suatu organisasi. Namun, keluarga Cavendis menjadi salah satu keluarga yang ikut memperjuangkan kesetaraan walaupun peraturan seperti itu tidak bisa sepenuhnya dihapuskan.
Tepat pukul 9 pagi, Eve datang ke ruangan putri-putri Cavendish untuk menjemput Lalisa.
"Kau akan pergi Lice?" dengan bingung, Jenny melangkah mendekati sang bungsu yang sudah berdiri dan tengah mengambil jubah yang disampirkan pada lengan sofa. Lalisa memakai jubahnya dengan di bantu Eve, dan berterima kasih setelahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/322351071-288-k331853.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa : The 7th Day Princess
ФанфикZachary harus melewati 7 hari sebelum bisa mewujudkan keinginannya untuk menjelajah kerajaan Cornwell. Apakah keinginannya bisa tercapai dengan mudah ? Atau ia akan terjebak bersama salah satu dari tujuh bunga paling indah diseluruh penjuru kerajaan...