5

2.5K 433 35
                                        

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni berasal dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis, dan jika ada kesamaan nama atau tokoh yang dipakai, itu adalah sebuah kebetulan. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan berasal dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

...

Pagi-pagi sekali, Lalisa sudah pergi meninggalkan kediaman Cavendish untuk pergi ke pusat Cornwell. Bahkan ia berulangkali meminta maaf pada Wendy karena tidak bisa ikut mengantar kepergian kakak ketiganya yang akan berangkat ke istana itu.

Bersama dengan Lego sang pengawal dan Eve sang pelayan, Lalisa pergi ke sebuah rumah sederhana yang berada di pusat kota. Sang pemilik rumah buru-buru memberikan hormat pada Lalisa sesaat setelah ia membuka pintu dan melihat sosok Lalisa yang berada tepat di depan pintu rumahnya.

"Sungguh sebuah kejutan melihat anda berada di depan rumah saya saat matahari baru saja naik, Lady." pria berumur 35 tahun itu meletakkan 3 cangkir teh untuk Lalisa, Lego dan Eve. Kemudian ia menyusul duduk di bangku yang berseberangan dengan milik gadis yang tengah duduk dengan punggung tegak sempurna itu.

"Aku sudah berkali-kali meminta padamu untuk menanggalkan sikap formal mu padaku tuan Marco." tegur Lalisa dengan suara lembutnya.

"Saya tidak akan berani bersikap tidak sopan kepada anak dari seseorang yang saya hormati. Seseorang yang telah memberi saya kesempatan untuk bersekolah di akademi miliknya secara cuma-cuma, hingga bisa menjadi seperti saat ini, Lady."

Marco Carnell adalah seorang dokter yang diberikan beasiswa oleh Philip untuk menempuh pendidikan kedokteran di sekolah milik keluarga Cavendish secara cuma-cuma. Satu dari sekian banyak tokoh besar yang lahir karena kesempatan yang diberikan oleh keluarga Cavendish. 

"Sudahlah Tuan. Sebetulnya, tujuan ku datang kesini adalah untuk meminta bantuan."   

"Dengan senang hati saya pasti akan membantu. Jadi bantuan apa yang Lady butuhkan?"

"Apakah kau bisa meluangkan waktu mu untuk ku seminggu kedepan?" Marco mengernyitkan keningnya. Sang Lady sudah beberapa kali meminta bantuannya untuk mengurus rumah sakit yang jauh dari kota dan kekurangan tenaga medis. Tapi untuk seminggu? Sepertinya ia akan bepergian cukup jauh, batinnya.

"Harus kemana saya pergi kali ini Lady?"

"Kau bersedia?" tanya Lalisa dengan bersemangat. Marco ikut tersenyum saat melihat senyum rekah Lalisa yang muncul di wajahnya yang berkilau dengan seri.

"Saya tidak akan pernah bisa menolak apapun permintaan mu Lady." Lalisa tersenyum senang. 

"Kali ini, aku meminta mu untuk pergi ke bagian utara perbatasan Cornwell, Tuan. Apakah bisa jika aku memintamu untuk berangkat esok hari? Aku tau ini sangat mendadak, tapi aku tidak bisa lagi menunda kepergian dan membuat mereka disana menunggu terlalu lama." Marco mengangguk menyanggupi.

"Baiklah, saya akan bersiap dan berangkat esok hari sesuai keinginan mu Lady."

"Ini---" Lalisa menyodorkan sebuah kertas dan bolpoin kearah Marco. "---tulislah segala macam kebutuhan yang sekiranya harus aku sediakan untuk kau bawa besok. Nanti sore, semua barang-barang permintaan mu akan dibawa oleh Lego."

"Besok pagi kau akan dijemput oleh Lego untuk berangkat. Aku menitipkan beberapa bahan makanan untuk orang-orang disana. Sisanya akan kuantarkan secara pribadi 2 hari setelahnya, bersama kebutuhan seperti selimut dan makanan."

Lalisa : The 7th Day PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang