2

2.7K 432 9
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni berasal dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis, dan jika ada kesamaan nama atau tokoh yang dipakai, itu adalah sebuah kebetulan. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan berasal dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

...

Satu hari setelah keputusan sang raja untuk memperkenalkan putranya kepada gadis-gadis keluarga Cavendish, pihak istana pun langsung mengirim seorang utusan ke kediaman keluarga Cavendish dengan membawa sebuah gulungan titah berisi undangan resmi. 

Di sebuah ruangan besar bernuansa putih dimana ketujuh gadis-gadis Cavendish biasa berkumpul, suara riuh terdengar dari dalam.

"Psst Roseanne" panggil Jealene pada Roseanne yang sedang sibuk melukis di sudut yang menghadap langsung ke taman belakang kediaman mereka. Roseanne menoleh dan langsung membelalakkan matanya saat ia melihat sang kakak kedua, mengacungkan sebuah jepit rambut yang memiliki ukiran bunga tulip kuning di kedua sisinya.

Sontak ia langsung mengalihkan tatapannya kepada sang adik bungsu yang sedang terduduk bersama Jenny dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuh mereka.

"Hei Lalisa! Kau benar-benar membawakannya?" mendengar pekikan sang kakak, Lalisa hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum jahil. Ada janji yang terpaksa ia tepati agar kakak keduanya tidak mengusilinya.

"Hanya untuk ku Roseanne." goda Jealene pada sang adik yang sudah memasang wajah merajuknya. Juluran lidahnya sungguh tidak membantu dan membuat suasana hati Roseanne semakin tidak baik.

"Lalisa, kau benar hanya membawakan milik Jealene? Lalu bagaimana dengan milik ku?"

"Tidak Roseanne, tenanglah. Lalisa membawakan untuk kita semua sesuai dengan janjinya." saut Wendy yang fokusnya masih tertuju pada buku yang sedang ia baca.

"Ah Wendy kau tidak seru. Bukankah aku sudah bilang agar tidak jujur terlalu cepat?!" Wendy terkekeh, sedangkan Jealene kecewa karna gagal mengerjai sang adik.

"Kau memang jahil dasar Jealene jelek. Aku akan menggelitik mu hingga kau menangis." kemudian ruangan yang awalnya tak begitu berisik, berubah menjadi ruangan yang penuh teriakan Jealene yang dikejar oleh Roseanne. Lalu gelak tawa terdengar bersaut-saut saat Roseanne berhasil menggelitik Jealene hingga terjatuh pada karpet berbulu yang melapisi lantai marmer di ruangan itu.

Saudari-saudarinya yang lain juga ikut menertawakan bagaimana dua tubuh itu berguling dan saling serang. Saat mendengar suara tawa dari si bungsu, perkelahian anak ke 2 dan ke 6 itu terhenti. Roseanne dengan mudah mengubah targetnya dan mulai menggelitik Lalisa hingga ruangan semakin ramai.

Saat melihat Lalisa yang sudah terlihat lemas karna tertawa, Jenny buru-buru melerai Roseanne dan membantu merapihkan rambut adik bungsunya yang sudah berantakan.

"Sudah Roseanne. Lalisa sedang tidak sehat saat ini."

"Beruntung kau sedang sakit Lice. Kalau tidak kau sudah ku habisi." kemudian Roseanne membubuhkan banyak kecupan pada wajah Lalisa yang masih terkekeh geli.

"Hentikan Roseanne. Liur mu membasahi wajahku. Iyuhhh."

"Cih anak nakal. Lalu dimana jepit rambut ku?"

"Aku sudah titipkan pada Irene." Irene yang merasa ditatap hanya menampilkan wajah yang seolah bertanya 'apa' pada Roseanne, sambil menunjuk sebuah keranjang tempat menyimpan aksesoris mereka. Dengan hati yang riang karena mendapat hadiah berharga dari adik bungsunya, Roseanne mengagumi jepit rambut pemberian Lalisa dengan mata yang berbinar-binar.

Lalisa : The 7th Day PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang