Pandangan yang dulu penuh kekaguman, kini berubah menjadi tatapan rasa penasaran. Bagaimana tidak penasaran, jika gadis yang mereka kenal begitu mencintai rambut hitam legamnya, kini memotong rambut indah itu, bahkan memberi sedikit warna baru, meski tidak mencolok.
"Itu Dawai atau kembarannya sih? Beda banget," ucap salah satu siswi.
Penampilan baru Dawai jelas menjadi perbincangan hangat di SMA Nusantara.
"Mungkin itu Dawai. Dengar-dengar Dawai sama Rega udah putus, bisa jadi alasan Dawai mengubah penampilannya,"
Bukan hanya dianggap berbeda, bahkan rumor tentang hubungan Dawai dan Rega berakhir pun mulai menyebar luas. Sebagian besar merasa senang dengan berita, yang bahkan belum memiliki kebenaran tersebut.
"Rumor palsu jangan dibahas," ucap Rega membuat semua pandangan kini tertuju padanya. Bukan hanya Dawai yang berbeda, tetapi pria kebanggaan kaum hawa itu pun mulai menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Akhir-akhir ini, Rega semakin berantakan saat berangkat ke sekolah, sering kepergok tengah merokok di rooftop dan lebih buruk lagi, beberapa kali Rega terlihat mengabaikan kedua sahabat sejatinya, Carion dan Saga.
"Eh, sorry, tapi kita hanya menyampaikan kabar yang kita dengar kok," Siswi tadi kembali memberi pembelaan. Rega berdecak, menyampaikan kabar pun harusnya dipastikan dahulu kebenarannya, bukan.
"Dawai," panggil Rega kini lebih tertarik untuk mendekati gadis tersebut.
"Heum?"
Dawai berbeda, membuat Rega semakin merindukan sosok asli dari gadis berambut legam itu.
"Kenapa lo harus potong rambut sih? Lo tau kalau dia begitu menyukai rambut panjang dan legamnya," cecar Rega tidak bisa menahan diri lagi. Dawai memutar bola matanya malas, sangat tidak suka diperintah.
"Dia yang suka atau lo?" Pertanyaan Dawai memojokkan Rega. Tatapan Rega menjadi lebih lembut.
"Gak bisa jawab ya? Berarti benar dong, lo suka dia karena rambutnya 'kan? Cih, kasihan ya, dari dulu gak ada yang benar-benar menyayangi dia. Bodohnya, dia masih berharap pada mereka yang sudah mengecewakan dia, lagi dan lagi," celoteh Dawai mulai memberi penilaian.
Dawai terkejut kala tubuhnya di tarik dalam pelukan hangat pria di hadapannya. Dia tidak begitu yakin, tetapi jantungnya terasa aneh. Ini yang jatuh cinta Dawai atau Viola sih?
"Siapa pun lo saat ini, apa pun bentuknya. Lo tetap putri teater yang gue suka, Wai," tutur Rega. Beberapa malam terakhir, Rega dihantui rasa cemas. Bagaimana jika selamanya Dawai tidak pernah kembali?
"Lepas," Dawai memberontak dalam pelukan Rega, bahkan dengan berani mengeluarkan pukulan sampai Rega terdorong ke belakang.
"Lemah banget lo," ejek Dawai menatap Rega remeh.
"Gue gak bisa melukai lo, karena itu akan menyakiti dia, meski gue ingin membalas lo," jawab Rega, Dawai hanya mengangguk-anggukan kepalanya, tidak ambil pusing dengan pernyataan pria tersebut.
"Cepat sembuh, pacarnya Rega," ucap Rega dengan sengaja menaikkan nada suara di akhir kalimat, agar semua orang tahu kalau dia dan Dawai tidak pernah putus, seperti kabar yang mereka dengar.
"Cih, pacar? Gak pantas sih," sahut Dawai. Mungkin jika di keadaan normal, Rega akan membalas ucapan kekasihnya yang dengan ego tinggi tidak mengakui dia sebagai kekasih. Namun, bukan Dawai yang tengah berbicara.
Dawai dan Rega yang sejak tadi jadi pusat perhatian, kini digantikan dengan kehadiran Saga dan Carion. Lebih parah lagi, Saga bahkan berlalu begitu saja, sementara Carion menghentikan langkah sejenak, terlihat ragu untuk sekedar menyapa Rega.
"Ganteng banget deh," gumam Dawai membuat Rega menatapnya bingung.
"Siapa?"
"Itu, yang barusan lewat," sahut Dawai dengan pandangan tertuju pada Carion. Rega membulatkan matanya. Dawai menyukai Carion? Ah bukan, Viola Allegra si gadis kasar menyukai Carion? Sahabatnya sendiri?
Bagaimana Rega harus menjelaskan semua pada gadis itu. Dawai kekasihnya, apa mungkin di tubuh yang sama Viola malah menyukai orang lain? Demi apa, itu adalah sebuah perselingkuhan, dan Rega tidak akan terima itu.
"Lo gak boleh menyukai Carion. Tubuh serta pemilik tubuh ini adalah milik gue," cetus Rega, memegang bahu gadis di hadapannya. Dawai jelas tidak terima.
"Milik lo itu dia, bukan gue. Terserah gue dong mau suka sama siapa aja. Gue tegaskan sekali lagi, gue ini Viola Allegra, paham?" sahut Dawai.
Baru juga Rega hendak protes, gadis itu sudah lebih dulu pergi, mengejar Carion. Bagaimana Rega harus menjelaskannya jika Carion bertanya.
Ponsel Rega berdering, menarik perhatian pria itu.
"Heum?" Rega terdiam, mendengarkan dengan seksama informasi yang disampaikan orang di seberang panggilan. Sudut bibir Rega terangkat, menunjukkan hal baik yang dia harapkan akan terjadi.
"Oke, nanti gue kabari lokasi dan waktu untuk kita bertemu. Makasih untuk infonya," ucap Rega mengakhiri panggilan.
Jika Saga tidak pernah percaya dengan semua yang terjadi, maka Rega yang akan menampar sahabatnya itu dengan fakta yang sebenarnya.
"Gue pernah janji akan menjaga lo, Wai. Entah itu benar lo si putri matahari atau bukan, gue benar-benar merindukan kehadiran lo," gumam Rega mengepalkan tangannya.
Satu kali, dia gagal menjaganya, dan kali ini Rega tidak akan mengulang kesalahan yang sama.
..
Entah dapat karma dari mana, Dawai, gadis yang tidak Carion suka malah terus menerus membuntutinya. Sampai pria itu kesal sendiri.
"Mau lo apa sih? Kalau Rega tau lo mengikuti gue, dia bisa mengamuk sama gue," ucap Carion ketus. Dawai malah tersenyum senang. Justru dia lebih suka sosok Carion yang menolaknya.
"Kan gue sukanya lo, kenapa Rega harus marah?" tanya Dawai begitu santai, Carion membulatkan matanya, bahkan jika bisa, kedua bola mata pria itu sudah jatuh saat itu juga.
"Gue serius, lo ceweknya Rega dan semua orang tau itu. Meski sampai sekarang, gue masih gak menerima lo," ucap Carion jujur dengan betapa dia tidak suka pada Dawai, meski status gadis itu kini menjadi kekasih dari sahabatnya sendiri.
"Pacarnya Rega itu Dawai, bukan gue," celetuk Dawai.
"Hah?"
"Heum kita belum kenalan ya? Eehm, gue Viola Allegra, saudari dari Saga Allegra. Lo pasti kenal Saga 'kan?" jelas Dawai. Carion terdiam, pikirannya masih blank, berusaha keras mencerna maksud Dawai.
"Allegra? Saga Allegra? Lo serius? Tunggu, nama lo Viola, bukannya Dawai? Lo kembaran Dawai, gitu?" Berbagai pertanyaan kini berkecamuk dalam pikiran Carion.
Sebanyak apa Saga menyimpan rahasia darinya? Pantas saja selama ini, Saga tidak pernah mengizinkan mereka berkunjung ke rumah, lebih sering tinggal di apartemen daripada kediaman aslinya.
"Yup, Saga Allegra itu saudara gue. Ehm, gue bukan kembaran Dawai sih, tapi.." Dawai menjeda ucapannya.
"Apa?" Carion semakin penasaran dibuatnya.
"Cie pengen tau ya? Antar gue pulang, baru gue kasih tau, gimana?" tawar Dawai. Carion terlihat berpikir, akan ada risiko yang dia terima, tetapi dia juga sudah terlanjur penasaran.
"Fine, gue antar lo pulang," sahut Carion membuat Dawai tersenyum puas. Carion mengacak rambutnya, semakin pusing dengan segalanya. Siapa gadis di hadapannya itu? Dan kenapa Saga menyembunyikan marga bahkan fakta bahwa Dawai, si putri teater adalah saudarinya sendiri?
"Shit.."
"Siapa mereka?" tanya gadis itu. Carion menghela napas, kenapa harus di saat keadaan kacau mereka harus hadir?
"Gue gak jamin kita bisa selamat kali ini," gumam Carion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Snow White - SELESAI
Teen Fiction"Shit, first kiss gue," protesnya menyentuh bibir salemnya. "Akhirnya bangun juga," Carion berucap lega. Berbeda dengan Rega yang masih menatap gadis itu tanpa ekspresi, Dawai justru sudah hampir meledak. Setelah dibuat pingsan sama bola yang pria...