📖Dia, Dawai?📖

52 6 0
                                    

Rega Leonardo menuruti hukuman yang diberikan adalah suatu hal yang sangat langka. Sampai berbusa pun, pria itu tidak pernah menganggap penting perkataan maupun nasehat yang sang pendidik sampaikan. Sekolah hanyalah formalitas, begitulah menurutnya.

"Ini, Rega sahabat gue 'kan? Kesambet apaan lo?" oceh Carion bersandar di pintu toilet, sama sekali tidak berniat membantu Rega, dasar teman laknat!

"Kesambet jin, mau lo gue kurung di sini," sahut Rega asal. Dia hanya merasa perlu melakukan hal ini. Merasa bersalah? Entahlah, Rega hanya terus terbayang tatapan dan ekspresi yang Dawai tunjukkan. Meski dijuluki sebagai putri teater, Rega masih tidak yakin kalau Dawai hanya sedang akting.

"Mau ditungguin apa enggak ni, Ga? Bosan banget gue," Lagi, Carion menguji kesabaran Rega. Sudah toilet ke sekian yang dia bersihkan dan Carion hanya mengoceh tanpa henti, berbicara hal tidak penting, sampai telinga Rega panas mendengarnya.

"Kok bisa ya, gue temanan sama manusia aneh seperti lo," cibir Rega.

"Kok bisa ya, gue punya teman yang hobinya gantungin cewe mulu. Noh, si Nisa kirim pesan sama gue, kemarin," sahut Carion tidak mau kalah.

"Ck, si bocah itu mau ngapain lagi?"

"Dih, kan lo yang beri dia harapan, kasih kepastian dong, Ga. Kalau gak suka, kan tinggal jujur," tutur Carion mulai sok bijak lagi. Rega memutar bola matanya malas.

"Kasihan, nanti nangis," sahutnya ringan.

"Daripada digantungin mulu. Korban ke berapa dah si Nisa, ke 99 kali, ya?" tebak Carion. Rega memang sering dekat dengan siswi di SMA Nusantara, tetapi belum sekali pun dia terlihat menjadikan salah satunya sebagai kekasih. Entahlah, hanya Rega dan Tuhan yang mengetahui isi hatinya.

"Gue dekatin mereka buat cari yang pas, tapi di hari kedua dekat, gue bosan, Men. Aneh gak sih? Merasa mereka gak bisa membuat gue tertantang gitu," urai Rega membenarkan perbuatannya.

"Whatever, lah, Ga. Intinya, lo gak boleh seperti ini terus. Kasihan mereka, berharap banyak sama lo," nasehat Carion. Rega menghentikan aktivitasnya, menatap Carion lama, sampai pria itu merinding sendiri dengan tatapan aneh Rega.

"Dah, gue duluan. Bosan gue nungguin lo. Nanti ketemu di rumah gue aja, bye!"

Kini, tersisa Rega dengan tongkat pembersih di tangannya.

"Kok gue jadi penurut gini dah," Rega seolah baru menyadari kebodohannya, melempar asal tongkat pembersih yang tadi dia gunakan, membersihkan tangan, sebelum mengambil tas miliknya.

Rega bersiul kecil untuk menghalau kesunyian di lorong antar kelas. Langkahnya melambat saat tidak sengaja melihat pintu gudang terbuka, padahal biasanya pintu itu tertutup rapat, apalagi kalau sudah waktu pulang sekolah. Didorong rasa penasaran Rega masuk ke gudang penyimpanan tersebut.

Dia terdiam, menatap kursi yang berantakan, seperti dilempar habis-habisan ke lantai. Lebih mengejutkan lagi, seorang siswi tergeletak tidak berdaya di lantai.

"Dawai?" Rega menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis itu, untuk memastikan.

Rega bertanya-tanya tentang lebam di tangan gadis itu, jelas bukan dampak kekerasan, tetapi lebih akibat benturan benda yang disengaja.

"Gak mungkin lo akting sampai memukuli semua kursi 'kan?" gumamnya ragu.

Rega mengangkat tubuh gadis yang baru dia temui beberapa hari yang lalu. Pertemuan mereka tidak baik, bahkan setelah dua kali bertemu, dan kali ini, Rega malah dibuat kebingungan menemukan gadis itu tidak sadarkan diri.

"Dawai!" teriak seorang gadis yang terlihat begitu khawatir, ditambah dua pria di belakangnya.

"Lo apain Dawai, hah!" Lyre menatap Rega tidak suka.

Bukan Snow White - SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang