Nama Rega dan Saga semakin melambung tinggi sejak kepulangan mereka membawa kemenangan untuk SMA Nusantara. Kedatangan mereka disambut antusias, terutama oleh kaum hawa yang semakin menggilai bukan hanya paras tetapi juga prestasi yang kedua orang tersebut miliki.
Tiga motor yang datang beriringan menarik atensi semua orang. Seperti biasa, Saga masih dengan sikap tenangnya, berbeda dengan Rega yang selalu tersenyum ramah, menyugar rambutnya sebelum melambaikan tangan.
"Astagah, gue mau pingsan. Ini Rega makin cakep, banyak prestasi lagi. Sungguh indah ciptaan-Mu," Tatapan kagum tidak berhenti menyorot mereka.
"Biasa aja kali, Ga. Katanya mau berubah demi si putri teater," celetuk Carion, tidak menyadari ekspresi Saga yang sudah berubah total. Hanya Carion yang belum mengetahui fakta tentang Dawai.
Saga berdehem singkat, merapikan seragamnya sebelum melangkah, mendahului Carion yang kebingungan dan Rega yang memperhatikan sahabatnya itu.
"Selesaikan masalah lo dan Saga dengan segera deh, Ga. Gak enak diam-diaman gini terus," nasehat Carion menengahi. Mereka bersahabat bukan dalam waktu singkat. Carion tidak akan berpihak, tetapi jika urusannya pribadi, pria itu juga tidak akan ikut campur dan berakhir merusak suasana.
"Ada banyak hal yang Saga sembunyikan. Dia tidak menganggap kita sahabat," sahut Rega dingin. Apa pun alasannya, kalau Saga menganggap mereka sahabat, seharusnya Saga jujur soal latar belakang keluarganya, termasuk Dawai.
"Maksud lo apa sih? Kalian bahkan tanding bareng, tapi kenapa masih bertingkah seperti ini?"
"Hanya tim yang mewakili SMA Nusantara," sahut Rega santai. Dia memang receh dan menyebalkan, tetapi bukan berarti soal persahabatan Rega suka dianggap remeh.
Rega menunggu Saga untuk jujur, tetapi sampai hari pertandingan selesai, pria hanya hanya kukuh melarang hubungan Rega dan Dawai, tanpa mengutarakan alasan yang masuk akal. Jelas dong, Rega tidak akan menurut.
"Apa ini karena Dawai?" tanya Carion membuat langkah Rega terhenti.
"Gue jelasin kalau Saga udah mau terbuka sama kita," sahut Rega santai, mengembangkan senyumnya kembali, seolah tidak terjadi apa-apa dalam persahabatan mereka.
"Kak Rega, ini hadiah untuk kemenangan Kak Rega," ucap gadis berambut sebahu menyodorkan kotak hadiah yang dibungkus rapi pada Rega.
"Buat gue aja nih?" goda Rega membuat gadis bername tag Adila itu tersenyum malu-malu.
Bukan hanya Adila yang berusaha mendapatkan perhatian dari Rega, tetapi hampir seluruh kaum hawa di SMA Nusantara berebut untuk memberikannya hadiah, sampai loker penyimpanan pria itu penuh, bahkan laci mejanya dipenuhi hadiah yang entah dari siapa saja.
Rega menatap meja yang penuh hadiah.
"Ga, bagiin aja deh. Sebanyak itu mau lo kemanain coba?" celetuk salah satu teman satu kelasnya yang tidak terlalu terkenal. Rega berpikir sejenak.
"Ada hadiah dari Dawai, gak?" tanyanya, Riva yang tadi membantu mengeluarkan hadiah tersebut menggeleng sebagai jawaban.
"Ah ya sudah, ambil saja sesuka kalian," Rega hanya mengharapkan penghargaan dari satu-satunya gadis yang membuatnya rela menunggu, bahkan sampai menentang sahabatnya sendiri demi sebuah jawaban.
"Mau ke mana lagi?" Setelah sekian lama, Saga akhirnya membuka suara. Bahkan saat mereka bertanding dalam satu tim, Rega tetap terlihat tidak bersahabat.
Rega tidak menjawab, membiarkan Saga dengan kebingungannya. Rega berharap Saga akan mengerti.
"Lo kenapa sebenarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Snow White - SELESAI
Dla nastolatków"Shit, first kiss gue," protesnya menyentuh bibir salemnya. "Akhirnya bangun juga," Carion berucap lega. Berbeda dengan Rega yang masih menatap gadis itu tanpa ekspresi, Dawai justru sudah hampir meledak. Setelah dibuat pingsan sama bola yang pria...