📖A little Attention📖

48 5 0
                                    

Setelah tidur, mereka pasti dibuat khawatir menunggu siapa yang akan hadir bersama mereka. Salah satu alasan kemunculan pribadi alternatif tersebut adalah rasa bersalah. Namun, pasti masih ada alasan yang lain.

Seperti biasa, Miley pasti menyambut kehadiran putrinya dengan baik. Caroline benar, meski terlihat tidak ingin, di dasar hatinya, Dawai mengharapkan begitu banyak perhatian dari mereka.

"Pagi, Sayang," sapa Miley, Dawai mengangguk kecil, berjalan ke dapur, mengedarkan pandangannya.

"Cari siapa?" tanya Miley, mengikuti langkah putrinya.

Dawai terlihat ragu, menggigit bibir dalamnya untuk mengurangi kegugupan.

"Bang Walton gak pulang ya, Ma?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir Dawai, meski sedikit terbata, terlihat masih kurang nyaman, setelah sekian lama menjauh dari saudaranya, tidak secara langsung, hanya saja Dawai tidak terbiasa lebih dulu mencari keberadaan saudaranya tersebut.

"Ada yang bisa Mama bantu? Abang lagi ada urusan, jadi semalam gak pulang, mungkin nanti kamu bisa menghubungi dia," sahut Miley, Dawai berpikir sejenak, mengurunkan niat awalnya mencari saudara laki-lakinya yang ahli memasak tersebut.

"Mama bisa bantu, kok," ucap Miley lagi, membuat langkah Dawai terhenti.

"Ehm, Dawai ingin buat bekal, mau dibawa ke sekolah, tapi gak jadi deh kalau gak ada Bang Walton, nanti Dawai pesan aja," jelasnya kaku, Miley tersenyum lembut.

"Kamu siap-siap aja gih, bekal biar urusan Mama. Dijamin gak akan kalah sama Abang kok,"

"Benaran gak apa-apa?" tanya Dawai ragu, Miley mengangguk, mengusap rambut hitam putrinya. Sebuah hadiah kecil yang berharga, Dawai mau meminta tolong lebih dulu.

"Ya udah, tapi jangan sampai Mama kenapa-napa, bisa-bisa Dawai disalahin lagi," lontar Dawai sedikit lebih tajam. Dia keras bukan tanpa alasan, dia terlihat kuat juga bukan berarti dia sungguh kuat. Semua itu hanya kebohongan, cara Dawai agar dibenci.

"Mama senang direpotkan sama kamu. Jangan khawatir, Mama akan lakukan apa pun sampai kamu kembali seperti dulu," imbuh Miley, tatapan yang selalu berhasil membuat Dawai tidak tega. Gadis berambut hitam legam itu menghela napas.

"Mama mending mulai masak deh, nanti malah telat lagi," tukas Dawai, memilih memberi ruang Miley untuk mengabulkan permintaannya, juga memberi ruang pada hatinya untuk lebih tenang. Dawai berhenti sejenak, membalikkan tubuhnya. Lagi, hatinya dibuat sakit, melihat air mata yang lolos dari pelupuk mata Miley.

Dawai melanjutkan langkahnya, mungkin lain kali, dia harus melakukannya sendiri saja. Pertama kalinya setelah beberapa tahun terakhir, Dawai bersemangat menerima bekal yang Miley siapkan. Pertama kalinya, makanan yang tertata di atas meja tidak berakhir berantakan di lantai saat Miley mengajak Dawai sarapan.

"Dawai pamit," ucapnya

Hanya Saga yang masih dingin dan tidak menerima kehadirannya. Dawai menghela napas perlahan, mengurangi sesak di dadanya.

"Berangkat sama Abang ya, sekalian Abang mau ketemu Rega lagi," tawar Rion, Dawai mengangguk singkat.

Dawai mengulas senyum tipis, menatap bekal di tangannya.

"Senang banget," ucap Rion menoleh pada Dawai.

"Enggak tuh," sanggah Dawai, meski wajahnya kini merona. Sejujurnya, Dawai sedikit tidak sanggup menghadapi Rega. Pasalnya, Dawai sudah meneguk ludahnya sendiri, mencium pria itu dalam keadaan sadar, saat dia menolak dengan keras untuk hal tersebut.

"Rega baik, ya? Anaknya tangguh juga. Waktu Abang obatin, dia gak mau dibius, takut berefek samping katanya," Rion mulai bercerita, hal yang membuat Dawai membulatkan matanya.

Bukan Snow White - SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang