PART 23

5.5K 663 28
                                    

Setelah kemo selesai dan menunggu tubuh Garin pulih beberapa hari. Tiba di hari libur, Gama mengajaknya ke Sea Word. Theo sudah menagih janji dari kemarin.

"Hai," sapa Garin sembari masuk ke dalam mobil.

Theo tersenyum, memutar tubuhnya ke arah belakang. "Bang Garin, kita liat ikan!" serunya, selalu bersemangat.

Garin tersenyum lebar. "Yeah."

-

"Abang, mau liat lumba-lumba dulu. Waktu itu Adek pernah ke sini bareng Mama sama Papa, liat singa laut, lumba-lumba, sama pinguin kecil."

"Kapan? Kok Abang gak tahu."

"Udah lama. Abang kerja terus."

Theo melangkah lebar sembari menggenggam tangan Gama lalu dia menghentikan langkah, melirik belakang, menunggu Garin yang tertinggal dua langkah darinya. Theo mengulurkan tangannya.

Garin tersenyum. Menggenggam tangan itu.

"Bang Garin, nanti malem nginep, ya? Udah lama Bang Garin gak nginep."

"Mmm ... kalo Abang kamu nginep, Bang Garin baru mau nginep."

Theo melirik Gama. "Abang nginep, kan?" bertanya.

Gama tersenyum tipis, mengangguk.

"Tuh, Abang nginep, berarti Bang Garin nginep."

"Iyaa."

"Yeass!! Belajar gitar."

Sebenarnya Theo dan Garin itu kombinasi yang lebih cocok dibanding Theo dan Gama, mereka berdua sama-sama hyperaktif, sementara Gama lebih pasif. Gama tersenyum melihat Theo yang baru kembali dari menaiki beberapa wahana permainan anak kecil di Ocean Dream bersama Garin. Kedua adiknya yang berbeda usia cukup jauh itu saling menggenggam tangan dan melangkah dengan tawa lebar.

"Jadi masuk Sea worldnya, gak?" tanya Gama. Theo melupakan tujuannya gara-gara terlalu asik main dengan Garin. Garin juga melupakan kondisinya.

"Jadi, ayok!" seru Theo, setelah bermain energinya seakan tak berkurang sedikit pun.

Garin menarik tangannya dari genggaman Theo saat terasa ada sensasi geli di bawah hidung, pertanda ada cairan yang meluncur turun. "Ke toilet dulu," katanya cepat lalu melangkah lebar menuju arah toilet.

"Bang Garin kebelet?" tanya Theo melirik Gama.

Gama mengangguk. "Beli minum dulu, yuk," ajaknya.

Theo mengangguk. Gama menggenggam tangan adiknya, melangkah diiringi helaan napas pelan. Garin sendiri tadi yang mengajak Theo untuk naik beberapa wahana, dibilang jangan lupa kondisi.

Setelah selesai dengan pendarahan di hidungnya, masker Garin sudah diganti dengan yang baru. Dia menghampiri Gama dan Theo yang sedang duduk di sebuah bangku. Gama menyodorkan sebotol air minum saat Garin sampai di hadapan mereka. Garin mengambilnya lalu duduk di samping abangnya.

"Adek gak pernah liat Bang Garin buka topi. Bang Garin suka banget ya, pake topi? Adek sama Bang Gama gak suka soalnya bikin rambut jadi jelek," celoteh Theo sembari memandang Garin yang tengah meneguk airnya.

"Tapi ... Bang Garin rambutnya dibotak, ya?"

Anak kecil itu tampak sedang menilik ke dalam topi yang dipakai Garin.

Setelah minum, Garin kembali menaikkan maskernya. "Iya, rambut Bang Garin kemarin rontok, jadi yaudah dihabisin aja," sahutnya tenang.

"Sayang banget. Theo gak mau dibotakin."

"Jangan, Dek. Kepala Bang Garin aja kalo kena lampu jadinya silau," Gama bersuara.

Garin meliriknya. Di dalam masker mulutnya terbuka. Lancang sekali.

EGO (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang