Gama melihat senyum itu, begitu lebar sampai dia pikir tidak ada lagi senyum yang lebih lebar dari itu. Gama merindukannya, sosok yang pergi tanpa pamit.
Tanpa sadar air matanya mengalir, menonton tayangan semu di bayangan mata.
Rasanya sesak sekali sampai terasa sulit untuk bernapas.
.
Gama membuka mata, terengah-engah, dan kemudian terkesiap. Tangannya masih menyentuh hidungnya yang perih dan beberapa detik yang lalu terasa tidak bisa bernapas.
"Mimpi apa sih lo, Bang? Sampe ngeluarin aer mata kayak gitu?"
Sepasang matanya secara otomatis melotot.
"Biasa aja kali, Bang, lo kek liat tuyul. Besok-besok rambut gue bakal numbuh. Awas aja lo, cakep lagi gue."
"Garin?"
Garin melirik abangnya itu.
"Iya, gue. Sorry, idung lo baru aja gue jepit biar bangun. Abisnya lo nangis-nangis. Gue baik, kan? Udah bangunin lo dari mimpi buruk."
Mata Gama masih terbuka lebar memandang seperti orang yang baru melihatnya setelah sekian lama, padahal setiap hari mereka berdua, tadi malam tidur pun satu ranjang.
"Kenapa sih, Bang? Aneh banget emang gue keliatannya? Tapi lo, kan, liat gue tiap hari, gak usah sampe kayak gitu kali. Jadinya insecure nih gue."
Gama tidak menyahut ataupun bereaksi, pandangan matanya yang membulat dibarengi dengan mulut yang terbuka.
"Lo kebanyakan makan malem kayaknya, Bang. Cepetan ah, mandi, gue gak sabar pengen pulang."
"P-Pulang?"
Refleks Garin menoleh, abangnya itu linglung, apa gimana?
"Astaga!!! Kalo ketabrak mobil di alam mimpi gak mungkin bisa bikin amnesia, kan? Lo kenapa deh, Bang? Tidurnya gak do'a dulu pasti, jadinya bangun-bangun roh lo yang balik cuman separo."
Gama memandangi orang bertubuh kurus dan kepala plontos itu yang sedang sibuk berpakaian.
"Bang! Cepetan mandi! Pesawat kita berangkat se-jam lagi. Gue harus sarapan terus minum obat dulu. Walaupun udah sembuh, kata dokter jangan telat minum obatnya."
" Lo s-sembuh?"
"Astag--"
Garin rasanya tidak bisa meneruskan kejengkelannya.
"Arghhhh!!! Sembuh dari kanker belom ada seminggu, gue kayaknya bakalan mati akibat darah tinggi karena lo tiba-tiba jadi aneh gini. Lo kenapa sih?! Aneh banget. Cepetan mandi! Gue tinggal sarapan nih."
Berani sekali Garin menyuruh-nyuruh dan menyentaknya. Mengingatkan Gama pada sosok Garin di masa lalu; saat badung-badungnya di masa remaja.
"Bang!"
Gama tersadar.
Garin menghela napas lalu meraih handuk dan melemparkannya pada Gama yang masih duduk di ranjang.
"Cepetan mandi!" titahnya galak.
Gama walaupun masih linglung, dia akhirnya beranjak. Melangkah sembari melihat sekeliling.
Garin menatap abangnya itu yang masih tampak terlihat kebingungan, sampai masuk ke dalam kamar mandi pun wajahnya masih terlihat kayak orang bego.
"Aneh banget," gumamnya sembari kemudian lanjut memakai kaos kaki.
-
Selama mandi, Gama menerka-nerka, apa yang sedang terjadi? Ini mimpi, kah?
Kalau iya mimpi, Gama tidak akan bertanya-tanya lagi, dia hanya akan menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGO (Selesai)
Ficción General**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Hidup semaunya sendiri. Membangkang. Keras kepala. Dan terakhir ... pergi begitu saja. Sombong sekali! Lupa akan semesta yang bisa menghempas tanpa peduli.