06.

212 17 0
                                    

Doa dulu ygy.



"Soal penyerangan kemarin, masih ada yang tepar nggak? " tanya Bara pada teman-temannya.

"Boy masih di rumah sakit, Bar. Katanya tulang punggungnya retak gegara di pukul pakai tongkat, " jawab Resta.

Sambil melihat siswa-siswi yang berlalu lalang di kantin, mereka memakan semangkok bakso pak Ji. Sudah harganya murah, isinya banyak pula.

"Pak Jiiiiii!!!! " sapa Anjani yang datang beserta teman-teman osis nya.

"Piye mbak? Tuku ta? " balas pak Ji sembari tersenyum sumringah, menunjukkan dua gigi depannya yang ompong.

"Pak Jiiiii baksonya dua ya pak, " pesan Kafka—teman Anjani.

Circle terbesar di sekolah ini di pegang oleh gerombolan nya Bara dan anak-anak OSIS yang numpang hoki karena kebetulan salah satu inti OSIS itu teman dekatnya Bara. Orangnya Bara ya teman-teman.

Tanpa permisi, Anjani mencomot kripik pisang nya Resta, "Entar ikut kumpulan nggak? " tanya Anjani.

"Lihat sikon, " jawab Resta dingin.

"Datang loh, Res. Lo udah berapa kali pertemuan nggak ikut kumpulan, " sahut Kafka.

"Lo bocil epep diem lo, " balas Resta.

"Anjir body shaming, " celetuk Bara sembari tertawa melihat Kafka.

Kafka itu anaknya kecil manis. Pakai kacamata bulat. Dan dia suka pakai motor N-MAX keluaran terbaru yang besarnya dan beratnya minta ampun. Orang-orang suka sekali menjahili Kafka karena suaranya yang kecil dan imut.

"Resta ihhh!! " pekik Kafka lalu memukul lengan kanan Resta. "Nggak boleh gitu tau, Res.  Dosa. "

"Mahbuubbb!!! " sapa Anjani pada seorang cowok yang lewat dengan beberapa temannya.

"Yoi! Entar pulang bareng gue nggak? " tanya Mahbub yang merupakan petinggi di OSIS.

"Gampang, " jawab Anjani.

Setelah menghabiskan dua mangkok bakso, Resta segera menyalakan kamera hape ipon nya untuk mengambil gambar.

"Foto mulu lo, Res, " celetuk Anjani sambil membenahi posisi duduknya, ingin ikut masuk frame.

Resta sengaja menggeser duduknya supaya kamera nya tidak menjangkau Anjani, "Restaaaaaa!!!! " protes Anjani.

"Katanya foto mulu, " balas Resta dengan wajah julid nya.

"Ya nggak gitu juga maksud gue bangke! Lo kayak nggak temenan sama gue kalo lo nggak ajak gue foto sekalian, " balas Anjani.

"Udah-udah kalo mau foto tuh ayo, cepet. Jangan lama-lama. " Bara memukul meja kantin supaya kedua makhluk itu diam. "Gue sibuk, " lanjut Bara.

"Ayo-ayo gess. Keburu bos nya ngamuk, " ujar Kafka.

Cekrek! Cekrek! Dua hasil jepretan telah masuk di ponsel Resta.

"Jangan lupa kirim ya, Res, " ujar Anjani.

"Buat apa? Buat jj lagi? " Resta kok nyolot.

"Iya dong. Gak jj gak asik kawan, " balas Anjani.

Bel jam pergantian jam berbunyi. Kafka dan Anjani segera bangkit karena mapel kali ini sulit untuk di cerna jika tidak di jelaskan oleh guru nya.

"Gue duluan ya, Res, " pamit Anjani. Cowok itu hanya mengangguk kecil tanpa menoleh pada Anjani.

Happy SalmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang