10.

163 13 1
                                    

Doa dulu ygy.



"Itu kenapa pipi nya memar gitu? " tanya Salma sembari mengelus pipi kiri Bara yang tampak sedikit keunguan dan ada bintik-bintik merah di sampingnya.

"Jangan ikut campur. Ini urusan cowok. " Bara menepis lembut tangan Salma yang ada di wajah nya.

"Jangan berantem ya, Bar. Gue mohon jangan berantem. Gue nggak mau lo kenapa-napa, " ujar Salma sembari mengelus punggung tangan Bara.

"Justru kalo gue nggak berantem gue bakal kenapa-napa, " balas Bara.

Salma berusaha meredam emosi nya sendiri. Perlahan-lahan Salma meraba punggung tangan kanan Bara lalu menggenggamnya di atas meja kantin. "Pokok nya kalo ada apa-apa langsung bilang ke gue ya? "

"Itu bibir lo kenapa merah banget? " tanya Bara.

"Oh ini? Ini bekas liptint-nya Vanya. Mama nya habis dari New York ini oleh-oleh nya, " jelas Salma.

"Jangan pakai yang kayak gitu. "

"Lah kenapa? Bukan nya aku tiap hari juga pakai lip serum? "

"Yang itu beda. Pokok nya jangan pakai liptint yang itu kalau di sekolah. "

"Kenapa sih, Bar? Ada apa? Kok wajah kamu jadi jutek gitu? " rengek Salma yang kepo setengah mati dengan perubahan mimik wajah Bara.

"Gue nggak mau cowok lain lihatin lo, " jawab Bara penuh penekanan dan rasa cemburu. "Lo tuh nggak tahu gimana otak cowok kalo ngelihatin cewek yang bibir nya merah, pakai baju kurang bahan, lo nggak tahu se-jahat apa otak mereka. "

"Berarti Bara gue juga gitu dong? " Bara hanya menghembuskan nafas berat lalu memutar bola matanya malas. 

Berbagai pasang mata menatap mereka dengan tatapan yang bermacam-macam. Terutama para adik kelas yang baru masuk SMA, pasti terkejut dengan cara kerja orang pacaran di jenjang pendidikan ini. Lebih intens dan lebih bar-bar dari gaya pacarannya anak SMP.

Salma menyodorkan jari-jemarinya ke atas meja, "Bagus nggak kutek nya? "

"Nggak takut kena PKS? " tanya Bara balik.

"Ini kutek nya mudah di kupas kok. Jadi entar kalo ada sidak, tinggal aku kupas. " Salma menjelaskan sambil mengelus-elus kuku nya yang tampak bagus dengan balutan warna pink.

"ASSALAMU'ALAIKUM! " Pak Iksan tiba-tiba duduk di samping Bara sambil menepuk pundak cowok itu. "Gimana, Bar? Ada info ngopi nggak? " tanya pak Iksan.

"Ada pak. Tapi bapak yang bayarin, " jawab Bara.

"Kalian ini masih pagi kok udah pacaran aja sih, " komentar pak Iksan sembari melirik ke arah Salma.

"Bapak pengen pacaran juga? " tanya Bara.

"Ya nggak gitu juga kali, Bar. Bapak ini setia sama istri saya. Hanya satu untuk selamanya. "

"Ah yang bener pak? Kalo ada janda montok, bapak apa tetep nggak mau? " tanya Bara.

Salma refleks menepuk paha kiri Bara, "Apaan si, Bar? Kok gitu?? " bisik Salma tepat di samping daun telinga Bara.

"Lihat nih pak. Kalo punya pacar, tiap hari ada yang menghangatkan telinga saya pak. Bapak apa nggak mau? "

"Kamu ini ada-ada aja, Bar. Bapak ini udah tua. Udah nggak zamannya main begituan, " jawab pak Iksan.

"Kalo sama bu Menor? "

"Kalo yang itu masih bisa di bicarakan, " jawab pak Iksan lalu di akhiri tawa menggelegar ala bapak-bapak.

Bu Menor itu guru penjaga kantin yang terkenal karena masih perawan dan punya body goals. Atas bawah besar semuanya. Mana bedaknya selalu tebal, se-tebal lapisan bumi.

Happy SalmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang