🍬 - [ 1. dibuang ]

1K 97 44
                                    

• • • • •

EL'S ANGEL

• • • • •

Gavin El Jenkins, atau yang lebih akrab dipanggil El keluar dari kamar mandi dengan handuk putih di tubuhnya. Pagi ini, hari terakhir dirinya bersekolah karena dua hari kedepan adalah libur weekend.

Dirinya segera bersiap dengan mengenakan seragam yang sudah disiapkan oleh bibi pengasuhnya. Tidak perlu bantuan karena sejak usia 3 tahun, El sudah disekolahkan oleh orang tuanya. Jadi sudah terbiasa sendiri.

"Bibi, El sudah rapi!" Bibi pengasuhnya tersenyum dan memakaikan tas merahnya, menyisir singkat rambut El dan mengajaknya turun untuk sarapan.

Selagi menunggu sarapannya siap, El memainkan PSP-nya, hingga tak lama muncul kedua orang tuanya yang terlihat tengah sedikit beradu argumen. El sempat memandangi keduanya sebelum akhirnya Papanya menariknya keluar rumah untuk segera berangkat.

"P-papa, El belum sarapan."

Lengan kecilnya terasa cukup sakit karena dicengkram cukup kuat oleh sang Papa. El tidak bisa berbuat banyak, jadi dirinya hanya mampu masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang. Lengannya sakit, tapi El sudah cukup terbiasa.

Di perjalanan, El hanya diam. Mengusap lengannya yang memerah dan sesekali melirik Papanya. Wajahnya sangat tidak bersahabat, jadi El memutuskan untuk diam sepanjang perjalanan.

Sampai di depan gerbang sekolahnya, El pamit dan bergegas turun sembari memegangi perutnya. Lapar, biasanya paling tidak El makan satu lembar roti tawar dan segelas susu untuk memulai hari. El menghela nafas. Berjalan kecil menuju kelasnya dan segera duduk di kursinya.

"Gavin, aku dengar kita akan pulang cepat hari ini."

"Kenapa begitu?"

"Entahlah, aku hanya tidak sengaja dengar saat lewat kumpulan guru tadi."

• • • • •

Ternyata apa yang dikatakan Elden benar, mereka yang biasa pulang pukul 10 pagi jadi harus pulang satu jam lebih awal. El yang biasa dijemput pukul 10 jadi harus menunggu Papanya. Karena jika meminjam telepon sekolah pun percuma. Papanya akan marah jika merasa terganggu ditengah jam kerjanya.

Karena bosan menunggu di lobby, El jadi berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah hingga dia bertemu dengan tukang kebun yang tengah memangkas rumput. El menghampirinya dan berjongkok di sebelahnya.

"Pak, kalau ada cacing di tanah dan terlindas mesin ini, cacingnya akan mati tidak?"

Tukang kebun disebelahnya cukup terkejut saat mendengar suara El yang tiba-tiba ada di sampingnya. Tukang kebun itu terkekeh pelan, "cacing hidup di dalam tanah, bukan di permukaan tanah."

"Tapi pasti mereka ke permukaan tanah untuk mengambil oksigen, kan? Seperti ikan paus yang pergi ke permukaan laut untuk mengambil oksigen."

Tukang kebun itu tertawa pelan. "Cacing tidak perlu kepermukaan tanah untuk mengambil oksigen, mereka bernafas melalui kulitnya."

El mengangguk paham, berfikir ternyata masih banyak ilmu yang belum ia ketahui.

"Kalau El mau pegang cacing, boleh?"

Tukang kebun sekolahnya tersenyum lalu bangkit, mengambil sekop kecil dan kembali ke samping El. Menggali tanah sedikit dan mengambil satu cacing yang kebetulan lewat. Membuka telapak tangan El dan meletakannya di atas sana.

"Harus gali tanah dulu kalau mau lihat atau pegang cacing."

El menatap cacing yang tengah menggeliat ditangannya dengan antusias. Selama ini Papanya selalu melarangnya menyentuh sesuatu yang menurut Papanya kotor, dan El selalu menurut. Sudah sejak lama, dirinya ingin memegang cacing seperti ini, tapi kalau dirumah, El akan dimarahi.

𝗘𝗟'𝗦 𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟 | vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang