🍬 - [ 8. Pulang dari rumah Rian. ]

334 75 20
                                    


• • • • •

"Raden, PR nya kerjain." Rian membawa buku tugas Raden, dan di letakan pada lantai.

"Nanti aja. Malas."

El langsung menoleh, menatap Raden yang memeluki Putra terus menerus.

"Raden."

"Enggak mau ah! Nanti aja!"

Putra menahan Rian agar tidak bersuara lagi. Lalu ia membisikan suatu kalimat pada Raden.

"Tadi saya bilang apa? Raden sudah paham katanya."

"Nanti aja, masih mau peluk Bang Putra."

"Bang Putra enggak bakal hilang," Rio menimpali, lalu menunjukan buku tugasnya pada Rian. "PR aku sudah selesai. Boleh main?"

Rian meneliti buku tugas sang adik terlebih dahulu, sebelum mengangguk, "Rapihkan dulu, jadwal buku buat besok. Baru boleh main, diajak itu El nya main sama sama."

"OKAY!" Rio langsung bergegas merapihkan buku-bukunya. Di jadwal sesuai hari esok dan dimasukan ke dalam tas birunya.

"Bang Rian! Sudah rapih, boleh main ya?"

"Iya. Ajak El main."

Rio mengangguk dan mengajak El untuk ikut dengannya. El menurut, ia ikut dengan Rio berjalan mengambil mainan setelah membuka jaket. Rio meminjamkan truk mainan pada El, sedangkan tangannya memegang robot plastik sebesar telapak tangan.

Mereka asyik bermain, bercanda gurau bersama. Lain dengan Raden yang masih setia memeluki Putra.

"Kerjain PR dulu, Raden. Biarin Putra minum dulu."

"Enggak mau!"

Rian yang ternyata kesabarannya setipis tissue, langsung bangkit dari duduknya. Menarik kerah baju sang Adik sembarang, hingga membuat raden merasa tercekik dan segera melepas pelukan tangannya pada Putra.

"Bang- sakit."

"Ri-"

"Diam, Put. Dia kalo enggak begini, enggak akan kerjain PR." Rian menarik adiknya masuk ke dalam ruangan lain. Kemungkinan besar sebuah kamar yang di huni oleh 4 bersaudara itu bersamaan.

Dari tempat duduknya, Putra hanya bisa menatap cemas. Ternyata, Rian semakin menipis tingkat kesabarannya di saat adik-adiknya mulai semakin besar.

Tak lama terdengar suara tangisan Raden, cukup kencang hingga membuat El menghampiri Putra dengan raut gelisahnya.

"Putra, El mau pulang."

"Kenapa? Ngantuk?"

El menggeleng cepat, "Rian kasar, tidak mau lihat. El mau pulang."

Putra terdiam. Setakut itu El dengan orang-orang yang bersikap kasar.

"Putra, ayo pulang.."

"Kamu lanjut main dulu ya. Rian enggak marah sama kamu kok. Rian enggak akan kasar ke kamu."

"Tapi, Putra.."

"Kenapa?" Rian kembali. Setelah suara tangis Raden mulai mereda. El langsung saja bersembunyi di balik tubuh kurus Putra.

"Takut. Kamu kasar ke Raden. Dia enggak bisa lihat orang yang bersikap kasar."

Rian tertawa pelan. Lalu menuangkan es teh yang ada di dalam teko ke dalam gelas Putra.

"El, saya enggak kasarin Raden."

"Tapi Raden menangis keras."

"Dia emang begitu kalo di suruh kerjain PR."

𝗘𝗟'𝗦 𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟 | vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang