Hari ke hari, El mulai terbiasa dengan istirahat anak-anak sekolah dasar di tempat Putra dagang. Sekarang selagi menunggu Putra sepi, El hanya duduk diam di dekat gerobak Rian. Karena kalau duduk di dekat gerobak Putra, El suka terinjak dan tertendang. Jadi Putra bilang kalau El harus di sini dulu sampai Putra sepi pelanggan.
Setelah lumayan sepi, El bangkit dan mendekat pada Putra yang masih sedikit sibuk melayani. El menarik pelan baju yang Putra pakai, hingga pemuda itu menoleh.
"Kenapa El? Tunggu sebentar ya."
"Mau jajan, Putra."
"Mau beli apa?"
Dengan tangan kecilnya, El menunjuk gerobak di sebrang gerobak milik Putra. "Itu"
Putra mengikuti arah tunjuknya dan segera memberikan El uang dua ribuan.
"Minta tolong sebrangin sama Rian, jangan nyebrang sendiri."
El menerima uangnya dan memekik senang. Segera berlari kembali mendekat pada Rian.
"Rian, Rian. Minta tolong sebrangkan El ke sana. Ayo Rian, cepat!"
"Iya, sabar. Ya ampun anak ini"
El menarik tangan Rian dan dengan baik menurut saat Rian bilang pegang erat tangannya. Setelah disebrangi, El bergegas menghampiri penjual
"Bapak, saya mau beli."
"Mau makaroni? Pedes enggak?"
"Jangan ya, Bapak. Jangan pedas."
"Mau beli berapa?"
El mamberikan uangnya, "beli segitu ya, Pak."
"Siap. Tunggu sebentar ya"
El mengangguk patuh. Lalu menatap Putra yang ada di sebrang jalan. Gerobak milik Putra sudah mulai sepi pelanggan. Terkadang El suka melihat Putra saat sedang melayani pelanggan, karena wajah ramah milik Putra akan terus terpasang.
Putra itu baik sekali, sabar sekali, tapi untuk El yang sudah pernah melihat marahnya Putra, El kapok. Walaupun tidak main tangan seperti Papa, El tetap kapok.
Melihat Putra yang menyebrangi jalan, El melompat kecil lalu melambaikan tangan.
"Putra, Putra!"
Pemuda yang di panggil itu tersenyum dan mengusak rambutnya saat sudah mendekat.
Melihat senyum bahagia El hanya karena dibolehkan membeli jajanan apa yang ia mau membuat Putra cukup tenang. Setidaknya, El sudah sedikit mengurangi pertanyaan soal kapan ia bisa kembali ke rumahnya disaat Putra belum mendapatkan kabar dari pihak kepolisian.
• • • • •
Rutinitas sebelum tidurnya sudah ia lakukan. Selagi menunggu Putra selesai dengan ibadahnya, El memilih meminjam ponsel Putra dan memainkan game ular yang ada. Ponsel Putra bukan ponsel bagus yang sudah bisa layar sentuh, tapi El cukup senang bisa membuat ular di dalam ponsel menjadi panjang dan berliuk.
Hingga tiba-tiba lampu ruang depan mati, Putra pelakunya. Itu berarti sudah masuk waktu tidur. El mengembalikan ponsel Putra dan berbaring telentang. Dengan kaki yang digoyang-goyangkan, El menunggu Putra ikut berbaring di sampingnya.
"Ayo cerita-cerita lagi, Putra."
Ini salah satu rutinitas mereka. Bertukar cerita masa lalu satu sama lain.
Putra mematikan televisi dan berbaring menghadap El.
"Kamu mau cerita apa?"
"El ingin cerita soal Om Vin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗘𝗟'𝗦 𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟 | vk.
Fiksi Penggemar[ bahasa || END.] [ brothership - minim konflik ] - 🍬 - Tuhan memang adil. Selalu menghadirkan orang baik di sisi manusia lain yang tengah mengalami kesulitan. Dan, El beruntung karena bertemu Putra hari itu. - 🍬 - • Start : 2022.10.1 • end : 202...