🍬 - [ 10. Hari terakhir. ]

385 75 33
                                    

• • • • •

Putra membukakan baju dan celana El yang basah dengan telaten. Membiarkan El menangis di depannya.

El mengompol, omong-omong.

Entah karena apa, Putra belum ingin bertanya di saat suara tangis anak itu masih menggema kuat.

"Bilasan sama Ibu." El yang sudah telanjang bulat segera mendekat pada Ibu, menggenggam dua jarinya dan mengikuti Ibu yang berjalan menuju kamar mandi.

Putra sendiri sibuk membersihkan kasurnya agar tidak menimbulkan bau untuk malam ini. Besok pagi, baru akan Putra jemur di depan. Semoga matahari muncul dengan sinarnya yang terang.

Tak lama, El selesai dan kembali, tentunya bersama Ibu. Putra segera mengambilkan baju ganti dan memakaikannya pada El.

"Udah, Ibu tidur aja. Udah tengah malam ini"

"Bisa kamu, Nak?"

"Bisa, Bu."

"Yaudah, Ibu tidur duluan ya."

Putra dan El mengangguk bersamaan, lalu Ibu kembali ke kamarnya. Kini, fokusnya El tertuju pada Putra. El takut Putra marah seperti Papa yang marah jika ia mengompol.

Tapi, perlakuan Putra selagi memakaikannya baju tidak kasar sedikitpun, hingga bajunya sudah terpasang semua. Putra bahkan menyisiri rambut tebal El dan memakaikan bedak tabur di wajahnya. Seolah El baru saja selesai mandi sore.

"Kamu mimpi apa emang? Tumben ngompol."

El tidak langsung menjawab, anak itu hanya diam sembari memilin ujung bajunya.

Putra menghela napas dan menariknya pelan hingga anak itu duduk di atas pangkuannya. Di usap pelan punggung sempitnya dan dicium pula keningnya oleh Putra.

"Saya enggak marah kok, jangan takut."

Sedetik setelahnya El justru menangis dengan kencangnya, memeluki Putra dengan tangisan yang menggelegar ke penjuru ruangan.

Putra hanya tersenyum tipis, tangannya masih sembari mengusap punggung sempit bocah 5 tahun itu.

"Udah tengah malem, kalo nangis terus nanti hantu di luar pada nyamperin loh."

Bukannya berhenti, El justru kembali menangis walaupun tidak sekencang sebelumnya.

Putra tertawa pelan dan semakin membawa El ke dalam pelukannya.

"Enggak, enggak. Saya bercanda"

"Bercandanya tidak lucu, El tidak suka!"

"Iya, iya, maaf. Mau lanjut tidur?"

El mengangguk pelan, sedikit menguap dan menyamankan diri di dalam dekapan Putra. Bermalam di atas dada Putra yang hangat itu.

• • • • •

Pagi terakhir El berada di rumah Putra, anak itu hanya mampu berbaring di samping Ibu sembari memainkan ujung baju milik Ibu. Enggan melihat Putra yang tengah bersiap untuk mengantarnya pulang.

Kebetulan, setelah mencari tau rute menuju Elang Laut Resident yang El ingat sebagai alamat komplek perumahannya, Putra menemukan angkutan kota yang melewati jalan depan perumahan tersebut. Jadi ongkos yang akan dikeluarkan akan jauh lebih murah.

"El, ayo berangkat." Putra mengambil topi yang tergantung dan memakainya sembari berkaca di samping pintu.

Sejujurnya, El enggan meninggalkan rumah ini. Rumah yang begitu hangat walaupun di luar turun salju. Rumah yang hidup akan suara bicara orang lain. Rumah sederhana yang mungkin jauh lebih kecil daripada rumahnya, tapi lebih terasa nyaman saat El di dalamnya. Jujur, El ingin menolak untuk di antar pulang. El ingin berlama-lama di rumah ini bersama Ibu dan Putra.

𝗘𝗟'𝗦 𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟 | vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang