🍬 - [ 2 . hidup pedagang. ]

571 97 12
                                    

• • • • •

EL'S ANGEL

• • • • •



"Bu, Putra berangkat ya"

Putra meraih lembut tangan Ibunya dan mencium punggung tangannya, "Ibu makan yang teratur, Putra sudah masak sup bening sama tempe goreng di dapur. Obatnya juga diminum yang benar."

"Iya, Putra."

Putra mengambil obat Ibunya dan melihat isi di dalamnya, "Yang ini sudah hampir habis, nanti Putra beli lagi."

Menaruh kembali obat itu dan mencium kening Ibunya, membuat Ibunya tersenyum lembut dan merasa berhasil telah mendidik dan membesarkan Putra hingga menjadi anak yang penyayang.

"Putra berangkat ya.."

"Iya, Nak. Hati-hati. Lima waktunya jangan sampai ketinggalan ya.."

"Iya, Bu. Insyaallah. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

• • • • •

Putra mendorong gerobak hidupnya menuju tempat dirinya biasa berjualan. Sekolah dasar. Telur gulung cukup disukai anak-anak. Berhenti ditempat biasa dan menyiapkan segala sesuatunya. Mengobrol kecil dengan pedagang lain yang sama-sama mencari biaya hidup.

"Putra, Ibunya gimana?"

Putra tersenyum mendengarnya. Rian, pedagang permen kapas itu benar-benar peduli dengan sesama. Suka sekali menanyakan ini itu tentang Ibu dan kondisinya.

"Alhamdulillah, sudah mendingan, Ri. Cuma masih harus minum obat rutin."

"Alhamdulillah, kalo gitu."

Mereka terus berbincang ringan hingga gerbang sekolah di buka dan bell istirahat berbunyi kencang. Tidak menunggu lama, keduanya disibukan dengan banyak murid yang keluar untuk membeli jajanan. Banyak pedagang lain yang ikut kewalahan menghadapi jam istirahat seperti ini, tapi beberapa diantaranya sudah cukup terbiasa.

Bell kedua menandakan jam pelajaran kembali dimulai, hingga akhirnya para pedagang menghela nafas lega. Sudah cukup terbiasa dengan kondisi seperti tadi, dan itu yang membuat beberapa pedagang untung besar.

Putra memegang perutnya, sedikit lapar karena tidak sempat sarapan di rumah. Dirinya memasak hanya untuk Ibunya di rumah, jika dia makan, Ibunya tidak akan kebagian. Lebih baik Putra mengalah demi Ibunya.

"Putra," Rian duduk di trotoar, tepat disamping Putra, menyodorkan sebotol air sembari tersenyum. Putra ikut tersenyum dan mengambil botol air itu.

"Makasih." Rian mengangguk dan menenggak minumnya, "Saya lapar, Put. Buatin telur gulungmu ya, sepuluh."

Putra yang baru saja menutup botolnya segera mengangguk, menyimpan botol airnya dan bergegas membuatkan pesanan Rian.

Semenjak kenal dengan Rian, Mereka suka sekali membantu satu sama lain. Awal mulanya, Satu bulan lalu.

Rian tidak pernah terlihat berjualan di sekitar sekolah dasar ini, tapi satu bulan lalu dirinya datang. Kedatangannya sedikit membuat kegaduhan dengan pedagang lain karena berfikir lapak mereka jadi harus semakin sempit. Rian dimaki dan diusir agar tidak berjualan di sekitar sana. Hingga akhirnya Putra datang dengan gerobak telur gulung, bertanya apa yang terjadi dan merangkul Rian yang sebelumnya sudah hampir pergi.

"Dia juga mau cari rezeki, Bang. Kita disini sama-sama butuh uang. Rezeki sudah ada yang atur kok, Bang. Jadi jangan takut rezekinya diambil orang."

Rian jelas mengingat semuanya, jika saat itu Putra tidak datang. Rian mungkin tidak akan pernah punya lapak di sekolah itu dan Rian hanya akan terus berkeliling mencari tempat yang bisa menerimanya. Tidak mudah mencari lapak di suatu daerah. Tapi dengan baiknya Putra menawarkan, "kalo Abang-abang yang lain keberatan karena ngerasa lapak kalian makin kecil, biar Abang ini di sebelah Lapak saya aja. Ukuran gerobaknya juga 11 12 sama gerobak saya, jadi pasti muat."

𝗘𝗟'𝗦 𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟 | vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang