🍬 - [ 11. Malam yang kelam. ]

380 73 51
                                    


• • • • •


Setelah banyak bercerita, menjelaskan keseharian El selama bersamanya, dan mendengarkan El yang dengan cerewetnya bercerita banyak hal, Putra rasa sudah cukup lama ia berada dirumah besar ini hingga sedikit melupakan Ibu yang sendirian di rumah.

Berakhir Putra pamit untuk segera kembali ke rumah karena hari juga mulai gelap. Tapi, di teras depan rumah El, tangan Putra ditahan, di genggam erat, tidak diperbolehkan untuk pulang.

"TIDAK BOLEH PULANG!"

Kalimat itu terus saja El lontarkan dengan nada tinggi walaupun Vincent sudah beberapa kali mengingatkan El bahwa yang ia lakukan bukan hal baik.

Putra menghela napas pelan, berjongkok dihadapan El yang sudah menangis entah sejak kapan.

"Tadi dirumah kan sudah diomongin sama Ibu juga. Janjinya El gimana coba?"

"Tapi El tidak mau Putra pulang, El mau tidur sama Putra lagi. Cerita-cerita sebelum tidur lagi. Kalau Putra pulang nanti El sendirian di kamar, El tidak mau Putra."

Putra tersenyum tipis, ibu jarinya digunakan untuk mengusap air mata yang terus saja mengalir dari manik bulat milik El.

"Saya harus pulang, El. Ibu kasian sendirian di rumah. Saya bahkan enggak tau beliau udah makan atau belum. El di sini ada Bibi, ada Om Vin, ada Tante Sonya, ada Papanya, El enggak sendirian. Ibu sendirian kalo saya di sini terus. Saya harus pulang, Ibu harus makan dan minum obat. Nanti kalo ada kesempatan saya main lagi ke sini, ya? El tadi sudah dijanjikan Ibu juga kan? Ibu enggak akan ingkar janji, percaya sama saya, ok?"

Pipinya di tangkup, namun kepala si kecil itu tetap menggeleng. Mencengkam kuat jaket Putra berharap pemuda itu tidak pergi.

El tidak yakin Putra akan kembali. El tidak yakin mereka akan bertemu lagi. El tidak ingat alamat atau jalan menuju rumah Putra. Yang bisa El harapkan hanya, Putranya tetap di sini, bersamanya.

Namun, Putra tetap pada pendiriannya.

Saat El sudah ditahan dengan Vincent juga Sonya, Putra segera melepaskan cengkaman El dan bergegas bangkit.

"Saya pulang dulu ya, El, Pak, Bu. Makasih untuk minumannya. Saya permisi."

Putra melangkah mundur dua langkah, membuat El menjerit dengan begitu kencangnya. Putra sedikit meringis karena memikirkan betapa sakit tenggorokan si kecil itu. Dengan cepat ia berbalik badan, dan pergi meninggalkan pekarangan rumah besar itu.

Dari luar pagar bahkan Putra masih bisa mendengar suara jeritan El yang meneriaki namanya dengan jelas.

• • • • •

"Assalamualaikum, Bu. Putra pulang."

Putra membuka pintu kamar sang Ibu dan melihat Ibu yang tengah tertidur dengan tenangnya. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum ikut bergabung dengan Ibu untuk sekedar menceritakan kejadian hari ini.

Selesai dengan segala urusannya, Putra di panggil oleh Ibu. Langsung saja Putra bangkit dan berlari ke kamar Ibu.

Berguling dikasur Ibu dan kembali menjadikan paha Ibu sebagai bantalan kepalanya.

"Sepi ya, Bu. Biasanya El yang bawel bicarain ini itu."

Ibu terkekeh, ternyata anaknya itu bisa juga merasa kehilangan El yang hanya orang asing itu.

"Tadi gimana drumah El? Kamu diterima dengan baik, Nak?"

Putra mengulum bibirnya, seolah merangkai kalimat agar tidak membuat Ibu khawatir.

𝗘𝗟'𝗦 𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟 | vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang