🍬 - [ 5. makan bersama. ]

456 83 38
                                    

• • • • •

EL'S ANGEL

• • • • •

Masuk pada sebuah warung makan tegal, Putra menyuruh El untuk duduk diam di kursi panjang.

"Pake apa, dek?"

"Menu untuk anak-anak ada apa aja ya bu? Yang enggak pedas."

"Ada sayur sop, perkedel, semur ayam, ayam goreng sama ikan goreng. Selebihnya pedas semua."

"Pakai sayur sop sama ayam goreng aja, bu."

"Nasinya biasa atau setengah?"

"Biasa aja, bu."

Setelah makanan siap, Putra duduk di samping El dan memberikan piringnya pada El.

"Bisa makan sendiri?"

"Bisa dong! El hebat!"

Anak itu dengan semangatnya memakan nasi putih yang dikuahi oleh sayur sop ditambah ayam goreng bagian paha.

"Putra tidak makan?"

"Nanti aja, habis kamu. Sini kakinya saya pijat"

Maka, selagi anak itu makan, Putra dengan telaten memijat perlahan kaki kecil El. Hingga kemudian, El menoleh.

"Putra, kira-kira Papa kapan jemput El ya?"

"Kamu enggak suka makanannya ya? Saya ga bisa belikan kamu selain ini."

El menggeleng ribut, "tidak, Putra. Bukan tidak suka. El hanya rindu Bibi."

"Yang mengasuh kamu selagi Papa Mamamu kerja?"

El mengangguk lalu menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. "Bibi itu, baik sekali loh, Putra. Beberapa kali Bibi beri El mie instan walaupun bukan hari sabtu."

"Emang kamu boleh makan mie instan cuma di hari sabtu?"

"Iya, Putra. Waktu itu El pernah makan mie instan bukan di hari sabtu, lalu Papa tau. Dan El dimarah. Bokong El di pukul Papa kencang-kencang. El menangis saja. Sakit, Putra."

"Lagian kenapa nakal? Kan sudah diberi jadwal. Mie instan itu emang enggak bagus buat kesehatan. Papa El tau itu, makanya beliau larang El supaya El tetap sehat."

El diam, sedikit mengaduk nasinya seolah mengerti bahwa Putra sedang menasehati.

"El, orang tua itu kalau marah pasti ada sebabnya. Papa El marah karena El nakal. Papa El mau El menjadi anak yang penurut."

"Apa Putra juga pernah nakal?"

"Saya juga masih seorang anak, nakal sudah pasti pernah."

"Apa Papanya Putra pukul Putra juga kalau Putra nakal?"

Putra diam. Bapak tidak pernah menyentuh Putra sedikitpun walaupun Bapak dalam amarah yang besar. Kenakalan terparah yang pernah Putra lakukan adalah berkelahi dengan rivalnya waktu sekolah menengah pertama.

Saat itu Putra berhasil melayangkan satu pukulan tepat di tulang pipi korban dan luka itu membiru. Berakhir Putra dipanggil ke ruang konseling dan dipanggil pula orang tuanya.

Bapak yang hadir saat itu. Mendengar penjelasan guru konseling membuat Bapak cukup terkejut. Tapi akhirnya masalah tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

Saat pulang Putra dihadapi Bapak, ditanyakan macam-macam. Mata bapak benar-benar menyiratkan kalau beliau tengah marah, hal itu mampu membuat Putra hanya tertunduk, enggan menatap Bapak yang betulan seram jika sudah marah.

𝗘𝗟'𝗦 𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟 | vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang