9. Jonathan.

154 77 15
                                    

Pagi itu Alexa sudah membuka kedua matanya, tetapi saat ia hendak bangun untuk pergi mandi, bagian dalam selangkangannya terasa sangat sakit dan perih. Ia berusaha untuk berjalan ke arah kamar mandi, tetapi ia malah terjatuh dan kesulitan untuk bangun. Alhasil ia kini hanya menangis sembari menundukkan kepalanya.

Jonathan sedikit terusik dengan suara tangisan itu, ia kemudian membuka kedua matanya. Betapa terkejutnya saat ia melihat Alexa kini tengah terduduk dengan punggung yang bergetar. Ia kemudian menyahut celana dalamnya dan berlari menghampiri Alexa.

"Lex!! Kamu kenapa?" tanya Jonathan dengan raut wajah khawatirnya.

Alexa mengangkat wajahnya dan menatap Jonathan dengan air mata yang masih mengalir disana.

"Huhuhu saya nggak bisa jalan pak. Kaki saya sakit__" tangis Alexa semakin mengudara.

Bukannya merasa khawatir, kini Jonathan malah melipat bibirnya kedalam untuk menahan tawanya. Bagaimana bisa Alexa bertingkah menggemaskan seperti saat ini.

"Kok bapak malah ketawa sih!! Ini semua salah bapak, saya bakal laporin bapak ke polisi!!!" ucap Alexa sembari menatap Jonathan dengan kesal.

Tetapi wajah marah Alexa malah semakin membuat Jonathan ingin tertawa.

"Polisi mana yang bisa menangkap vampir sayaaaang" ucap Jonathan sembari mencubit hidung Alexa dengan gemas.

"Iiihhh kok malah dicubit sihhh!!! Alexa memukul-mukul bahu Jonathan dengan kesal.

Gelak tawa akhirnya pecah dari bibir Jonathan. Kini hobinya bertambah satu, yaitu menggoda Alexa.

"Iya iya maaf maaf" Jonathan menahan kedua tangan Alexa.

"Yaudah sini saya bantu buat ke kamar mandi ya, sayangku."

Jonathan mendekat dan membopong tubuh Alexa yang hanya memakai selimut untuk menutup tubuhnya.
Jonathan kemudian mendudukkan tubuh Alexa diatas westafel kamar mandi.

"Kamu duduk disini dulu ya, biar saya siapain air hangat buat kamu berendam nanti" ucap Jonathan sembari mengusap pipi Alexa.

Tentu hal itu membuat pipinya bersemu merah.
Ia benar-benar menyukai perhatian-perhatian kecil yang Jonathan berikan padanya.
Kini ia hanya nemperhatikan punggung gagah milik Jonathan yang terpampang di hadapannya. Disana ada bekas cakaran kuku yang masih meninggalkan bekas ruam merah. Dan tentu hal itu kembali mengingatkan Alexa atas kejadian semalam, ia segera memegang kedua pipinya untuk menutupi rona merah pada pipinya.

"Sudah Lex. Sini lepas selimutnya, biar saya bawa kamu ke bath up" ucap Jonathan sembari berjalan mendekat ke arah Alexa.

Alexa reflek memundurkan tubuhnya hingga membentur cermin di belakangnya.

"Kenapa malah mundur. Nggak mau di bantuin?" tanya Jonathan heran.

Alexa menggeleng.

"Saya bisa mandi sendiri pak. Bapak udah boleh keluar."

Jonathan mengerutkan keningnya, dan semakin mendekati Alexa.
Kini mereka sudah saling berhadapan.

"Memangnya siapa bilang saya mau keluar. Saya juga mau mandi Lex" tutur Jonathan dengan tatapan seduktif.

Alexa jelas tercekat.
Ia kini malah semakin mengeratkan lilitan selimut itu pada tubuhnya.

"Iya kan bisa gantian sih pak. Saya dulu yang mandi, nanti baru bapak" ucap Alexa kesal.

"Ini kamar mandi siapa?" tanya Jonathan.

"Bapak."

"Ya sudah berarti saya mandi duluan. Saya ada rapat soalnya" ucap Jonathan sembari membalikkan tubuhnya.

Sweet Blood [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang