7. Still with You.

178 83 16
                                    

Setelah tangisan dan ketakutan Alexa sedikit mereda, Jonathan membawanya untuk kembali duduk di sofa ruangan itu. Namun Alexa menolak untuk duduk bersebelahan dengan Jonathan, ia lebih memilih duduk di sofa seberang, dan Jonathan memahami itu.
Sebenarnya Jonathan pun sangat malas harus memohon seperti ini, tetapi ia tentu tidak ingin Nathea mendapatkan darah Alexa dengan mudahnya.

"Iya benar saya adalah seorang vampir".

Itu adalah kalimat yang Jonathan ucapkan setelah ia diam beberapa saat sembari menundukkan kepalanya.
Gadis di hadapannya pun seketika terlonjak dengan bola mata yang membulat disana.
Ketakutan pun kembali mengelilingi sekujur tubuh Alexa, ia meremat jemarinya yang kini berada di atas pangkuannya. Bibirnya terasa kelu hanya untuk sekedar memberikan sanggahan pada ucapan Jonathan.

Kini Jonathan menegakkan pandangan guna menatap Alexa dengan sendu.

"Lalu apakah seorang vampir tidak berhak untuk mencintai manusia? Apakah bangsa kami memang sehina itu di mata manusia?".

Alexa tentu tidak tahu harus menjawab seperti apa. Hatinya yang perlahan sudah mulai jatuh dalam pesona Jonathan, kini kembali di ragukan dengan perbedaan di antara keduanya. Apakah mungkin cintanya bisa mengalahkan perbedaan dunia antar kedua makhluk yang berbeda kehidupan?.

"Saya sungguh mencintai kamu Alexa, dan saya harus melindungi kamu" ucap Jonathan dengan nada serius.

"Melindungi saya?" ulang Alexa sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya melindungi kamu. Sebab saya mempunyai seorang adik bungsu, namanya Nathea. Dia sedang mencari-cari kamu untuk meminum darah yang ada di tubuhmu, sebab itu adalah satu-satunya cara agar dia tetap hidup" jelas Jonathan.

Nafas Alexa seketika tercekat.
Jantungnya kembali berdegup dengan kencang setelah mendengar penuturan Jonathan.

"Kau tahu mengapa kekasih temanmu bisa menjadi korban keganasannya kemarin?" tanya Jonathan.

Alexa menatap Jonathan.

"Maksud bapak, Jeniffer?".

"Iya". Jonathan menjeda sebentar, kemudian melanjutkan ucapannya.
"Itu karena ada noda darahmu yang menetes pada pakaian yang ia kenakan malam itu, sehingga Nathea dan menganggap bahwa dia adalah dirimu".

Seketika Alexa merasa dadanya sangat sesak setelah mendengar penjelasan dari Jonathan.
Berarti hari itu harusnya ia yang mati, bukan Jeniffer.
Air matanya perlahan luruh melewati pipi merah Alexa.
Bagaimana mungkin, aku menjadi penyebab meninggalnya Jeniffer, batin Alexa.

Tangisnya semakin pecah saat Jonathan perlahan membawanya ke dalam dekapannya.
Ia tidak lagi menolak kali ini, sebab tubuhnya serasa tidak bertenaga setelah mendengar semua ucapan Jonathan yang baru saja ia lontarkan.
Pelukannya semakin terasa menenangkan saat ia memberikan usapan hangat pada punggung Alexa, itu sedikit mengurangi kerasnya tangisan yang Alexa keluarkan saat ini.

"Harusnya saya yang mati pak, bukan kakak saya__" tangis Alexa semakin terdengar menyayat hati.

Entah mengapa Jonathan sangat benci ketika melihat Alexa menangis. Ia juga tidak tahu mengapa perasaannya bisa menjadi selemah ini pada manusia.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri Lex, ini bukan salah kamu" ucap Jonathan seraya mengecup puncak kepala Alexa.

"Jika malam itu saya tidak pergi, mungkin kakak saya masih hidup. Tidak apa-apa jika saya yang mat__" ucapan Alexa terhenti.

Sebab Jonathan kini menutup bibir Alexa dengan jari telunjuknya.

"Husttt__ jangan berkata sepeti itu Lex. Sekarang kamu tidak hidup untuk dirimu sendiri, ada aku sebagai kekasihmu. Jadi tolong jangan beranggapan bahwa tidak ada yang merasa kehilangan jika kau mati" ucap Jonatan sembari merapihkan rambut Alexa yang sedikit berantakan.

Sweet Blood [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang