4

812 62 2
                                        

Minho yang baru saja tiba di rumah, melemparkan tasnya ke atas ranjang di kamarnya dan segera pergi mandi. Suara gemuruh di luar rumah mulai bersahutan membuat Minho terusik dan mengintip dari balik tirai jendela kamarnya.

Dengan rambut yang masih separuh basah, Minho keluar untuk memindahkan kesatria hitamnya agar tak kehujanan.

" Ho! Mau kemana lu?" Tanya Minhyuk yang sedang sibuk di dapur.

" Masukin motor."

" Motor gua sekalian yak!"

" Hm!" Sahut Minho.

Selesai mengamankan kedua motor, Minho kembali kekamarnya untuk mengambil ponselnya. Niatnya untuk mengecek benda kotak itu sempat teralih oleh aroma harum yang mengguncang perut.

" Wuih! Boleh tuh bang! Bagi dong!" Minho mengintip isi mangkuk milik Minhyuk yang ternyata berisi mie kuah yang segar.

" Bikin aja sendiri! Noh, mienya masih ada satu!"

" Mager bang! Yang itu aja boleh ga? Gua nyicip aja dikit." Bujuk Minho.

" Lu mah nyucap, nyicip, ujung-ujungnya jadi penghuni tetap! Ga bisa! Gua laper!"

" Ya ellah, punya abang satu pelit banget dah! Cuma minta mie instan doang, udah kayak gua mau minta warisan aja! Harganya juga cuma tiga ribu!" Oceh Minho.

" Bukan masalah harga mienya tapi lebih ke harga diri!" Sahut Minhyuk yang kini sudah duduk manis seraya menyeruput panjang mie buatannya.

" Filosofi lu kejauhan!"

Minho yang kesal karena sikap sang kakak memilih mengalihkan perhatiannya pada ponsel pintarnya.

" WADUH!! GAWAT!!" Minho segera berlari mengambil kunci motor dan jaketnya.

" Ho! Lu mau kemana?! Mau hujan tuh! Jangan ngelayap mulu!" Teriak Minhyuk.

" Bentar bang! Urgent ini!" Balas Minho yang kemudian menarik kencang gas motornya.

" Apa sih yang urgent di hidup mahluk itu? Paling juga di ajakin mabar ma temennya, alesan aja." Oceh Minhyuk.

Di kampus, Seungmin duduk berjongkok di sudut lorong. Kilatan cahaya yang menyambar membuat sang empu tertunduk ketakutan.

" Bundaaa ---- Umin takut! Banyak kilat!" Lirih Seungmin sambil menangis.

" Min..." Panggilan lirih itu membuat Seungmin akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya.

" Minho!" Seungmin segera bangkit dan memeluk Minho dengan erat.

" Gua takut --- banyak kilat --- gua mau pulang..." Tangis Seungmin.

Minho mengusap punggung Seungmin dan mengecup kepala Seungmin pelan agar sang empu lebih tenang.

" Maafin gua ya, gua ga maksud ninggalin lu kayak gini. Sekarang kan udah ada gua disini, jadi lu ga perlu takut lagi! Gua bakal jagain lu!"

Minho menghapus sisa air mata di pipi Seungmin. Dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Seungmin agar sang empu tidak kedinginan.

" Kita pulang yuk!" Minho menuntun Seungmin menuju parkiran dan mereka pun pulang bersama.

Sepanjang perjalanan Seungmin memeluk erat pinggang Minho. Tangannya dingin dan pucat setiap kali terdengar kilatan dan gemuruh yang menyertainya.

Sesampainya di rumah keduanya di kejutkan dengan kondisi listrik yang mati di sederat rumah Seungmin, sementara rumah Minho dan sederatannya tidak terpengaruh.

" Loh Min? Kamu baru pulang?" Tanya Minhyuk yang terkejut mendapati Seungmin yang baru datang bersama Minho.

" Iya kak --- kok rumah kalian ga mati listrik? Kok cuma sederetan sana aja yang mati?"

[ GS ] Ignore Cat & Fluffy PuppyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang