20. Memenangkan Hati

424 79 3
                                    



Tidak ada yang berubah dari Brian dari dulu. Masih sama menjadi pria yang menunggu wanitanya kembali. Erin yang kembali bukan mimpi. Tapi wanita itu sungguh kembali lagi membuat hidupnya Brian semangat. Mengajak wanita itu menikah dan meresmikan hubungan.

Tidak munafik juga kalau Brian masih berharap sangat besar. Perjalanan cinta mereka panjang. Erin yang dia jemput ke Singapura, memutus kontrak Erin. Mengurus kepulangan wanita itu selama ada di sana. Beruntungnya sang majikan juga tidak keberatan. Sekarang, dia adalah orang yang akan menjaga wanita itu dengan baik.

Menjaga anaknya, menebus salah yang mungkin tidak akan kembali lagi. Tapi dia berjanji tidak akan membuat anaknya bersedih lagi. Apalagi wanita itu masih ada di sisinya sampai sekarang ini.

Awalnya ragu kalau mereka akan kembali lagi. Tapi, Erin memberikan jawaban bahwa mereka akan kembali dan baik-baik saja. Wanita itu memberikan kesempatan kedua bagi Brian untuk hidup bersama.

Brian baru beberapa jam lalu telah resmi menjadi suaminya Erin. Dia berada di dalam kamarnya sekarang. Bersandar, mengingat pesta pernikahannya. Anaknya juga hadir di sana. Mentari memang tidak boleh bersedih lagi. Mau menyesal pun sudah tidak berlaku. Anaknya sudah besar jika dia terus dalam kubangan penyesalan. Anak itu harus dia rawat untuk sekarang. mengenai masa lalu, semua orang punya masa lalu. Bahkan berhak untuk memperbaikinya.

"Mas, udah mandi?" tanya Erin ketika keluar dari kamar mandi.

Sementara Brian sedang mati kutu. Harus melakukan apa malam ini? Malam pertama?

Rasanya itu sangat kaku sekali kalau bayangkan malam pertama dengan Erin. Meski sudah pernah melakukan dengan Erin dulu. Tidak membuat Brian bisa langsung mengajak Erin berhubungan. Dia malu mengakui kalau menginginkan wanita itu. Menunggu cukup lama untuk bisa menikahi wanita itu juga.

Erin duduk di sebelahnya. Dia gugup, segera bangkit dari tempat duduknya. "Mas kenapa sih?" panggilannya Erin yang membuat Brian salah tingkah. Mereka memang resmi jadi suami istri. Tapi Brian yang gugup dengan itu. "Mas? Apa ada masalah?"

"Nggak ada."

Dengan cepat dia menjawab seperti itu. Meskipun sebenarnya dia merasakan gugup begitu dalam sekali.

"Aku mandi dulu, ya."

Dia pamit dan mengambil handuk yang sudah disiapkan oleh Erin.

Di kamar mandi, bukannya malah langsung mandi. Tapi justru dia memikirkan apa yang akan terjadi. Tidur dengan Erin, satu kamar. Mengingat kejadian beberapa tahun lalu tanpa malu dia meniduri Erin tanpa status suami istri. Sampai Erin mengaku hamil, kemudian dia tinggalkan begitu saja. Sampai sekarang ini ingat betapa mulusnya tubuh wanita itu.

"Dia sudah resmi jadi istrimu, bodoh. Ngapain kamu harus malu." Ujarnya ketika berada di bawah shower.

Selesai mandi, dia mengganti bajunya. Mengeringkan rambutnya sebelum memilih keluar dari tempat itu. Memang rasanya seperti mimpi bisa menikah. Dari dulu dia menantikan wanita ini.

Menunggu kehadiran Erin kembali.

Dia menaruh handuknya agar di sana setelah keluar. Wanita itu sedang berdandan di meja riasnya.

Erin berdiri dan memakai parfum. Rasanya dia ingin sekali memeluk wanita itu. Meskipun belum terjadi apa-apa. Tetap saja, bagi Brian ini bukan suatu hal yang mudah baginya untuk bisa sentuh Erin seperti dulu tanpa ada izin sama sekali. Namun dia menghargai keputusan wanita ini sekarang setelah menikah.

Brian menghampiri wanita itu yang berdiri di depan meja rias lalu memeluk istrinya dari belakang. "Love you."

Erin tersenyum, bisa dia lihat dari cermin wanita itu tersenyum padanya lalu menyentuh tangan Brian yang memeluk wanita itu. "Yan, mau nambah anak lagi?" Tentu saja Brian mau untuk nambah anak lagi. Tapi sekarang dia justru berpikiran mengenai anak dan juga ke depannya akan jadi seperti apa. "Yan?"

Cinta Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang