BAB 7 -- Menjadi Ratu

512 98 10
                                    


Yuk yang belum tambahkan ke perpustakaan ditambahin ya. Follow juga akun author. Selamat membaca. 



 Erin selesai membersihkan rumah. Di sini hanya bertiga yang tinggal, majikannya yang perempuan juga seorang anak yang masih SMP. Sementara majikannya yang pria pulang dua minggu sekali karena jarak tempat tinggal dengan tempat kerja cukup jauh. Anaknya juga bersekolah tidak jauh dari tempat tinggal mereka tapi Erin yang mengantar dan menjemputnya. Bahkan pertama kali datang ke sini dia sudah ditanya bisa menyetir atau tidak.

Kebetulan juga majikannya yang perempuan berasal dari Indonesia—tepatnya di Magelang. Tidak sulit untuk berkomunikasi.

Erin membersihkan diri sebelum pergi menjemput anak majikannya untuk diantar ke tempat les dan kemudian akan pulang lagi.

Erin bahkan sudah punya SIM sendiri di sini. Waktu menunggu anak majikannya keluar dari kelas. Dia menghubungi Brian untuk bertanya perihal anaknya. Juga karena gajinya telah dia transfer hari ini ke rekening khusus tabungannya Mentari.

Lama dia menunggu untuk tersambung dengan telepon.

Dia hubungi Brian lagi karena jam ini adalah jam istirahat Brian.

Teleponnya diangkat oleh Brian. "Nanti aku telepon kalau sudah di rumah. Aku lagi di luar sama Mentari. Cariin dia meja belajar." Ujar Brian lalu memperlihatkan si kecil sedang sibuk memilih meja belajarnya. "Di sini ramai, aku khawatir dia kebingungan."

Erin mengerti dengan maksud Brian. "Aku cuman mau ngasih tahu soal gaji yang sudah aku kirim. Terus aku lupa ngingetin, jangan kasih dia makan kacang."

Beberapa bulan tinggal dengan Brian. Itu yang terus diingatkan oleh Erin untuk kebaikan anaknya. "Ya, aku ingat kok."

"Ya udah aku lanjut kerja."

Brian memutus sambungan telepon terlebih dahulu.

Sewaktu dia sedang menunggu Sophia—anak majikannya. Tidak lama waktu itu ada pesan masuk. Dilihatnya dari Brian. "Aku nggak janji akan selalu bikin dia bahagia. Tapi aku usahakan isi apa yang kosong pada dirinya."

Erin memejamkan matanya, sedikit demi sedikit Brian mulai untuk mengurus anaknya dengan baik. Hal itu membuat hati Erin sedikit tenang meninggalkan anaknya di sana. Tahu kalau Brian tidak akan tega menyakiti hati anaknya. Semenjak Erin mengatakan kalau Brian harus menemani Mentari itu. Semua cerita-cerita anaknya tentang Brian selalu baik.

Kalau Brian yang cerita mungkin akan tidak dipercayai. Tapi anaknya yang bercerita, karena Mentari juga betah tinggal di sana.

Anak majikannya keluar.

Waktu Sophia masuk ke dalam mobil. "Kak, hari ini tidak ada les."

"Langsung pulang?"

"Ya, kita langsung pulang, Kak."

Erin menuruti keinginan Sophia. Apalagi sekarang majikan perempuannya juga akan kembali sore hari dari kantor. Sebelum ada Erin sudah pernah ada asisten juga yang dari Indonesia tapi tidak betah lantaran harus membereskan rumah juga menjemput anak majikannya. Tapi Erin bersyukur gaji menjemput anak majikannya berbeda dengan asisten. Jadi selama sebulan gajinya dirangkap dua.

Dan juga yang menjadi alasan asisten pertama pergi karena pernah dimarahi oleh majikannya lantaran banyak bermain HP dibandingkan bekerja. Sementara Erin memainkan ponselnya pada saat dirinya tidak melakukan apa pun. Sekalipun dia bekerja lalu anaknya menghubungi, itu pun hanya sebentar. Tidak terus menerus.

Cinta Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang