BAB 19. Menghilangkan Keraguan

540 102 8
                                    


Mentari sudah sangat cantik hari ini, ditambah lagi dengan tas selempang kecil yang dipakainya. Brian yang lihat anaknya sudah siap-siap dengan penampilan yang sangat styles dengan rok selutut warna hitam ditambah baju kaus warna putih yang dimasukkan ke dalam rok di bagian pinggang. Juga dengan sepatu sneakersnya yang malah membuat Brian pangling lihat penampilan anaknya yang jauh lebih rapi.

Baju-baju lusuhnya Mentari tidak ia buang sedari awal. Semua itu ada, karena itu adalah hasil kerja kerasnya Erin ketika dulu menghidupi anaknya sendirian.

Erin juga tidak kalah cantiknya. Tapi satu yang membuat Brian tidak bisa melirik ke arah lain. yaitu ketika lihat Erin berdandan sangat cantik hari ini. Rambutnya sedikit bergelombang.

Siapa yang bisa menduga Erin sudah punya satu anak jika penampilannya sangat cantik seperti ini.

"Pa, kenapa bengong?"

Brian yang sudah bersiap dari tadi dan mengambil mobilnya juga ke rumah karena rencana pergi hari ini. Dia langsung menyentuh tangannya Mentari dan menggandengnya. Walaupun ingin gandeng tangannya Erin.

"Pa, kita makan daging, ya. Daging apa namanya ya yang ada garis-garisnya itu, Pa?"

"Daging garis-garis?"

"Ya, Papa. Itu lho daging sapi yang ada garisnya warna coklat gitu, Pa."

"Steak kali, Yan."

Brian mengeluarkan ponselnya mencari gambar yang dimaksud oleh anaknya waktu Erin mengatakan steak. Ia menyodorkan ponsel ke arah anaknya. "Yang ini?"

Mentari mengangguk setuju. "Tuh kan." Ujarnya Erin.

Brian yang merasa lucu karena anaknya memang tidak terlalu hafal nama makanan juga tempat. Barang-barang yang dibelikan pun Mentari tidak hafal semuanya. "Oke, kita makan, ya. Mau main juga nggak?"

"Nggak, Pa. Mau beli sepatu sama ikat rambut aja nanti."

Membuka pintu mobil dan meminta Erin masuk terlebih dahulu karena Mentari tidak suka di belakang. Lebih suka dipangku oleh Erin waktu mereka bepergian bertiga seperti ini.

Brian mengajak anaknya terlebih dahulu ke toko baju. "Beli sepuasnya, ya!"

"Yang bener, Yan?"

"Ya, kamu beli juga."

Sekarang Brian baru bisa bahagiakan Erin. Walaupun dari dulu dia mencintai wanita itu secara mendalam ketika Erin yang dicarinya tidak ketemu. Menumbuhkan kembali perasaan setelah mendengar kabar yang buruk waktu itu memang agak sulit. Tapi Brian berhasil mencintai dia lagi seperti sekarang. Membahagiakan Erin dan Mentari adalah tujuannya. Apa pun yang dikatakan oleh orang lain mengenai Brian yang punya anak tanpa ada pernikahan tidak akan dia dengarkan. Karena semua sudah telanjur tanpa bisa kembali lagi seperti semula.

Kesalahan di masa lalu tidak akan pernah kembali lagi selain dengan cara memperbaiki apa yang telah rusak. Semua masa lalu pasti disesali oleh orang lain jika itu buruk. Ingin diperbaiki agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Namun satu pun manusia di muka bumi tidak akan pernah bisa mengembalikan masa lalu itu agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Semua hanya tinggal penyesalan dan memperbaiki apa yang telah rusak.

Tidak semua orang juga diberikan rasa penyesalan yang kuat seperti yang dirasakan oleh Brian ingin tanggung jawab kepada anak dan juga wanita yang sekarang sedang memilih baju masing-masing. Mentari ditemani oleh karyawan toko itu. Sedangkan Erin pergi sendirian dan sedang mencoba baju yang diinginkan.

Kasihan?

Tapi Brian lebih kasihan pada dirinya sendiri yang abai dulu dan meninggalkan keduanya dengan cara yang kejam.

Cinta Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang