28. Jawaban Tepat

308 71 4
                                    


Brian memang akhir-akhir ini sibuk dengan proyeknya. Orangtuanya pulang pun tidak bisa dia jemput ke bandara karena kesibukan di kantor yang padat. Yang ke bandara hanyalah Erin dan Mentari.

Rencana kakaknya Brian untuk kumpul dengan keluarga yang lain juga dituruti oleh Brian. Mereka akan tinggal bareng. Mentari akan punya teman untuk selanjutnya. Karena kakaknya akan memindahkan anaknya sekolah dari Surabaya ke Jakarta.

Brian rindu masa-masa seperti dulu. Kumpul dengan keluarga tanpa ada kekurangan satu pun. Untuk sekarang mungkin rasa sepi itu memang benar ada. Tapi tidak tahu kalau nanti akan menjadi seperti apa. Antara anak juga istrinya yang akan punya teman lagi kalau Brian mulai sibuk dengan semua kegiatannya.

Sesuai dengan perjanjiannya kalau orangtua akan kembali dalam tiga bulan ke depan. Sekarang sudah tiga bulan, mereka kembali ke Jakarta. Sedangkan sang kakak masih ada di perjalanan.

Bukankah ini yang ditunggu Brian selama belasan tahun?

Punya orangtua juga keluarga yang lengkap untuk bisa berkumpul? Dulu dia selalu mencari masalah demi mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Sampai sekarang dia tetap butuh perhatian dari orangtuanya.

Brian baru saja selesai rapat siang itu. Dia dihampiri ke ruangannya oleh sekretaris sebelum dia menutup pintu. "Ada apa?"

"Ada Tuan."

Brian mengiyakan lalu orangtuanya masuk ke dalam ruangan. Sekretarisnya keluar dari ruang kerja Brian.

Waktu Brian mempersilakan orangtuanya duduk. "Mentari nggak ikut?"

"Nggak, dia lagi main sama anak sebelah."

Oh yang dimaksud oleh orangtuanya jelas Alvin yang waktu itu diceritakan oleh Mentari sampai Brian cemburu mendengar nama itu disebutkan oleh anaknya. Apalagi kalau Mentari ceritakan tentang pacaran.

Anak kecil itu tidak boleh pacaran masih dini.

Brian bersandar. "Erin dibawa ke rumah sakit sama Mama kamu tadi. Mentari sama Maya di rumah."

"Erin?"

"Hamil mungkin. Karena pulang dari Bandara dia muntah. Waktu ke rumah sakit, Papa ke sini. Mentari di rumah." Ujar papanya dengan santai.

Brian yang baru saja selesai rapat megaproyeknya. "Yan, serius kamu sama pernikahan kamu?"

"Serius banget, Pa. Nggak ada waktu main-main antara aku sama Erin lagi. Kalau Erin memang beneran hamil. Aku bersyukur, Mentari juga mau adik. Dia kesepian."

Papanya mengambil satu berkas. "Papa sama Mama putuskan pulang dari Lombok dan menetap kembali di Jakarta karena Papa khawatir kamu buang anak kamu lho."

Tapi tidak mungkin Brian bisa segila itu kalau buang anak dan istri untuk kedua kali. Brian tidak menyerah. Dia kembali dengan Erin juga untuk lanjutkan janji yang dari dulu pernah dia ucapkan kepada Erin.

Mereka sama-sama saling mencintai dari dulu. Tapi sayangnya Brian saja yang kabur dari tanggung jawab tersebut. Untuk sekarang, Brian akan berusaha untuk penuhi kebutuhan anak juga istrinya. Tidak mau kalau Mentari jadi korban lagi. Sudah cukup kalau anaknya merasa tersakiti.

Brian tetaplah seorang ayah yang harus tanggung jawab terhadap anak dan istri. Kesalahan di masa lalu sedang berusaha dia perbaiki. "Kalau aku sendiri bagaimana pun juga Mentari kan anak aku."

"Maksud Papa, ini kan Erin nanti misa kalau memang hamil. Jangan diperlakukan kayak dulu lagi. Mama kamu khawatir udah sejak lama soal pernikahan kamu."

Brian tersenyum mendengar ucapan dari papanya. Tidak akan mungkin terjadi kedua kalinya ketika Brian serius dengan pernikahan yang kali ini tidak akan pernah dia mainkan lagi. "Aku malah cemburu sama Mentari, Pa."

Cinta Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang