Bab 1

1.6K 118 4
                                    

Di sebuah minimarket terdapat seorang wanita yang tengah sibuk di belakang meja kasir dia sedari tadi tengah melayani para pelanggan yang datang untuk berbelanja, entah orang tua maupun anak-anak pun ada.

Tak jarang sebuah momen yang membuatnya merasakan sesak di dada namun dia tahan untuk tidak menangis apalagi saat dia bekerja karena dia tak mau di pandang sepele atau cengeng oleh orang lain maka dari itu hanya dirinya sendiri dan Tuhan yang tau tentang apa yang di rasakan.

Zia Mutiara Ayunda, seorang wanita yang harus bekerja keras karena dia yatim piatu, orang tua dan juga kakaknya meninggal karena sebuah kebakaran hebat waktu itu namun untungnya Zia selamat karena pada saat itu Zia sedang mengerjakan pr di rumah temannya.

"Ibu, Ayah, Kakak, Zia kangen" batin Zia saat rindu dengan keluarganya yang telah tiada semenjak Zia berusia 12 tahun.

Semua kejadian tersebut membuat hidupnya terasa sangat berat apalagi Zia harus sekolah dan juga bekerja agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tak jarang kerja kerasnya membuat dirinya jatuh sakit namun dia tak akan mengeluh karena menurutnya itu hanyalah sia-sia saja.

Zia memiliki sifat yang periang, ramah, mudah bergaul tak hanya itu Zia juga sangat pandai bela diri tujuannya agar dirinya tak di remehkan oleh orang lain.

Selama bersekolah Zia merupakan siswi yang pintar sehingga dia selalu mendapatkan beasiswa dan juga selalu menjadi juara kelas.

Hari sudah malam, waktunya Zia untuk pulang kerumah karena jam kerjanya sudah habis dan akan di gantikan oleh yang lainnya.

"Rin, Gua pamit pulang" ucap Zia kepada temannya.

"Iya Zi hati-hati jangan lupa makan biar engga sakit" jawab Rina.

"Ngokey" ucap Zia lau pergi dari tempatnya bekerja.

Di sepanjang jalan menuju ke rumahnya Zia hanya bersenandung kecil hingga melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang entah sendiri, berdua atau dengan keluarga.

"Ibu, Ayah, Kakak di atas sana lagi ngapain? Aku kangen tau" batin Zia saat melihat sebuah keluarga kecil tengah menikmati malam hari dengan bersenda gurau.

Namun sebuah kejadian tiba-tiba terjadi begitu saja membuat seseorang terguling beberapa meter dari dia berdiri.

Seseorang itu tergeletak di aspal dengan darah yang bercucuran dari kepalanya membuatnya sayup-sayup mendengar orang-orang mencoba membantunya.

"Ibu, Ayah, Kakak, Zia datang" batinnya lalu matanya pun terpenjam karena sakit yang dia rasakan di sekujur tubuhnya.

Warga yang ada di sana segera membawa Zia ke rumah sakit namun naas Tuhan berkata lain karena Zia harus menghembuskan nafas terakhirnya sebelum sampai di rumah sakit.

Di sebuah tempat yang berbeda terdapat seseorang yang kini tengah termenung di ruang kerjanya, padahal hari sudah malam namun dia masih berada di sana.

Pandangannya lurus ke depan melihat gemerlap lampu kota yang sudah saling memberi kesan keindahan di setiap cahayanya.

"Tuhan kenapa dunia sekejam ini? Aku sudah berusaha untuk memilikinya tapi dia memilih orang lain untuk menjadi sandarannya, sehina itukah aku untuknya apa mungkin caraku yang salah" ucapnya lirih lalu dia pun beranjak dari kursi dan meninggalkan rungannya menuju ke parkiran mobil.

Pria tersebut mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata hingga tak lama dia pun sampai di mansion milik keluarganya yang bisa di bilang sangatlah mewah.

"Zio, kamu baru pulang nak?" tanya wanita paruh baya.

"Hem" hanya deheman yang menjadi jawabnya lalu dia pun berjalan menuju ke kamarnya.

"Dad, Zio semakin hari semakin jauh dengan kita" ucap wanita paruh bayu kepada suaminya.

"Mommy tenang aja kita doakan semoga Zio suatu saat tidak seperti ini lagi" ucap pria paruh baya yang sedang mencoba menenangkannya.

"Abang, Aku kangen Abang yang dulu" batin seorang gadis yang sedari tadi melihat punggung pria itu hingga menghilang di balik pintu kamar.

Pria dingin, ketus dan arogan tersebut bernama Arzio Adellio Naruna, dia berusia 25 tahun seorang CEO muda di Dellion yang bergerak di berbagai bidang seperti penginapan, rumah makan dan yang lainnya.

Zio merupakan pria muda yang tak kenal putus asa dan terkenal dengan sikap temperamentalnya namun ada sesuatu hal yang membuat sifatnya semakin arogan seperti sekarang yaitu sebuah penghianatan.

Kini Zio tengah berbaring di kasur miliknya setelah tadi dia membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

"Tuhan, aku lelah tolong kirimkan seseorang untuk menggantikan posisi aku yang sudah tak tau harus berbuat apalagi, aku tau sikap dan sikapku membuat orang lain sakit hati tapi aku tak tau bagaimana harus mengubahnya jadi tolong siapapun dia tempati raga aku ini" ucap Zio dengan air mata yang sudah menetes.

Hingga deraian air mata tak dapat di bendung lagi membuat Zio membiarkan itu semua terjadi hingga dirinya lelah dan akhirnya dia memejamkan mata lalu tertidur.

Zia

Zio

Zia Or ZioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang