Bab 22

555 48 0
                                    

Beberapa bulan kehidupan yang Zio jalani jauh berbeda dari sebelumnya karena kini dia memiliki cukup banyak lahan yang dia buat untuk menanam padi, sayuran dan juga buah karena dia memanfaatkan tanah yang subur untuk hal itu.

Selain itu juga Zio memperkerjakan cukup banyak orang yang tak memiliki pekerjaan dan mereka bisa di bilang tetangganya karena tujuan Zio adalah mensejahterakan sekelilingnya terlebih dahulu baru setelah itu yang lebih jauh jangkauannya.

Selain dalam bidang pertanian, Zio mencari peluang di bidang perikanan kini kolam ikan milik Pak Ahmad sudah di kelola olehnya tak hanya lele saja ada beberapa ikan juga yang di kembangbiakkan lalu dia jual ke restoran ataupun cafe mau di dalam ataupun luar kota.

Tentang bisnis pecel lelenya kini sudah berjalan dengan lancar berawal dari warung kaki lima sampai kini memiliki cafe dengan pecel lele yang menjadi makanan favoritnya.

Keseharian Zio hanya mengecek semua usahanya dan tentang Pak Ahmad dan Bu Ani yang sangat berjasa di hidupnya kini mereka hanya di beri tugas oleh Zio untuk hanya menikmati masa tua mereka anggap saja mengganti masa muda yang mungkin sangat berat untuk mereka jalani.

Soal keluarganya yang dulu sampai 6 bulan ini Zio tak bertemu dengan mereka sama sekali walaupun hanya sebatas lewat pun tidak, dan untuk Jani dia tak memberi kabar apapun lagi setelah 3 bulan terakhir ini mungkin dia sibuk pikir Zio seperti itu.

Kini Zio tengah berada di salah satu cafe miliknya yang bernama Zellio, cafe ini merupakan cafe yang pertama di dirikan olehnya dan cafe ini juga memiliki beberapa cabang di luar kota.

Tampilan cafe miliknya sangat kekinian hingga menarik para pelanggan dari berbagai kalangan bahkan anak-anak muda tak hanya menikmati makanan yang terkenal enak dan murahnya itu tetapi keestetikannya pun sangatlah indah.

Zio selalu mengedepankan sopan santun dan ibadah dalam menerima pegawainya karena menurutnya keahlian bisa di latih tapi tidak dengan attitude yang mungkin bisa di latih juga namun tidak semua orang bisa.

"Mau kemana Tik?" tanya Zio kepada manajer di cafenya.

"Oh ini Mas saya mau minta anak-anak buat nganterin pesanan tapi cafe lagi rame jadi engga ada yang bisa" jelas Tika, Zio memang meminta pekerjanya untuk memanggilnya Mas saja agar jarak mereka tak sejauh itu dan Zio pun tak menganggap mereka pekerja namun keluarga.

"Yaudah biar saya aja" ucap Zio.

"Tapi Mas" ucapnya.

"Udah engga apa-apa tolong siapkan terus taruh di mobil saya biar saya antar ke sana" ucapnya yang di angguki oleh Tika.

Sambil menunggu kini Zio menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu di rasa sudah selesai kini Zio pun bangkit lalu berjalan menuju ke mobilnya dan seperti biasa dia menjadi pusat perhatian apalagi untuk kaum hawa karena parasnya yang sangat menawan tak hanya itu Zio pun sangat ramah.

"Kirim ke mana Tik?" tanya Zio kepada Tika yang masih berdiri di samping mobilnya.

"Ke kantor ini Mas" jawabnya sambil memberikan selembar kertas kepada Zio dan itu membuat Zio terkejut.

"Hah setelah sekian lama" batinnya.

"Yaudah saya pergi dulu Assalamualaikum" ucap Zio.

"Waalaikumsalam" jawabnya lalu Zio pun memasuki mobilnya dan segera pergi dari sana.

"Jadi setiap hari mereka selalu pesan makanan di cafe, semoga setelah ini mereka engga kapok ya karena tau Gua pemiliknya" ucapnya di balik kemudi.

"Tapi bukannya waktu itu Gua minta untuk cafetaria di lengkapi tapi kenapa sekarang pesan makanan di luar ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Aish biarlah lagian bukan urusan Gua juga" ucapnya.

"Jujur Gua kangen sama semuanya entah orang maupun suasana tapi takdir Tuhan engga ada yang tau dan tugas Gua hanya menjalani dan berdoa kepadanya" lanjutnya lalu kembali fokus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan standar karena dia masih ada banyak waktu untuk memasuki makan siang.

Zia Or ZioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang