Bab 20

584 44 0
                                    

Ayam berkokok mulai terdengar namun Zio sudah bangun dari tidurnya sebelum adzan subuh bukan hanya dia tetapi Bu Ani dan juga Pak Ahmad pun telah bangun dari tidurnya.

Kini Zio tengah membantu Bu Ani untuk memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya sedangkan Pak Ahmad sedang bersama Bapak-Bapak yang bertugas untuk mengambil ikan di kolam Pak Ahmad.

Zio pun dengan lihai ke sana kemari untuk mengambil dan menaruh bumbu untuk masakannya, mungkin masakannya hanya masakan sederhana yaitu sayur kangkung dan tempe mendoan tetapi rasanya akan sangat enak karena baru di masak juga aromanya telah membuat siapa saja nafsu makan.

"Tinggal apa lagi Bu?" tanyanya.

"Udah semua Nak tinggal kamu mandi dulu setelah itu kita sholat subuh sama-sama" ucap Bu Ani lalu Zio pun segera pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.

Kini mereka melakukan sholat subuh terlebih dahulu setelah itu mereka pun sarapan lalu kembali mengerjakan aktivitas masing-masing.

Kini Zio membantu Pak Ahmad untuk mengangkat drum yang berisi ikan ke mobil pickupnya, entah mengapa hati Zio menghangat jika ada orang yang menanyakan tentang siapa Zio selalu mereka jawab jika Zio adalah anak mereka yang sudah lama tinggal di kampung dengan neneknya.

"Pak kalo di sini udan ada yang jualan pecel lele belum?" tanya Zio kepada Pak Ahmad yang saat ini tengah beristirahat dengan yang lainnya.

"Kalo di sini itu engga ada kalo pun ada pasti jauh dari sini" jawab Pak Ahmad.

"Kalo Aku buka usaha pecel lele gimana ya Pak Bu?" tanyanya.

"Ibu hanya bisa mendukung kamu dan mendoakan kamu jadi itu hak kamu" jawab Bu Ani.

"Makasih ya Pak Bu udah mau restuin aku" ucap Zio.

"Anak Bapak sama Ibu berbakti banget banget ngelakuin apapun minta restu dulu" ucap tetangga mereka yang di setujui oleh yang lainnya.

"Yaudah Bu, Bapak mau nganter lele dulu" ucap Pak Ahmad.

"Aku ikut" ucap Zio yang kini ikut bangkit dari duduknya.

"Engga usah kamu di rumah aja" ucap Pak Ahmad.

"Aku ikut Bapak ya Pak, Bu bantuin Aku buat bujuk Bapak" rengek Zio.

"Yaudah ayo" ucap Pak Ahmad.

"Aku pamit juga ya Bu" ucap Zio lalu menyalami tangan Bu Ani.

"Iya Nak hati-hati, kalo Bapak ngebut tegur aja" ucap Bu Ani.

"Siap Bu" ucap Zio dengan tangan hormat lalu mereka pun pergi meninggalkan Bu Ani yang masih menatap mobil mereka.

"Ya Allah semoga Zio bisa membawa kebahagiaan untuk keluarga kami, dan semoga ini rencana yang baik darimu" ucap Bu Ani lirih lalu kembali masuk ke dalam rumah.

Di dalam perjalanan Zio dan Pak Ahmad cerita banyak hal membuat mereka semakin mengenal satu sama lain dan Zio sangat bangga bisa kenal dengan Pak Ahmad seorang pria yang sangat setia kepada istrinya walaupun istrinya tak bisa memberikannya keturunan tak hanya itu mereka juga sama-sama saling menguatkan di saat banyak badai yang menghantam pernikahan mereka namun semua itu malah membuat mereka sama-sama saling mencintai, menjaga dan menyayangi satu sama lain.

Kini mereka pun sampai di sebuah restoran yang cukup besar dengan sigap Zio pun turun dari mobil lalu membantu Pak Ahmad untuk menurunkan drumnya dan memasukannya ke dapur restoran tersebut.

"Pak ini siapa?" tanya pria paruh baya yang sepertinya pemilik restoran tersebut.

"Ini Jio Anak saya Pak" jawab Pak Ahmad.

"Ganteng juga Pak anaknya" ucapnya.

"Alhamdulillah iya Pak" ucapnya.

"Kalo mau bisa lah Pak buat deket sama Anak saya" ucapnya membuat Pak Ahmad menatap Zio yang hanya menyimak saja.

"Sebelumnya terimakasih untuk niat baiknya Pak cuma kalo tentang itu biar anak-anak saja yang menentukan lagi pula saya tidak mau jadi orang tua yang egois kalo misalnya memang jodoh ya Alhamdulillah tapi kalo bukan itu sudah di atur sama yang di atas" ucap Pak Ahmad membuat Zio tersenyum.

"Benar juga pak" ucapnya sambil tersenyum.

"Ayah" panggil seseorang membuat mereka menatap ke sumber suara di sana terdapat seorang gadis cantik yang sedang berjalan terburu-buru.

Zio

Zia Or ZioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang