Bab 17

622 54 0
                                    

Zio pun sampai di penginapan di sana sudah sangat sepi mungkin orang-orang sudah tidur seperti itu pikirnya lalu dia pun memasuki kamar di sana terlihat Zeeva sudah memeluk gulingnya lalu Zio pun berlutut di hadapannya sambil memandang wajah damai Zeeva.

"Jika suatu saat nanti semua kembali dan aku tak ada di sisimu anggaplah itu takdir dari Tuhan yang harus kita lalui, mungkin di tubuh ini ada darah yang mengalir sama sepertimu tapi taukah kamu jika raga ini hanya di huni oleh seseorang yang datang tanpa ada hubungan apapun, selamat malam dan selamat tidur anak cantik anak baik" ucap Zio lalu mengecup kening Zeeva lalu dia pun merebahkan tubuhnya di samping Zeeva hingga tak lama suara dengkuran haluspun terdengar.

Pagi pun datang dengan sinar mentari yang sudah masuk di setiap tirai membuat seseorang yang masih setia dengan mimpinya mulai terganggu hingga mengerjapkan matanya, lenguhan pun terdengar menandakan seseorang tersebut tak lama akan bangun dari tidurnya.

"Udah pagi aja" ucapnya lalu melihat ke samping ternyata Zeeva masih setia memeluk gulingnya.

"Gua kalo liat ini anak jadi keinget waktu masih jadi Zia mungkin kalo Gua punya kakak pun akan sama sepertinya" ucap Zio lalu dia pun beranjak dari tempat tidur karena tak ingin larut dalam kesedihan.

Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk Zio membersihkan tubuhnya setelah itu dia memakai pakaian yang sudah dia bawa sebelumnya, Zio pun kini berdiri di depan cermin untuk melihat kembali penampilannya.

"Dek bangun udah pagi nih mau ikut jalan-jalan lagi engga nih?" tanya Zio sambil membangunkan Zeeva yang mulai terusik.

"Jam berapa Bang?" tanyanya saat sudah membuka mata.

"Udah jam 8 bangun ya" jawab Zio lalu Zeeva pun segera bangkit untuk membersihkan tubuhnya.

Kini semua sudah berkumpul di meja makan  lalu mereka pun melakukan sarapan tanpa adanya obrolan hingga di saat Zio tengah minum karena sudah selesai makan suara dering ponselnya terdengar dengan segera dia melihatnya dan tertera nama seseorang yang membuat senyuman di bibirnya tercipta hal itu membuat mereka kebingungan.

"Maaf aku angkat telphone dulu" ucap Zio lalu menjauh dari sana.

Samar terdengar suara gelak tawa berasal dari Zio yang entah berbicara dengan siapa dan membicarakan apa, lagi-lagi hal tersebut membuat yang lain merasa heran apalagi setau mereka Zio hanya dekat dengan Siska tapi ini Zio tertawa lepas dengan seseorang.

"Oh ya aku juga mau pamit nanti sore aku pulang lagi, baik-baik ya jangan nakal" pesan  Zio yang di dengar oleh mereka.

"Bye sayang" ucap Zio lalu mengakhiri panggilannya dan kembali ke kursinya.

"Jadi?" tanya Daddy tiba-tiba membuat Zio menatap bingung ke arahnya.

"Kenapa Dad?" tanya Zio.

"Yang telphone kamu siapa?" tanya Mommy.

"Oh temen Mom emang kenapa?" tanya Zio.

"Yakin cuma temen? Tapi kok sayang-sayangan?" selidik Zeeva.

"Emang kenapa Dek?" tanya Zio.

"Ya kan bukannya Abang deketnya sama kak Siska tapi ini kok" jawab Zeeva.

"Kepo" ucap Zio lalu menyentil hidung Zeeva membuatnya mengaduh kesakitan.

"Bahkan baru kali ini aku liat kamu tersenyum dan tertawa selepas itu" batin Devira yang sedari tadi menatap Zio.

"Ini ada apa?" batin Siska yang sedari tadi bertanya-tanya.

Setelah sarapan mereka pun pergi ke berbagai objek wisata yang sangat populer untuk para wisatawan hingga sore hari pun datang dan mereka harus bergegas untuk segera pulang ke mansion mereka.

Malam harinya Zio dan yang lainnya sudah sampai di mansion masing-masing, kini Zio tengah merebahkan tubuhnya yang lelah di kasur tak lupa dia memberi kabar terlebih dahulu kepada Jani karena dia tidak mau Jani khawatir.

"Lucu banget ya kalo lagi ngomel gitu" ucap Zio mengingat momen dimana dia di marahi oleh Jani karena telat mengabarinya.

"Kakak, aku kangen pelukan kakak" lanjutnya sambil membayangkan setiap momen yang mereka lewati selama Zio kenal dengan Jani.

"Tidur deh besok harus kerja juga" ucapnya lalu memejamkan mata karena saat ini jam sudah menujukan pukul 11 malam.

Zia Or ZioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang