Bab 10

803 70 2
                                    

Sore harinya Zio pergi menuju ke sekolah Zeeva karena hari ini dia ada kegiatan sehingga sore baru pulang, Zio menggunakan motornya untuk ke sekolah Zeeva karena dia ingin merasakan suasana yang berbeda.

Perjalanan menuju ke sekolah Zeeva kurang lebih 15 menit di sana Zio tak melihat adiknya oleh karena itu Zio turun dari motornya dan berjalan menuju ke bangunan sekolah.

Di sepanjang jalan bukan hanya dia saja tapi ada beberapa siswa dan siswi yang mungkin sama seperti adiknya masih berkegiatan.

"Maaf mau nanya, kalian tau Zeeva dimana?" tanya Zio kepada salah satu siswi hal itu tak langsung di jawab olehnya melainkan dia terdiam dulu.

"Hey nanya nih" ucap Zio membuat mereka kembali tersadar.

"Oh itu di lapangan indoor ka, mari saya antar" ucapnya lalu mereka pun berjalan menuju ke tempat yang katanya Zeeva berada.

"Ini kak silahkan masuk" ucapnya lalu Zio pun mengikutinya dari belakang dan di sana ada beberapa anak yang sedang membereskan barang bawaanya.

"Oppa" teriak Zeeva saat melihat Zio yang berada tak jauh darinya hal itu membuat mereka menatap ke arah Zio apalagi kini Zeeva berlari menuju ke Zio.

"Udah selesai hem?" tanya Zio.

"Udah kok ayo pulang" jawab Zeeva.

"Sini naik" ucap Zio yang kini berjongkok di depan Zeeva.

"Tapi aku berat Bang" ucap Zeeva tak enak karena dia tau jika Zio baru pulang bekerja.

"Udah ayo cepetan naik" ucap Zio mau tak mau Zeeva menurutinya dengan menaiki punggung Zio.

"Pegangan ya" ucap Zio yang kini sudah berdiri.

Kini mereka Zio berjalan menuju ke parkiran diikuti oleh teman-teman Zeeva yang sedari tadi berbisik-bisik tentang kedekatan Zeeva dengan seorang pria tampan, mereka tau Zeeva mempunyai kakak laki-laki tapi mereka tak tau Zio orangnya.

Mereka pun sampai di parkiran lalu Zio pun jongkok kembali agar Zeeva turun dengan mudahnya.

"Abang pake motor?" tanya Zeeva yang kini melihat Zio tengah memakaikan helm ke kepalanya.

"Iya kenapa gitu?" tanya Zio.

"Engga apa-apa sih Bang tapi setau aku kan Abang engga bisa pake motor" ucap Zeeva.

"Bisa kok cuma Abang malas aja" ucap Zio yang kini sudah duduk di atas motor.

"Ayo naik" ucap Zio menjulurkan tangannya agar Zeeva lebih mudah menaiki motornya.

Zeeva pun memeluk pinggang Zio agar dia tak terbang terbawa angin di sepanjang jalan Zeeva terus saja mengoceh hal-hal yang random.

"Bang berhenti dulu kita beli makanan dulu yuk" teriak Zeeva yang di angguki oleh Zio lalu mereka pun menuju ke sebuah cafe yang terlihat kekinian.

Mereka pun masuk dan memesan beberapa makanan di sana sedari tadi mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung mungkin mereka berdua di kira pacaran namun tidak dengan sepasang kekasih yang berada tak jauh dari mereka.

"Enak engga dek?" tanya Zio kepada Zeeva yang sedari tadi sibuk dengan makananya.

"Enak banget" jawabnya.

"Ngeliat orang yang di sayang lahap gini makannya bikin bahagia" batin Zio lalu melanjutkan kembali makannya namun ketenangan mereka harus terganggu oleh keributan.

"Kamu engga mikir hah!! Kamu itu udah punya tunangan dan sekarang kamu malah asik-asikan sama dia cwo yang engga jelas ini" bentak wanita paruh baya.

"Bang itu apaan rame banget?" tanya Zeeva.

"Entah bukan urusan Abang juga" jawab Zio.

"Tapi Bang itu mirip kak Devira" ucap Zeeva yang masih melihat ke arah keributan.

"Cuma mirip doang Adekku sayang" ucap Zio.

"Ih Abang itu beneran kak Devira" ucap Zeeva lalu bangkit dari tempat duduknya dan menyeret Zio agar ikut dengannya.

"Zio" ucap wanita paruh baya saat Zio dan Zeeva datang.

"Tuh kan Bang bener" saut Zeeva karena dugaannya sedari tadi benar.

"Kamu liat ini Devira, kalo Zio tunangan kamu ada di sini, dia mungkin sedari tadi melihat kamu berciuman dengan pria itu dan apa kau tidak berfikir bagaimana perasaan Zio saat ini hah" bentak wanita paruh baya yang ternyata Mamih Devira.

"Buka mata kamu, Zio ini tampan, mapan dan juga baik jadi apa yang kamu cari lagi" ucapnya.

"Bahkan Mamih engga habis pikir kenapa Zio mau saja buat bertunangan sama wanita seperti kamu yang hanya menyakitinya" lanjutnya.

"Udah engga apa-apa Mih, ini pilihan Devira dan takdir buat aku jadi aku engga apa-apa kok lagian Devira juga bahagia kok" ucap Zio.

"Dia memang bahagia tapi kamu harus sakit hati karena perbuatannya" ucap Mamih yang menatap sengit ke arah Devira

Zio menggenggam kedua tangan Mamih Devira dan menatap lembut manik matanya.

"Mih, aku engga apa-apa semua baik-baik aja Mamih sama Papih engga perlu khawatir hati aku udah terlalu kuat untuk merasakan luka dan jadi tentang apa yang Mamih lihat itu anggap aja semua takdir aku dan aku harus siap buat melaluinya, udah ya Mamih jangan marah-marah mulu kita makan ya ayo tuh makanan aku udah dingin ayo" ucap Zio lalu membawa Mamih dan juga Zeeva untuk duduk di kursi tadi.

Zio pun memesankan makanan untuk Mamih Devira tak lama makanan pun datang lalu mereka pun memakannya.

Semua kejadian yang baru saja terjadi menjadi perbincangan oleh para pengunjung  dan mereka mencibir Devira karena dia telah menyia-nyiakan Zio yang menurut mereka sangat sempurna entah dari fisik ataupun pemikirannya.

Sedangkan di meja Devira sedari tadi dia hanya diam tanpa menyentuh makananya dan Aji pun telah meninggalkannya semenjak Mamihnya di bawa pergi ke meja Zio.

"Maaf aku sejahat itu sama kamu" batin Devira yang kini menatap kebersamaan mereka bertiga.

Tak lama Zio, Zeeva dan Mamih Devira sudah menyelesaikan makan mereka tak ada sisa makanan terlihat di sana mungkin karena Mamih Devira marah-marah sehingga nafsu makannya pun naik.

"Mamih pulang sama siapa?" tanya Zio.

"Mamih pulang naik taxi aja nak" jawabnya.

"Mamih pulang sama aku" saut Devira yang tiba-tiba datang.

"Mamih pulang sama aku ya" ulangnya namun tetap tak mendapat jawaban.

"Mih, pulang sama Devira yang udah mau gelap juga daripada Mamih kenapa-kenapa" bujuk Zio.

"Yaudah, kalian hati-hati jangan ngebut ya nak, Mamih titip salam buat Mommy dan Daddy kamu" ucap Mamih.

"Iya Mih kita pamit pulang dulu ya" ucap Zio lalu mencium tangan Mamih diikuti oleh Zeeva lalu Zio beralih kepada Devira.

"Gua pamit pulang" ucap Zio pada Devira namun dia hanya diam membuat Zio membalikan badan menyusul Zeeva yang sudah menunggunya di samping motor.

Zio dan Zeeva kembali ke rumah dengan Zio mengendarai motornya sedangkan Devira menggunakan mobilnya untuk pulang namun di dalam mobil hanya ada keheningan tanpa ada yang memulai pembicaraan dari Devira maupun Mamihnya.

Zio

Zia Or ZioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang